《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》23
Advertisement
Hechan menatap Mark heran yang mondar mandir keluar kamar mandi. Haechan terbangun karena Mark yang rusuh bersiap siap pergi ke sekolah.
" Yak! Ngapain sih!" Tanya Haechan heran, tapi tidak digubris oleh Mark
" Yak!" Teriak Haechan lagi tapi Mark masih sibuk mondar mandir
Haechan pun kesal, mengambil sebuah buku dan melemparkannya kepada Mark
" Yak! sakit tau!" Protes Mark kala buku itu tepat mengenai kepalanya
" Salah sendiri tuli!"
" Apaan?!" Tanya Mark kesal
" Kau yang kenapa?! Dari tadi mondar mandir..mondar mandir... memangnya kau setrika ha!"
" Ngga suka? Jangan liat!" Kesal Mark dan kembali masuk ke kamar mandi
Haechan kesal dibuatnya, biasanya jika Mark kehilangan sesuatu atau mencari sesuatu ia pasti akan menanyakannya pada Haechan dan itu juga terkadang alasan Haechan ikut bangun pagi karena Mark itu setiap berangkat ke sekolah ada saja barang yang hilang.
Tapi kali ini anak itu tidak menanyakan apa apa, berarti bukan barang yang ia cari tapi hal lain dan membuat Haechan penarasan. Ia pun menghela nafas kasar dan mengikuti langkah Mark.
Mark menatap dirinya dikaca,
Matanya benar benar bengkak, bahkan bola matanya masih sedikit merah. Mark bingung dengan kantung matanya ini, bisa bisa satu sekolah heboh. Mark yang tekenal dingin dan pendiam, tiba tiba matanya bengkak karena sehabis menangis, Mark tentu tidak mau itu terjadi. Bisa jatuh harga dirinya sebagai ketua osis.
Haechan bingung, Mark menatap wajahnya cukup lama di depan kaca
" Ngapain sih?" Tanya Haechan berdiri di belakang Mark
" HA!"
Pekik Mark kaget pasalnya ia benar benar tidak sadar ada Haechan yang berdiri di belakanggnya
" Sejak kapan kau disini?!" Tanya Mark
" Tadi... makanya jangan tuli! Langian kenapa sih? baru sadar wajahmu itu sangat jelek!" Ejek Haechan
" Heol... kau buta ya?! Wajahmu tu yang jelek!"
" Ish... kenapa sih!?" Tanya Haechan lagi
" Bukan urasan mu!"
Haechan terdiam, kemudian mengerti, kantung mata Mark benar benar mengerikan dan ia sadar anak ini pasti malu pergi ke sekolah dengan mata seperti itu.
" Tunggu disini!" Perintah Haechan ketika Mark ingin keluar dari kamar mandi
Advertisement
" Ha?!"
" Sudah tunggu saja disini!" Teriak Haechan yang sudah berlari keluar kamar.
Walaupun Haechan tidur dikamar Mark, tapi barang barang miliknya masih di kamarnya yang dulu. Haechan dengan cepat mengambil pouch make up nya dan kembali berlari kekamar Mark.
" Duduk!" Perintah Haechan sambil menyeret kursi belajar Mark ke kamar mandi
" Ha? Ngapain sih?!" Kesal Mark karna Haechan yang mengaturnya seenaknya
" Ish! duduk saja kenapa susah sekali sih!" Haechan manarik tubuh Mark dan memaksanya duduk, Mark terpaksa pasrah masih menatap Haechan bingung apa yang akan ia lakukan
" Hmmmmmm" Haechan memijit pelan dagunya sambil menatap make up miliknya
"Hm... ini deh... sama ini mungkin.... iya abis itu ini" Gumam Haechan sambil mengambil 2 foundation dengan shade yang berbeda dan bedak taburnya
" Yak! kau apakan wajahku!" Mark yang sadar Haechan mengeluarkan make-up memberontak
" Diam bodoh! memangnya kau mau ke sekolah dengan mata seperti itu hah?!"
