《GULAKU | Yoongi X BTS | Namgi | JinGa | Sope | Minyoon | Taegi | KookGa》Lebih Dari Egoku (MinYoon)

Advertisement

Cinta itu perihal ikhlas, bukan persoalan komitmen atau pengorbanan. Tapi seberapa ikhlas hati saling memberi dan menerima, ikhlas terluka juga bahagia, ikhlas datang meski sering tak diharapkan, ikhlas memberi meski tak diakui, ikhlas merengkuh meski sering terlepas jatuh, ikhlas tersenyum meski hati terenyuh, ikhlas percaya meski sangkalan kerap mendera dan yang paling besar dalam keikhlasan dari cinta adalah ikhlas melepas untuk memberi rasa bebas. Sebab cinta adalah keikhlasan, merasakan dengan hati tanpa memaksa pengharapan.

"Jim aaakk"

Jimin kembali membuka mulutnya menerima suapan makanan yang kekasihnya berikan tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.

"Jim nanti malam jadi kan?"

"Hah? Nanti malam?"

"Ish kau lupa?"

"Emang kita nanti malam mau kemana yoon?"

Yoongi pandang sendu wajah tampan jimin yang kini menatapnya.

"Kamu udah janji ajak aku ke festival musim panas kan nanti malam?"

"Aaahhh.... maaf yoon, nanti malam mama minta aku antar ke rumah imo ada acara disana. Maaf ya... kau tak marah kan?"

Yoongi menghela nafas pelan. Meski sudah sering mendapatkan kekecewaan rasanya perasaan itu masih sama buruknya. Bukan semakin kebal, tapi sama saja. Yang namanya kecewa ya kecewa saja, mau berapa kalipun merasakannya tak akan mengurangi sakitnya. Hanya karena terbiasa ia jadi bisa mengontrol diri tak meluap saat itu juga.

Dan yoongi kembali menelan kekecewaan kala Jimin sekali lagi membatalkan janjinya.

"Yasudah, lain kali saja"

"Makasih ya sayang, kamu emang yang terbaik deh"

"Jika aku yang terbaik, seharusnya cukup aku bukan?" Batin Yoongi miris, disembunyikan apik dengan gummy smile nya.

Kuat bukan berarti tak menangis, sabar bukan berarti tak berucap, yakin bukan berarti sepenuhnya percaya. Akan ada kalanya si kuat meneteskan air mata, si sabar berucap keluh kesah, ada kalanya si yakin akan meragu. Tapi tahukah jika harapan mampu memimpin kendali diri? Hingga si kuat tak melepaskan air matanya, si sabar diam meski sesak didada, si yakin menghapus ragunya.

"Masih ingat jalan pulang?"

Sindiran sinis menyentak lamunan Yoongi saat hendak menaiki tangga ke kamarnya. Tolehkan kepala dapati sang eomma memandang dengan tatapan kesal.

"Maaf eomma, tadi ketiduran di perpus"

"Sekalian saja tinggal di perpus tak usah pulang"

"Maaf eomma, besok tidak lagi"

"Cih, merepotkan!"

Yoongi menunduk, meremat ujung dressnya. Cemas jika harus menghadapi amarah eommanya untuk kesekian kali.

"Ada apa ini?"

"Noh, anak kesayanganmu. Malam begini baru pulang"

"Maaf appa, tadi ugi ketiduran di perpus abis ngerjain skripsi"

Pria paruh baya itu tersenyum hampiri Yoongi, tepuk kepala pelan.

"Yaudah, tidak apa. Sekarang ugi masuk kamar dan istirahat ya, biar nanti bibi yang antar makan malam kekamar. Tadi eomma dan appa sudah makan malam diluar"

Yoongi mengangguk pelan. Berbalik kembali menaiki tangga. Sebelum sebuah suara kembali membuatnya menoleh belakang.

"Appa... eommaa... jiji pulaaang" pekikan ceria datang dari arah pintu masuk.

