《[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck》7

Advertisement

" Haaah... hari ini sama saja"

Cicit Haechan melihat jam dinding toko serba yang sebentar lagi menunjukkan pukul 9 malam, menandakan sebentar lagi shiftnya akan berakhir.

Haechan mulai lelah.

Bukan lelah karena bekerja, tapi karena ia bosan. Setiap hari melakukan rutinitas yang sama dan semakin hari, Haechan merasa waktu di dalam kehidupannya berjalan lebih cepat. Setiap hari Haechan bangun jam 5 pagi bergegas pergi ke pasar membantu para pedagang menurunkan belanjannya, jika Haechan beruntung terkadang Haechan mendapatkan bonus karena pekerjaannya ini. Kemudian dari pukul 8 pagi hingga 1 siang, Haechan bekerja di sebuah restoran sebagai koki, ia beruntung tangannya menghasilkan masakan yang enak.

Saat makan siang Haechan harus pulang, menyiapkan makan siang dan jika sempat makan malam untuk ayahnya. Setelah itu Haechan kembali keluar rumah bekerja di toko serba hingga malam. Terkadang di hari weekend, Haechan mengisi jadwal kosongnya dengan mengajar les matetmatika atau mengajar les piano.

Haechan itu cerdas, dengan segala kemampuan yang ia punya, ia bisa menghasilkan uang dengan hal itu. Bahkan saat ia berjaga di toko serba, tidak jarang ia mengajarkan tugas anak anak SMP yang sedang nongkrong atau bahkan menjadi joki dalam mengerjakan tugas, semuanya Haechan lakukan untuk mencari uang.

Prinsip Haechan dalam mencari uang hanya satu.

Tidak mencuri dan menyerahkan harga diri

Selain dari itu Haechan mau melakukan apapun untuk mendapatkan uang, bahkan memungut sampah pun Haechan tidak malu.

Namun kesibukannya itu pada akhirnya mengetuk jiwa aslinya. Haechan mulai bosan, setiap hari kesibukannya selalu sama, jika bagi orang orang waktu itu pengingat hanya sebuah bualan, bagi Haechan waktu itu benar benar menenornya.

Setiap detiknya Haechan harus bergerak cepat supaya kegiatannya setelahnya tidak terganggu, Haechan bahkan tidak memiliki teman, karena ia tidak memiliki waktu untuk bermain. Di waktu liburnya, ia pakai untuk membawa ayanya chek up kerumah sakit.

" Haaaah....."

Haechan menghela nafas, menatap jam menunggu jarum panjang itu bergerak tepat di angka 12, kemudian setelah itu Haechan langsung mengganti pakaianya, menunggu temannya untuk bergantian shift, dan pulang dengan bis.

Advertisement

Drrt drrt

" Huuuft......"

Haechan pasrah ketika ponselnya berbunyi, ia sudah tau skenario apa yang akan terjadi.

" Haechan-ah... maafkan aku... sepertinya aku terlambat, aku masih kerja kelompok... bisa tunggu aku setengah jam lagi mungkin? atau satu jam?"

Tedengar suara gadis yang memohon pada Haechan

" Yeri-shi.... jika kau terus seperti ini, aku akan kerepotan, kemarin kau juga terlambat dan aku hampir ketinggalan bis terakhir" Jelas Haechan

" Maafkan aku..... aku akan memberikan separuh gajiku bulan ini padamu hm? kali ini saja ya Haechan? Pria tua itu akan marah jika tau aku terlambat lagi"

" Makanya... lain kali tepat waktu, yasudah belajar saja dengan tenang"

" Makasih adikku tercinta....."

Haechan mematikan ponselnya sambil terkekeh, Yeri adalah teman kerjanya di toko serba dan ia mahasiswi tingkat pertama, jika alasan Haechan bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup, tujuan Yeri bekerja hanya untuk menambah uang saku, ia berasal dari keluarga yang cukup mapan, bahkan ia berkulian di univeritas yang cukup bergengsi.

Hanya ingin mencoba hidup mandiri

Begitulah jelasnya, ketika Haechan pertama kali berkenalan dan menanyakan alasan Yeri bekerja dan Haechan cukup takjub dengan Yeri, namun semua itu sirna ketika Haechan tau, Yeri adalah anak dari pemilik toko serba ini.

Yeri sangat baik pada Haechan, bahkan terkadang Yeri tidak masalah tidak digaji asalkan gajinya diberikan kepada Haechan, Yeri benar benar menganggap Haechan sebagai adiknya dan Haechan sangat berterimakasih karena hal itu, karena setidaknya ia masih dikelilingi oleh orang baik.

" Selamat datang" Sapa Haechan ketika seseorang masuk

Pria itu hanya membungkuk dan kembali dengan kegiatannya. Setelah mengambil beberapa belanjaannya, pria itu pergi ke kasir dan membayar

" Semuanya 120 ribu ya pak, cash atau card?" Tanya Haechan sopan

" Card saja" Pria itu dengan masih sibuk dengan ponselnya memberikan e-money nya pada Haechan.

Haechan sedikit kagum dengan pria yang ada di depannya ini, walaupun sudah tua, pria itu masih terlihat tampan, dengan jas yang ia kenakan Haechan yakin pria itu pasti sangat kaya.

Advertisement

" Sudah pak... ini barangnya"

Setelah menggesekkan kartu, Haechan memberikan satu kantong plastik yang penuh dengan makanan pada pria itu beserta kartu tadi.

" Terimakasih..."