Mark tersadar, Haechan tau kekhawatirannya. ia pun hanya terdiam dan menurut
" Ngga kan! makanya diam!" Tambahnya
Haechan menarik dagu Mark kearahnya dan mulai mengoleskan pelan foundation itu ke kantung mata Mark dengan spon. Mark sedikit gugup, pasalnya wajah Haechan benar benar dekat dengannya dan ia tidak tau ingin menatap kemana, alhasil Mark hanya menatap kesamping dan berusaha menahan detak jantungnya.
Haechan mulai dengan kegiatannya, perlahan menyampuri warna foundation itu untuk menyamarkan hitam di bawah kantung mata Mark, tapi ketika ia fokus mengutak atik wajah Mark. Ia teringat kejadian semalam, saat ia mengecup kening Mark. Karena saat ini wajah Mark benar benar dekat, ia kembali tersipu malu. Kemudian reflek saja ia menampar wajah Mark yang membuat Mark memekik kesakitan
" YAK KAU GILA YA!" Teriak Mark memegangi pipinya
" DIAM!" Haechan pura pura sibuk mencari barangnya, padahal ia menyembunyikan wajahnya yang merona
Mark tidak tau kenapa ia tiba tiba ditampar, padahal sedari tadi ia hanya diam. Mark pun hanya bisa mendecak kasar sambil menatap Haechan kesal.
Haechan mengehela nafasnya kasar, menenangkan dirinya. Ia kesal pada dirinya kenapa bisa jatuh pada pesona Mark itu, terlalu cepat baginya untuk terjatuh pada Mark sekarang.
Advertisement
" Ck..menyebalkan" Cicit Haechan
" Kau yang menyebalkan!" Protes Mark
" Ck diam!"
Haechan kembali memegang dagu Mark, mendekatkan wajah Mark kearahnya dan mulai memakaikan make up pada Mark.
Setelah itu tidak ada yang bicara, Haechan fokus pada kegiatannya dan Mark yang pasrah wajahnya dipakaikan cream yang Mark sama sekali tidak mengerti.
Selain menyukai mata Haechan,
Mark juga senang memperhatikan Haechan saat ia mengerjakan sesuatu. Dimata Mark ketika Haechan fokus dengan apa yang ia kerjakan, Haechan terlihat sangat bersungguh-sungguh dan terlihat sangat keren bagi Mark.
Beberapa kali Mark melirik Haechan, dan Mark tersenyum tipis karenanya karena dimatanya saat ini,
Haechan benar benar cantik.
" Hmmm... coba liat"
Haechan mengarahkan wajah Mark kearah kaca, kemudian menariknya kembali kearahnya, menatapnya sebentar dan kembali mengarahkan wajah Mark ke arah kaca, dan Mark hanya bisa diam pasrah
"Dikit lagi..." Gumam Haechan dan kembali sibuk dengan kegiatannya
Setelah memberi sedikit polesan bedak dan menyemprotkan setting spray. Haechan tersenyum puas sambil menepukkan kedua tangannya seolah menghapus debu ditelapak tangannya
" Done!" Serunya dan memutar kursi Mark untuk menghadap kaca.
Mark benar benar takjub, wajahnya terlihat lebih cerah dan kantong matanya benar benar tidak terlihat. Mark pun tidak tahan untuk tidak tersenyum
" Cih... sana sana!" Cicit Haechan menatap Mark yang tersenyum melihat wajahnya pada pantulan kaca
" Makasih ..."
Mark mengelus pelan kepala Haechan dan berjalan keluar kamar mandi, kemudian menarik cepat rambut Haechan dan langsung berlari keluar kamar.
" YAK! JUNG MARK SIALAN KAU!" Pekik Haechan
Haechan dan Johnny bergantian menatap Mark dan Jaehyun yang terlihat sanggat canggung di meja makan.
