《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》27
Advertisement
Sesampainya di rumah Haechan buru buru menuju kamar mandi. Sedari tadi perutnya sudah mual
" Hoek..... Hoek...."
Haechan memuntahkan isi perutnya sambil menahan isak tangisnya. Kepalanya kembali pusing, otaknya membawa memori memori lama kejadian pahit yang tidak ingin ia ingat. Tangannya bergetar hebat membuka kran air dan mencuci wajahnya.
Haechan menatap wajahnya dikaca, menguatkan dirinya sambil tersenyum mengatakan semuanya baik baik saja, tapi sesaat kemudian otaknya membawa memori yang memilukan itu, membuat perutnya kembali mual.
Tok tok tok
Haechan terdiam ketika mendengar suara pintu kamar mandinya diketuk. Haechan mengambil nafas rakus, menetralkan debaran jantungnya dan menghapus air matanya.
" Chaaan... langsung mandi ya?!" Teriak Mark dari dari luar
Haechan sedikit berhedem untuk mengatur suaranya kemudian mengehela nafasnya panjang.
" Iyaa!" Teriak Haechan
" Oh... aku masak dulu ya!"
" Iya!" Teriaknya lagi
Haechan menunggu , memastikan Mark benar benar keluar dari kamar, kemudian setelah mendengar suara pintu ditutup, tubuh Haechan merosot kelantai. Kakinya benar benar gemetaran dan ia ketakutan.
Haechan memeluk tubuhnya, sambil mengusap ngusap pelan kedua lengannya.
" Tak apa .... tak apa... kau kuat Haechan... kau kuat"
Haechan menyemangati dirinya sambil terus memeluk erat tubuhnya. Haechan berusaha untuk tidak menangis tapi percuma saja, ia terlalu takut. Haechan tidak tau rencana apa yang tuhan persiapkan kali ini baginya. Dan entah kenapa Haechan benar benar takut, bukan karena takut kejadian itu akan terulang lagi, tapi karena ada Mark didalamnya. Sambil menahan isak tangisnya dan memeluk tubuhnya, Haechan berdoa memohon agar tuhan menjauhkan Mark dari kisah ceritanya ini.
Dilain sisi, Mark sedikit bingung berjalan keluar dari kamar. Ia tau Haechan ketakutan tadi di supermarket, tapi gelagatnya saat pulang lebih aneh. Selama perjalanan pulang Haechan lebih banyak diam, bahkan bersuara pun terkesan tidak kuat.
Di dalam mobil pun, Mark beberapa kali memeperhatikan Haechan menghela nafas panjang, menutup matanya seolah ingin tidur. Mark sempat menyuruh Haechan untuk tidur saja karena jarak tempuh mereka cukup jauh namun anak itu menolak. Dan setelah diperhatikan, bukan Haechan yang ingin tidur, tapi tubuhnya yang ingin menutup mata itu tapi Haechan berusaha untuk tetap terjaga.
Advertisement
Kemudian saat masuk rumah, Haechan buru buru masuk ke dalam kamar, dan langsung bersih bersih. Mark tau Haechan itu suka kerapian dan setiap keluar rumah, Haechan pasti mandi setelahnya, tapi dari gelagat Haechan tadi, ia buru-buru bukan untuk membersihkan diri, seolah mengejar sesuatu yang Mark tidak tau.
Mark menghela nafasnya panjang sambil menatap Ramyeon yang sedang ia masak. ia tidak ingin mengira-ngira dan berprasangka, tapi jauh dilubuk hatinya ia yakin, Haechan kenal atau bahkan setidaknya pernah bertemu dengan Jihoon.
Dan Mark semakin penasaran, jika memang benar pernah kenal dan bertemu, kenapa Haechan takut seperti itu? apa yang terjadi pada mereka dulu? Mark tidak berniat mencampuri urusan mereka, tapi entah kenapa hati kecilnya mengatakan bahwa pertemuan Haechan dan Jihoon tadi sebuah tanda bahaya.
" Aisssh dia akan mengomeliku jika mienya lembek!" Kesal Mark menyadari Ramyeon yang ia masak sudah mendidih sedari tadi
Mark telalu lama melamun, sampai ia lupa bahwa ia sedang memasak. Dengan cepat Mark mematikan kompor dan meniriskan mie itu agar tidak semakin lembek terkena air panas.