"Kau dari mana ji? Kenapa jam segini baru pulang?"

"Hei appa, ini baru jam 10 ya. Eonni juga baru pulang kan?"

Jiji tatap Yoongi yang hendak menaiki tangga, sebelum lempar smirk tipis pada kakaknya.

"Jiji tadi sudah ijin, .... jiji sekarang istirahatlah, sudah makan kan sayang?"

"Sudah eomma... jiji masuk kamar dulu ya" jiji atau Min Yoonji, putri bungsu keluarga Min, adik semata wayang Min Yoongi. Melangkah menaiki tangga setelah memberikan kecupan singkat di pipi eomma nya. Berjalan angkuh, senggol sengaja bahu kakaknya lalu kembali melangkah tanpa bersalah.

Yoongi menghela nafas. Sudah biasa, jadi ia selalu paham tak perlu protes atau membalas. Begitupun ayahnya yang hanya menghela napas sembari memijit pangkal hidungnya lelah.

Ia melewatkan makan malam lagi dengan dalih masih kenyang hanya karena tak ingin melihat bibi Jang khawatir sebab majikan kesayangannya tak makan. Ia buka kembali album foto bersampul biru langit itu.

Keluarkan 1 poto kecil polaroid dari tasnya. Lalu tuliskan note dibaliknya sebelum memasukkan photo itu bersama photo-photo yang lain di albumnya.

Advertisement

Bukan pertama kali melihatnya tapi kenapa sakitnya masih sama. Jim, aku bukan lagi prioritasmu bukan? Aku pernah jadi yang tersayang, tapi mungkin kini aku harus berbagi.

Ia menghapus kasar air mata yang terus menganak, menatap penuh perih pada photo terbaru yang ia masukkan. Photo sang kekasih dengab seseorang yang amat ia sayangi tengah menatap lampion dengan canda tawa.

Lelah menangis, ia raih ponsel pintarnya. Ketikkan pesan pada sang kekasih. Semoga terbalas.

To:

Yoongi kembali tersenyum kecut, saat kekasihnya tak jua membalas pesannya meski ia tahu kekasihnya itu tengah online. Ia sadar, bukan lagi ia prioritas pria itu kala hati sang pria terbagi entah berapa untuknya. Tapi ia ikhlas tanpa memaksa harap balas, sadar ia tak mampu paksa. Jadi ia hanya akan terus bertahan dan berusaha sampai semesta bertindak dengan takdirnya bantu putuskan apa baiknya.

"Mukanya kusut amat princess, dimarahin ibu ratu lagi?"

"Kak jin?" Yoongi toleh pada pria tampan bertubuh jangkung di sampingnya.

"Dimarahin eommamu lagi?"

Gelengan kecil seokjin dapatkan. Seokjin hapal sekali dengan kehidupan Yoongi, si cantik yang menjadi tetangga sejak masih SMP itu. Tahu betul bagaimana eomma Min memperlakukan kedua anaknya pilih kasih. Dan tahu betul bagaimana eomma dan adik sahabatnya itu tak pernah memperlakukan Yoongi layaknya keluarga meski darah masih sama.

Seokjin kadang tak habis pikir, bagaimana bisa Eomma Min dan Yoonji bisa membenci Yoongi karena kesalahpahaman. Ah, sebenarnya mereka sudah tahu faktanya. Hanya ego mereka terlalu tinggi menjulang setelah kebencian terlalu meradang, abai pada fakta kemudian. Yoongi malang harus terima takdir saja. Tenang Yoongi terlatih tangguh, bersyukur senyum appa Min selalu menghangatkan hatinya, merengkuhnya kala lelah dan menghapus air matanya.

"Jimin?"

Keterdiaman Yoongi jadi jawaban. Seokjin menghela nafas berat.

"Putuskan saja yoon!"

