《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》31
Advertisement
Haechan bangga pada dirinya. Bukan ingin sombong atau congkak, tapi Haechan memang seyakin itu pada kemampuannya saat mengerjakan soal ujian tadi. Ia benar benar lancar mengerjakannya tanpa satu kesulitan pun, bagaikan air mengalir, Haechan mengerjakan soal itu dengan mudah.
Haechan tersenyum pada dirinya, semua ini berkat kerja kerasnya, belajar dengan giat dan mengingat semua rumus rumus yang ia pelajari. Haechan menatap sekitar, memeperhatikan ekspresi teman sebayanya yang juga mengikuti tes itu.
Beragam ekspresi terpancar di wajah mereka, ada yang pasrah, ada juga yang kecewa. Ada yang terlihat biasa saja ada juga yang terlihat lega dan bangga, tapi dari semua ekspresi itu, Haechan paling senang ketika seseorang bisa tersenyum setelah mengerjakan soal ujian.
Sambil membereskan alat tulisnya, Haechan menatap pintu kelas yang mulai dipenuhi oleh orang orang yang keluar kelas. Haechan sedikit mendongak, mencari sosok Mark yang berdiri di depan pintu menunggunya seperti saat selesai ujian sesi pertama tadi.
Tapi setelah hampir seluruh warga kelas keluar dari ruangan itu, sosok yang ia cari tidak menampakkan wajahnya. Haechan pun berfikir, mungkin Mark berdiri di tempat yang lain, menunggunya sedikit jauh dari ruang kelas ingin mengerjai dirinya.
" Ck... awas saja kau meninggalkanku!"
Kesal Haechan sambil mengambil tas dan menyandangnya di bahu, namun saat ia hendak berbalik, sekilas ia menatap jendala, kemudian mendapati Mark yang tengah tidur tenang di kursi taman. Haechan pun tersenyum cerah, ternyata sedari tadi Mark menunggunya disana, menemaninya mengerjakan ujian. Haechan pun berjalan kegirangan keluar kelas bahkan sedikit berlari untuk pergi menghampiri Mark.
Haechan sangat suka menatap Mark yang sedang tertidur, wajahnya benar benar polos seperti anak bayi. Haechan memperhatikan Mark lekat lekat. Walaupun posisinya duduk sambil memangku tangan seperti itu, entah kenapa menurut Haechan, Mark sangat tenang dan nyaman dalam tidurnya. Kepalanya terkulai lemah, nafasnya tenang dan teratur, membuat Haechan tidak tega membangunkan Mark.
Advertisement
Akhirnya Haechan memilih untuk duduk di sampingnya, perlahan menaruh kepala Mark ke bahunya. Mark sedikit mengeliat, mencari posisi nyaman saat Haechan menaruh kepalanya. Haechan terkekeh pelan, pasalnya Mark benar benar menyandarkan tubuhnya pada Haechan.
Haechan kembali menatap Mark, memain mainkan rambut hitam Mark. Kemudian Mark menyeringit dalam tidurnya kala cahaya matahari yang menyinari wajahnya, sedikit terganggu karna cahaya yang sangat terang. Haechan mengadahkan kepalanya menatap langit mencari dari mana arah datangnya cahaya itu.
Kemudian setelah menemukan apa yang ia cari, Haechan menggunakan telapak tangannya sebagai pelindung agar memblokir jalan cahaya yang sempat mengganggu tidur Mark. Wajah Mark kembali tenang, sedikit menggeser kepalanya kembali mencari posisi ternyaman. Haechan kembali terkekeh pelan, dengan tangan yang masih setia melindungi mata Mark.
Haechan menyerah...
Mengakui pada dunia dan dirinya
Bahwa dirinya telah kalah dan jatuh pada pesona pria yang tengah tidur dipundaknya itu.
Ya, Haechan mencintai Mark
Ia tidak peduli dengan kekalahannya ataupun semesta yang menertawakannya. Ia mengakui perasaan yang selama ini selalu ia abaikan, yaitu perasaan cinta dan sayan pada Mark.
Haechan menyadari dan mengakui itu tepat setelah kejadian ia bertemu Jihoon di supermarket.
Saat itu
Haechan terbangun menatap jam dinding, ia benar benar tertidur walaupun hanya sebentar. Haechan mengira Mark sudah kembali kekamar dan tidur di kasurnya pasalnya kini sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi Haechan tidak menemukan sosok Mark terdidur di kasurnya.