" Ck.. yasudah lah..." Cicit Mark sambil memotong bahan bahan yang lain dan menggelengkan kepalanya kasar
Mark membuang pikiran pikiran negatifnya dan kembali pada kegiatan memasaknya, Mark itu anaknya suka terlalu jauh berfikir, sehingga ia selalu terfokus pada kemungkinan kemungkinan terburuk dan melupakan bahwa sebuah kemungkinan juga ada kemungkinan baik.
Lagi pula hanya bertemu sebentar... tidak akan bertemu lagi kan? Ya Mark... kau berfikir terlalu jauh, bisa bisanya terpancing karena ucapan singkatnya.. bodoh sekali
Dialog Mark dalam kepalanya dan mengangguk angguk pelan kemudian kembali fokus memasak.
Benar juga, aku hanya bertemu dengan bajingan itu di sekolah...pasti jauh dari Haechan, benar tidak ada cara bajingan itu bertemu dengan Haechan...
Mark menjentikkan jarinya seolah yakin dengan kalimatnya
Ya..ya..ya.. huuft aku tadi hanya terpancing emosi...
Kemudian Mark mengurut pelan dadanya
Ketika Mark ingin memotong bawang, ia teringat satu hal
Advertisement
Sial...... sekolah
Dan tanpa sadar Mark sudah mencapkan pisau dengan kuat ke talenan.
Haechan menatap dirinya dikaca, ia sudah selesai mandi walaupun sebenarnya ia masih takut dan tubuhnya masih bergetar ia menguatkan diri untuk keluar dari kamar mandi. Haechan menatap kesal pantulan dirinya di kaca, melihat matanya yang sedikit sembab karena tadi sehabis menangis.
Ck.... dia pasti bertanya !
Kesal Haechan sambil kembali mencuci wajahnya dengan air dingin, berharap matanya yang sembab sedikit mereda.
Haechan sedikit kesal dengan Mark akhir akhir ini, pria itu sangat ahli dalam membaca raut wajah Haechan, dan tidak jarang Mark gunakan kemampuannya itu untuk menjahili Haechan. Tapi bukan dijahili yang membuat Haechan kesal, melainkan Mark semakin sering mengkhawatirkannya
Kau tak apa?
Takut?
Abis nangis?
Capek?
Mark, selalu menanyakan pertanyaan pertanyaan singkat itu setiap kali gelagat Haechan atau bahkan hanya dari tatapan Haechan yang berbeda, dan Haechan tidak suka hal itu karna ia benar benar terganggu.
Semakin lama, dalam permainan "Saling Menjahili" antara mereka berdua, secara fakta dan yang terlihat memang Haechan lah yang selalu menang, tapi jika dilihat lagi secara lebih dalam, Mark yang selalu menang. Ia selalu berhasil membuat Haechan terdiam.
Hanya dengan satu kalimat singkat seperti
Kau tak apa?
Haechan benar benar dibuat kalah oleh Mark dan hanya Mark yang tidak tau itu. Seperti saat ini Haechan sudah merasa kalah padahal belum memulai. Haechan tidak berani turun kebawah, menatap Mark dengan wajahnya seperti ini.
Haechan pun keluar dari kamar mandinya perlahan, takut tiba tiba Mark ada dikamar. Ia pun bernafas lega saat mendengar suara Mark dibawah. Perlahan ia menguatkan dirinya, matanya memang sedikit sembab Haechan bisa beralasan bahwa ia rindu dengan ayahnya karena itu ia menangis.
Kemudian saat ia membuka pintu, Haechan bisa mendengar suara dentuman yang cukup keras. Perasannya pun mulai tidak enak, perlahan Haechan keluar kamar, mengintip dari atas karena dapat melihat dengan jelas suasana dapur.
Haechan menghela nafasnya pelan melihat apa yang terjadi. Dari atas sana, Haechan bisa melihat Mark yang masih menggenggam pisaunya dengan kuat, sedangkan pisau itu sudah tertancap tegak membus talenan, Haechan bisa melihat raut wajah Mark yang begitu penuh emosi, beberapa kali ia melayangkan tinjunya ke meja dapur menundukkan kepalanya dan beberapa kali menggeleng pelan.
Haechan tau Mark sedang menahan amarahnya
Tapi Haechan bingung, kenapa Mark semarah itu, jika Mark marah karena Jihoon, Haechan tidak masalah dan memaklumi, Haechan pun tidak akan ikut campur apapun masalah diantara mereka berdua, tapi entah kenapa hati kecilnya mengatakan, dalam emosi dan amarah Mark, ada dirinya disana.