"Aku masih mencintainya kak, aku yakin ia masih mencintaiku"

Seokjin mendecih kesal. Sungguh ingin sekali ia memukul wajah kekasih sahabat mungilnya ini yang dengan berani menyakiti hati setulus gadis itu. Jika itu Jin, maka ia tak akan melukai sedikit saja kalau bisa ia masukkan toples biar gak lecet! (But , horor gak sih hehehe).

"Jika dia mencintaimu ia tak akan merengkuh wanita lain yoon, jika dia masih mencintaimu ia tak akan mengabaikanmu, jika ia mencintaimu ia akan merindu dan menjaga hatimu"

"Kak jin, sudah lah tak apa... aku rasa ia hanya sedikit bosan saja dengan hubungan kita. Nanti juga ia kembali lagi kok"

"Apanya yang kembali yoon? Sudah 6 bulan kan seperti itu? Jangan naif yoon, cobalah melepaskannya, bebaskan hatimu."

"Tak bisa kak, aku terlalu mencintainya. Aku takut kehilangannya. 3 tahun waktu yang lama untuk sekedar main-main"

"Tapi 3 tahun tak cukup lama untuk membuatnya setia yoon"

Tatapan Seokjin menajam menatap sang objek pembicaraan sedang duduk ditaman dengan gadis yang amat ia kenal. Rahangnya mengeras reflek saja, ia kontrol amarah dengan hembuskan nafas dalam. Raih tangan yoongi tangkup dalam genggaman.

"Yoongichi, kau tau... terkadang semesta membiarkanmu bertahan dan berjuang bukan untuk agar kau mendapatkan apa yang kau idamkan tapi untuk membuatmu mengerti tentang keikhlasan melepaskan, agar kau tak terlena pada genggaman. Meski kau berjuang dan bahkan telah menggenggam, ada kalanya kau harus persiapkan hati untuk membebaskan. Terkadang ego akan melarangmu dan terus memintamu menggenggam harapan, terkadang kau harus menuruti ego itu tapi sesekali kau harus ikuti arus semesta. Ia yang selalu kau perjuangkan tak selalu harus terwujudkan, bahkan meski telah tergenggam harus ikhlas kau lepas jika memang semesta tak sekalipun merelakan kau dengan harapanmu itu. Yakinlah, bukan semesta jahat, tapi itu cara semesta mengajarkan mu arti kesabaran dan perjuangan, juga membuatmu belajar melihat baik buruk kehidupan. Semesta pasti punya rencana indah untukmu yang tak pernah berburuk akan takdir Tuhan. Lepaskan jika sesak kau genggam, bebaskan hatimu dari pengharapan semu. Hanya sebentar jika kau ikhlas, nanti pasti akan ada yang indah menanti, obati luka sebab pilihan melepaskan"

Advertisement

Yoongi menatap manik tajam seokjin. Resapi tiap kata yang meluncur dari bibir sahabatnya. Ia jelas tahu Seokjin peduli padanya dan tak akan mendorongnya berbuat yang merugikannya. Hanya saja, ia tak yakin apa bisa ia melepaskan Jimin, lelaki yang selama 3 tahun ini memenuhi relung hatinya, menorehkan bahagia dan luka kemudian.

Sudah hampir 6 bulan ini jiminnya berubah. Menjadi lebih acuh padanya, jarang membalas pesannya, jarang datang menemuinya, bahkan sering membatalkan janjinya. Padahal dulu tak pernah absen Jimin memberinya kabar via chat maupu telphone, tak pernah sekalipun Jimin acuh padanya apalagi sampai abai pada janjinya.

Tak pernah, sebelum itu terjadi.

Sebelum Min Yoonji pulang dari studi bandingnya di Jepang. Saat itu Jimin mengantar Yoongi pulang dan tak sengaja Yoongi memperkenalkan keduanya. Hingga berlarut, jimin dan yoonji semakin dekat. Yoonji jelas terlihat tertarik pada Jimin saat pandangan pertama dan Jimin entah sejak kapan akhirnya goyah dan membagi hatinya.