Haechan penasaran, ia pun berjalan perlahan keluar kamar, mungkin Mark sedang menonton tv atau melakukan kegiatan lainnya. Namun saat ia menuruni tangga, Haechan tidak percaya apa yang ia lihat.
Barang belanjaan mereka tadi masi tergeletak di atas meja, bahkan beberapa alat masak Mark masih berserakan di dapur karena belum dibersihkan. Mark tertidur, dengan posisi duduk dan kedua tangannya yang terlipat di dada.
Walaupun tertidur, keningnya berkerut, nafasnya tidak tenang dan tangannya yang mengepal kuat. Haechan yakin pria itu tertidur sambil memikirkan sesuatu, atau sebaliknya karena terlena memikirkan sesuatu ia lelah dan tertidur.
Advertisement
Di depan Mark ada 2 mangkuk ramyon yang belum disentuh, mie nya sudah dingin, berarti sedari tadi Mark menunggunya. Tapi Haechan tidak mengerti kenapa Mark tidak memanggilnya? dan malah menunggunya hingga tertidur seperti itu?
Dan Haechan tau, anak itu mengkhawatirkannya.
Sejak saat itu
Haechan kembali mengambil memori memori apa yang terjadi antara dia dan Mark, mencoba memahami dari sisi yang berbeda apa yang telah Mark lalukan padanya dan Haechan sadar, selama ini Haechan selalu tersipu malu karena perlakuan perlakuan kecil Mark.
Haechan akhirnya mengerti, kenapa akhir akhir ini ia selalu kalah dalam berdebat dengan Mark, tidak bisa mengomeli Mark dengan lama bahkan kesulitan untuk menjahili Mark.
Semuanya karna Cinta sudah campur tangan dan Haechan menyadarinya.
Haechan semakin tersipu malu, jantungnya juga berdetak cepat setiap kali menatap Mark. Mark dapat dengan mudah membuatnya terdiam. Tidak perlu banyak perlakuan ataupun ucapan, hanya kalimat singkat bahkan hanya tatapan lembut Mark, Haechan diam.
Karena itu, Haechan mengakui perasaannya, menerima perasaannya bahwa ia benar benar telah jatuh cinta kepada Mark.
Tapi ia sedih....
Karena hanya bisa mencintai pria itu dalam diam
Bukannya tidak ingin mengatakan pada Mark bahwa ia mencitainya, ingin rasanya Haechan menatap wajah Mark saat ini, tersenyum lebar padanya , mengatakan dengan lantang dan keras bahwa ia mencintai Mark.
Tapi bagi Haechan, cinta itu sakral.
Dan Haechan sangat menghargai serta menghormati hal itu. Haechan tidak ingin mengotori cinta suci mereka. Haechan tidak ingin merusak cinta Mark yang amat bersih dan suci karenanya.
Haechan, memiliki satu dosa besar.
Satu rahasia besar tentang pengalaman pahit yang ia miliki membuat dirinya takut untuk menyatakan cintanya. Ia merasa kotor dan berdosa. Ia tidak mau, Mark mengotori cintanya karena dirinya, mengotori janji suci mereka dengan dosa yang selama ini Haechan pegang.
Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ia ingin bersama dengan Mark. Saling melindungi, berjalan ditengah kerasnya badai yang menghalau jalan hidup mereka. Tapi Haechan takut, takut Mark tidak bisa menerimanya, merasa kotor dan jijik karena dirinya. Tapi Haechan begitu mencintai Mark, seolah Mark terpahat di dalam hatinya sehingga ia tidak bisa lepas darinya.
Haechan ingin mencitai Mark, dan akan terus mencintainya
Karena itu Haechan memilih diam
Bagi Haechan, mencintai seeorang itu tidak rumit. Ketika kau ingin melihat senyuman dan tawa seseorang karena dirimu, maka itu tandanya kau telah mencitai torang itu.
Haechan masih bisa membuat Mark tersenyum dan tertawa tanpa Haechan harus mengatakan bahwa ia mencintainya. Baginya dalam mencintai seseorang tidak perlu pengakuan ataupun pembuktian, yang perlu ia lakukan hanya bertindak. Untuk urusan cintanya diketahui atau tidak itu bisa dipikirkan nanti.