" Terimakasih kembali pak...." Senyum Haechan

Pria itu sempat melirik Haechan sebentar sebelum fokus pada ponselnya lagi, ketika ia ingin keluar dari toko serba itu, pria itu menghentikan kakinya dan berbalik, sedikit berlari kembali menuju meja kasir

" Ada yang tertinggal pak?" Tanya Haechan sopan

" Haechan-ah?" Tanya pria itu

" I...iya..."

" Kau Haechan kan? Seo Haechan kan? Anaknya Johnny dan Ten?" Tanya pria itu itu dengan mata berkaca kaca

" I....Iya.... benar... maaf bapak si-"

Belum sempat Haechan melanjutkan kalimatnya, pria itu sudah memeluknya dengan erat dan mengelus kepalanya

" Akhirnya aku menemukan mu.... terimakasih tuhan..... terimakasih... sudah mempertemukan ku dengan malaikat ku...." Tangis pria itu sambil terus memeluk Haechan

Haechan bingung ia benar benar tidak kenal siapa pria yang memeluknya ini, tapi entah kenapa rasanya sangat nyaman dipeluk seperti ini, seolah pria itu mengerti bahwa Haechan juga sedang lelah saat ini.

Haechan menghela nafas, sambil menepuk nepuk pelan punggung pria itu, Haechan tidak mengerti kenapa pria itu menangis sejadi jadinya. Mungkin dia sakit? Itu yang pertama kali yang terlintas di pikiran Haechan tapi apapun itu, satu hal yang Haechan rasakan sekarang.

Nyaman

Haechan memberikan segelas air panas kepada pria itu dan duduk di sebelahnya.

" Paman baik baik saja?" Tanya Haechan khawatir, pasalnya mata pria itu benar benar bengkak karena menangis

" Waah... kau sudah besar saja.... tapi masih tetap lucu dan imut" Pria itu megelus kepala Haechan dan hanya dijawab dengan senyuman tipis oleh Haechan

Mengerti Haechan yang kebingungan pria itu pun menarik tangannya dari kepala Haechan

" Maaf... uhm kau tidak ingat paman ya?"

" Hehe.. maaf paman" Haechan menggeleng pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

" Ini aku paman Jaehyun... tidak ingat?" Haechan kembali menggeleng pelan

Jaehyun memaklumi, saat itu Haechan masih sangat kecil, wajar ia lupa, terlebih lagi Jaehyun hanya mampir sebentar dalam kehidupan mereka. Melihat Jaehyun yang tersenyum kecut, membuat Haechan tidak tega.

" Maaf ya paman, sepertinya dulu kita saling kenal...."

" Hahahah tak perlu meminta maaf, saat itu kau masih sangat kecil wajar saja kau lupa"

Haechan mengangguk, kemudian ia sedikit bingung melihat Jaehyun menatap cup kertas itu dengan mata yang berkaca kaca

" Kenapa paman?"

" Uh? ...sama seperti dulu.... kau memberikan segelas air hangat padaku"

" Hmm?" Tanya Haechan bingung

" Saat itu badai salju... aku tidak memiliki tempat tujuan, dan kakiku sudah letih berjalan, aku pun duduk di bawah lampu jalan, karena hanya itu tempat yang bisa menghangatkan tubuhku"

" Kemudian, seorang pria kecil, berusaha membawakan secangkir coklat panas padaku, tapi karena kakinya yang kecil dan jalanan licin, ia terjatuh berkali kali, tapi tetap berusaha memberikan gelas itu padaku"

Haechan tersenyum tipis mendengarkan cerita dari pria yang bernama Jaehyun itu

" Kemudian, karena kesal anak itu menangis, dan akhirnya kedua orang tuanya datang. Membawaku ke istana kecil mereka yang sangat hangat, memberikan ku kehangatan, kehidupan kedua untuk bangkit lagi"

Sekarang Haechan mengerti kenapa pria itu terlihat sangat bersyukur bertemu dengan Haechan.

" Secangkir coklat panas... memang tidak seberapa, tapi kebaikan mu aku tidak akan pernah bisa membalasnya" Lagi Jaehyun menangis

Haechan hanya bisa mengelus punggung Jaehyun

" Maaf ya paman... sepertinya pengalaman itu sangat berharga bagi paman, tapi aku tidak bisa mengingatnya...."

" Hahaha tak apa ....kenapa meminta maaf...oiya bagaimana kedua orang tuamu?"

" Baik paman...."

" Baguslah.... kau juga tidak ingat Mark ya?"

" Mark?"

" Dia... putraku"

Haechan kembali menggelengkan kepalanya

" Wah padahal kalian itu selalu menempel kemana mana dulu"

" Benarkah?"

" Eung...."

" Pasi aku sangat berisik ya dulu..."

" Sangat.. Mark sampai kesal karenanya"

" Hahahah... sekarang aku percaya kita pernah kenal" Gurau Haechan

" Kau sudah mau pulang? biar paman antar pulang"

" Uhm...tak usah paman aku tidak ingin merepotakan"

Walaupun Haechan yakin pria ini adalah orang baik, tapi tetap saja ia harus berhati hati.

" Tak apa, lagi pula sudah malam, aku juga ingin bertemu dengan Johnny"

" Baiklah...."

Dari tatapan mata yang berbinar, Haechan yakin pria ini tidak akan menyakiti Haechan, dan Haechan yakin tuhan pasti akan selalu menjaganya.

    people are reading<[COMPLETED] Our Happy Ending || Markhyuck>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click