" Ayah... ayo kita taruhan.." Cicit Haechan tiba tiba
" Apa?" Johhny merespon
" Berapa lama kecanggungan ini akan bertahan?" Haechan memangku dagunya sambil menatap lurus Jaehyun dan Mark bergantian.
" Hmmm.... aku menaruh 2 hari" Johnny memangku tangannya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dan ikut menatap lurus Jaehyun dan Mark bergantian
" Heol... cepat sekali, aku menaruh 3 hari"
" Hey apa bedanya" Kesal Johnny
" Yang penting beda kan blee" Haechan mengusili ayahnya
Jaehyun dan Mark saling menatap heran, jelas jelas mereka berdua duduk berseberangan dengan Johnny dan Haechan dan mereka berbicara dengan suara yang keras.
" Uhm... kalian sadar kan kami bisa mendengarnya?" Jaehyun membuka suara
" Ya ya ya.. lanjutkan saja kecangungan kalian... hmm ayah ...ku tebak pasti mereka ingin berpelukan lagi sekarang" Haechan mengangguk tidak peduli tangannya pun ia sibakkan layaknya mengusir lalat.
" Hmm benar... atau menangis lagi, Jika salah satu satu dari itu terjadi aku akan memesan pizza, deal?" Johnny mengulurkan tangannya
" Deal" Haechan mengenggam tangan ayahnya dan mereka pun saling berjabat tangan.
Jaehyun geleng geleng kapala karenanya, sepertinya virus jahil Haechan sudah tertular pada Johnny.
Haechan dan Johnny saling senyum, mereka tentu saja sengaja supaya dua orang itu tidak cangggung, ternyata telepati mereka berfungsi.
" Tidur mu nyenyak?" Jaehyun membuka topik
" Nyenyak... ayah sendiri?" Balas Mark canggung
" Nyenyak..." Balas Jaehyun canggung
Kemudian kembali diam
" Heol.. topik yang canggung sekali" Protes Haechan
" Buruk sekali" Timpal Johnny
" Yak!" / " Hyung!"
Mark dan Jaehyun berteriak berbarengan.
Johnny dan Haechan tersenyum geli, mereka berempat saling tatap tatapan kemudian tertawa bersama. Mareka pun melanjutkan sarapan bersama dengan beberapa candaan dan gurauan.
" Kenapa yah?" Tanya Mark heran pasalnya sedari tadi ayahnya mengipas ngipasi matanya
" Oh... ini mata ayah panas banget...heheh semalam nangisnya lama banget... emangnya mata Mark ngga panas?" Jelas Jaehyun
" Ooh...kirain apaan...Ngga banget si.."
" Hm.. bagus deh, tapi kok bisa ya padahal kita nangisnya samaan" Tanya Jaehyun heran
Mark pun mengangguk setuju, matanya memang bengkak, tapi matanya tidak terasa begitu panas
" Ya iya lah ngga panas kan Hae- AUCH!" Johnny memekik kesakitan dan tidak jadi menyelesaikan kalimatnya pasalnya Haechan mencubit pinggangnya dengan kuat
Jaehyun dan Mark pun menatap heran Johnny yang mengerang kesakitan.
" Tidak tidak.. lanjutkan saja obrolan kalian" Senyum Haechan sambil terus mencubit pinggang ayahnya
Mark menaikkan alisnya, menatap gelagat Haechan seperti menyembunyikan sesuatu. Kemudian mengabaikannya.
Johnny menatap Haechan tajam karena tiba tiba mencubitnya, dan Haechan kembali menatap ayahnya itu lebih tajam, menaikkan kedua alisnya seolah mengancam Johnny. Johnny terkekeh pelan melihat Haechan, ia pun mengalah dan mengangguk pelan.
Haechan menatap lega Mark dan Jaehyun yang berjalan beriringan keluar rumah, entahlah dimata Haechan sangat hangat untuk dipandang, melihat hubungan ayah dan anak yang kembali akur, Haechan ikut senang.
" Jadi...."