Haechan mengurungkan niatnya untuk turun, kembali perlahan menuju kamar dan merebahkan badannya ke sofa. Haechan terlalu takut bertemu Mark saat ini, ia takut akan membuat banyak kebohongan lagi agar pria itu berhenti mengeluarkan kalimat Kau tak apa
Haechan menutup matanya perlahan, memilih untuk langsung tidur sambil memohon pada tuhan memutus benang merah takdir mereka bertiga.
Advertisement
- In Serial108 Chapters
Galactic Fist of Legend
In the year 2018 a bright star appeared near Earth. Humanity as a whole was briefly introduced to a race of beings far beyond their understanding. During that brief interaction a proclamation was made, Defeat the Grand Emissary or become the eternal slaves of those who had arrived at Earth. The only chance for victory was for people all across the globe to make a choice. When prompted to become a champion and a play a bizarre game of life or death they could choose yes or no. Those who chose no, went about their lives afterward. All memory of the event was lost despite the fact that their very existence as a free species hung by a single thread. Will those who said yes manage to survive the horror of the game and become strong enough to defeat the Grand Emissary. Can one of them become... The Galactic Fist of Legend. Also, it's a comedy. Pretty obvious, right? Notes: This story will contain graphic violence, stupid humor, nudity, sexiness, and maybe I'll give the main character a pet cat or something. I don't know yet. Still, you need to be pretty mature to properly take care of a pet. Notes2: This story is my answer to stories such as Gantz, Terror Infinity, Battle Royale, Btoom!, and strangely enough... Captain N: The Video Game Master. It is an original story, but it does seek to give a similar vibe to some of those tales of legend. However, it is not meant to be an overly serious tale as I have decided that the new stories that I release in the coming year will be mostly comedies.
8 216 - In Serial56 Chapters
The Great legend of Fafnir: The Beginning
Long ago, a kingdom reigned supreme, ruling over a country that was to make its mark in history. One night, the royal family had arranged for a celebration that will forever be known to the rest of the world. And be known throughout it did, for blood was spilt, and the lineage was stained red. One man took it upon himself to change this destiny, forcing the kingdom to crumble under his might. he carried with him the idol of Arakthur, the first dragon of existence, waltzing through the land as he tears the nation to ruin. In his wake, he stumbled upon a boy whom fate favored, and so did he. "I will give you a life you were never meant to have. Abandon your past. You will have no choice but to live as I dictate you to." And in the end, you will realize, your true purpose.
8 87 - In Serial6 Chapters
Fais Toi Plaisir
Serial killers. The world's most atrocious job, but in the Callahan family, it is a mere walk in the park. A family born from killers, children born to be killers. Anything atrocious you can think of, the Callahan family has probably done it.
8 128 - In Serial17 Chapters
Origin of Evil
The world is in a state of turmoil and upheaval. The religious fanatics hailing from the desert city-state of Kenan have completed a war of conquest against their neighbors, the ancient kingdom of Forelia. The Forelian capital has been razed to the ground and looted, its people sold into slavery. Gideon is a skilled warrior fighting for the Singing Blades, a mercenary warband led by Gideon's father, who have been contracted by the Kenanite king to fight on his behalf. When the Singing Blades are annihilated on a patrol, Gideon is cast adrift to find new purpose in a world bereft of justice. But fate has taken notice of Gideon. He is destined to meet and train the woman who will restore balance to the world, at the point of a sword. Cold steel will shed gallons of red blood in this novel about bravery and the cost of heroism. Please leave comments or reviews with criticism! I'm posting this explicitly for that purpose, so anything you have to say is very welcome. Updates every Thursday. Maybe. Depends on if I think the chapter is ready.
8 334 - In Serial19 Chapters
Rescuing Andy
This book sees the police force of Toronto losing Jerry trying to save Andy when she is shot twice in the stomache. Will the force and more importantly her boyfriend Sam Swarek be able to save her in time?
8 198 - In Serial11 Chapters
Draco's Hufflepuff
Y/N Potter, a Hufflepuff prefect in her 6th year, yes Harry potter had a twin sister that no one knew about. What if said twin sister has always had a tiny crush on a certain Malfoy, what if said sister suddenly finds a certain Malfoy crying and comforts him. What if said twin sister and a certain Malfoy become friends in secret.New chapter every Sunday! Started - 18/07/2021Top 200 - 16/12/2021 • 1 - #xpotterreader• 1 - #readerhufflepuff• 1 - #hufflepuffprefect• 1 - #hufflepuffgirlprefect • 1 - #dracoxpotterreader • 4 - #hufflepuffreader • 13 - #prefect • 32 - #6thyear
8 83