Haechan akan mencintai Mark dengan caranya sendiri, dalam diam memberikan cintanya pada Mark, memastikan orang yang dicintainya tersenyum dan tertawa puas karena dirinya. Ia tidak akan membiarkan satu tetes air mata pun jatuh membasahi pipi Mark.
Begitulah Haechan mencintai seseorang.
Haechan menghela nafas panjang, kembali menatap Mark yang masih tertidur tenang di pundaknya. Perlahan, ia mendekatkan wajahnya pada wajah Mark, menatap wajah orang yang sangat ia cintai itu lekat lekat. Haechan mengecup pelan kening Mark, menutup matanya dan membiarkan bibirnya disana hanya untuk sesat.
Dalam diamnya, Haechan mencurahkan semua rasa cintanya melalui kecupan itu, memberi tau pada dunia bertapa ia sangat dan amat mencintai pria itu. Karena hanya pada saat ini Haechan bisa jujur pada dunia dan perasaannya, tidak ada rasa yang ia sembunyikan, sebelum pada akhirnya ia kembali berbohong pada dunia.
Setelahnya, Haechan ikut menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi, mencari posisi ternyaman ikut menemani Mark tidur.
Maaf..... aku tidak bisa mengatakannya
Cicit Haechan dalam hati sebelum akhirnya ikut terlelap.
Advertisement
Hell-Bound
December 1st 2018. It started off simply enough, but then the clock struck twelve, and the sky bled into red. Tick Tock, Tick Tock little humans... try to survive. The sky turns red, a voice whispers into the minds of all who hears it, and strange demons invade the world for one hour before retreating. The humans are then given an ultimatum by Chronos, the being who had somehow conquered Hell and kicked Lucifer off of his throne. Become strong, enter the Dungeon and its one thousand floors, reach the bottom, and kill Chronos before he kills them. Arthur Clive is one such human, who wishes to enter the Dungeon and kill Chronos for the death of his parents and younger brother... luckily for him, he's not alone, his friends willing to help him become strong and kill Chronos... Though he has to wonder... why is it that he possesses two Animae compared to most adventurers and their singular Anima? Note: The rewrite of this is named Einherjar, and is being uploaded on this site. Also note: trying out using Adobe Sparks to make quick book covers, the current one was the efforts of a few minutes so meh... plus it does slightly fit... kind of.
8 58Realm of Noria [LitRPG series. Book 2. The Life]
You're a slave and an assassin on a short leash. You need to complete the last task to break the shackles. Freedom's so close and so far at the same time. If only you knew what consequences would wait for you ahead...
8 62Rheostat
"It's not what we are but what we do that defines us."Aylin Black has come to believe that she deserves all the misfortunes life throws at her. Yet she refuses to back down. At least not without a fight. But as her past comes knocking at her door she's forced to rethink all her beliefs. And she just might have to give up this losing fight much sooner than she expected.
8 105Gur-dun: Grey's Selection.
Afterlife advocates have a difficult job, they never get the easy assignments. Balancing the Benefits, Penalties, and Goals for each client's new life is tricky, every time Mr. Grey must do what he can with what he has. Mr Grey's latest client has been royally screwed by his previous life, and worse, by interns to the reincarnation system.The only solution Mr. Grey could find might be worse than his clients previous life...This is the unfortunate and amazing life of Gur-dun, Son of Suffering.
8 179Queen of the Night (Witchfire 1)
Chance Nightshade, daughter of the Melbourne City Alpha, will avenge her brother's murder at any cost. Even if it means working with a charming vampire prince. *****Cursed with yellow eyes and the ability to tell truth from lies, Chance Nightshade is used to confronting the uncomfortable reality of things. But when a death in the family snowballs into a shadow war between werewolves and vampires, Chance finds herself torn between protecting her pack and working with a charming vampire prince to solve her brother's murder. Can she prevent the destruction of everything she holds dear by putting her faith in her enemy? Or will she be forced to save herself and her people by taking up her father's mantle as Alpha...whether he's willing to step down or not?[[word count: 90,000-100,000 words]][If you enjoy this story, please consider supporting my work by leaving a review on Goodreads!][Queen of the Night is Book 1 in the Witchfire Series, followed by King of the Mountain and Legion of the Lost]Cover designed by Stefanie Saw
8 186My Poems
8 92