Johnny tiba tiba merangkul Haechan yang sedari tadi berdiri didepan pintu, Haechan pun mendonggak sambil memiringkan kepalanya menyilahkan ayahnya untuk melanjutkan kalimatnya.
" Gimana semalam? ngobatin mata calon suami?" Goda Johnny
Johhy pun langsung berlari menjauh dari Haechan
"IIIIH AYAH MENYBALKAAAAN!" Teriak Haechan sambil mengejar ayahnya.
Advertisement
Bingo
In a broken kingdom full of crises and wars, there is a boy who dreams of becoming king someday
8 195Conflagration - A Fantasy Haven Series part 1
With the rug effectively pulled out from underneath him, Gram thought he was at the end of his life. Battle scarred, still mourning his recently deceased wife and unborn child, Gram finds out he has terminal cancer. With so many blows to his psyche, Gram thinks he's finally lost his sanity when a transparent blue screen appears in front of him that no one else can see. “Congratulations! You are one of a few hundred to be selected to participate in the Fantasy Haven Migration Event! Participation is mandatory and you will be transported in 23 hours 59 minutes.” Welcome to Fantasy Haven, Gram. We hope you enjoy your stay.
8 230Digital Immigrant
This is the story of how James Allen Quick and Sarah Lynn Abernathy died. By 'died', I mean that their hearts stopped, their brains ceased sending electrical impulses, and all other physical functions terminated. Immediately after which, their bodies were placed into an industrial furnace, reduced to ash, and the ash was spread about in one of the last forest reserves in North America. As ash-spreading locations go, this ranked third. First and second places were, of course, a person’s favorite athletic team’s playing field and the sea. Or rather, I should say that this is how the story begins. You see, it’s what came after that is so interesting.
8 178Death Galaxy
When portals opened across the world and space, people were a bit terrified. Naturally, some people called it the end times or some other negative interpretation. Thankfully, the new arrivals managed to calm the masses, saying they were here from across dimensions in search of peaceful refuge. After some discussion and promise from the reality hopers to not break the world, they were allowed asylum. And so, began a technological revolution as the new cohabitants, who looked distinctly human if a bit off, openly shared some of their knowledge with us. Space travel, while not cakewalks, become more easily accessible, as did interplanetary colonization. Naturally, with the New Humans keeping some of the more dangerous techs to themselves and Old Humans being a greedy bunch, tensions are arising as old and new grudges rear their ugly heads. The world endlessly spins as history, both good and bad, is seemingly on its way to repeating itself. Only with other planets, and potentially other universes, being the backdrop this time. But that was big stuff that Alex had no real interest in. They only care about one thing and one thing. TDAG. Trans-Dimensional Adventure Games. Best VR system ever made. Alex, instead of focusing on political and multiverse shenanigans, had their eyes set on VR games. Specifically, one of the new and up and coming potential best games of all times. Death Galaxy
8 160Colonial History
[Full Title: The Colonial History of Tir-Torzor and Brief Accounts of Its Diasporas’ Denizens] An alien scholar is sent by their institution to study, evaluate, and report on the colonial history of another galactic civilization known as the Apiary. There are only two planets under the Apiary's dominion: The empire's home world, Eas-Enerang, and Tir-Torzor, its sole colonized claim. This is the compiled historical records on the effects conquest has had over its native inhabitants. {Content Warning: This story is a work of satire involving some instances of foul language, xenophobia, violence, recalling assault, and allusions to historical atrocities and tragedies. Discretion is advised.} Visit https://ko-fi.com/choftt to support the story! Art for collage cover by Paul David London. Collage and artistic additions by F.S. Arbolaez.
8 70Spirit contractor
Luke was a normal high school student but he thinks that life is boring. The only things that he finds interesting were reading manga and light novel and practicing the sword style that her mother taught him. One day the famous game Age of Myths was finally open for the public. Luke wasnt interested in the game but his friends forced him to start playing it. Giving up the only think that crosses his mind was:""""Well let´s see if this game is a little interesting at least..."
8 322