Namun Yoongi ingin egois dan turuti egonya. Abai pada ribuan fakta bagai duri menusuk nyeri ulu hatinya bahwa kekasih hatinya berpaling darinya. Yoongi merindukan jiminnya, maka itu ia dengab tekad mendatangi apartemen kekasihnya.

Klik...

Pintu apartemen itu terbuka. Jimin tak pernah mengganti passwordnya. Sehingga ia bisa masuk kapan saja, lagi pula keluarga lelaki itu juga bahkan sudah dekat dengannya jadi tak masalah ia masuk tanpa ijin, lelaki itu tak pernah mempermasalahkan. Jadi ia leluasa memasukinya.

Hanya saja, mungkin keputusannya kali ini sepertinya sebuah kesalahan fatal.

Dengan pandangan memberat ia dapati sepatu heels sang adik terpajang berantakan di depan pintu masuk. Abaikan lagi rontaan sesak dihati, ia masuk lebih dalam keruang tengah. Hingga ia mematung mendengar desahan-desahan familiar di telinganya.

Jika bisa, ia ingin lari saat ini. Tapi entah kenapa kakinya justru semakin membawanya melangkah lebih dalam menuju asal suara.

Tess.... tess...

Bulir yang sejak tadi tertahan itu akhirnya meluncur bagai hujan, tak terkendali. Jatuhkan bungkusan yang sejak tadi digenggam, ia bungkam bibirnya. Sesak hatinya saksikan sendiri sang kekasih tengah bergumul panas dengan adik kesayangannya.

Sekuat tenaga, tangannya gemetar raih sebuah kamera polaroid didalam tas. Arahkan kamera intip adegan panas itu dan menekan tombol camera itu. Segera setelahnya ia pergi dari sana masih dengan sesak dan sesenggukan lemahnya.

Lari sekuat kaki mengayun. Biarkan air mata terus mengalir hingga ia berhenti di sebuah bangku di taman kota. Dudukkan diri, teriakkan sesak dihati. Remat kuat dadanya yang terasa nyeri kembali.

Bayangan kekasihnya tengah bergumul dengan adiknya terus menghujam, menyayat dan mencabik perasaannya. Ia pikir jimin hanya bermain-main dengan adiknya dan akan kembali jika sudah merasa tak jenuh dengan hubungannya. Siapa sangka ternyata mereka sudah sejauh itu.

Kembali ia teriakkan kekecewaannya. Remat ponselnya hingga memutih jari-jarinya. Belum kering lelaki itu membuat bulir itu, kini justru kembali menambah luka yang semakin menghujam. Tak percaya ia kembali membaca pesan itu.

Jimin menjemput Yoonji kerumahnya. Ada rasa penasaran di hatinya kala menjemput kekasih baru nya itu tentang kabar kekasih lamanya. Ada rasa rindu yang kerap kali hadir kala menyadari Yoongi tak lagi terasa eksistensinya. Kerap ia tanyakan pada Yoonji tapi jawaban gadis itu membuatnya merasa geram entah pada siapa.

" ia tidak pulang kerumah sejak 3 bulan lalu, mungkin sudah pergi dengan om-om kaya"

Tak hanya jawaban Yoonji yang membuatnya geram. Tapi sikap dari ayah sang kekasih yang seakan membenci Jimin setengah mati.

"Sudahlah oppa, kau merindukan jalang itu? Aku yakin ia kini tengah tidur dengan para pria kaya itu. Jika kau masih mencintainya kembalilah padanya. Aku sangat membenci jalang itu, gara-gara kepergiannya ayah dan ibuku mau bercerai! Kau tau appa bahkan menggugat cerai eomma karena jalang itu!" Yoonji bersungut meninggalkan Jimin.

Entah mengapa Jimin tak ingin memanggil gadis itu, tak merasa iba justru semakin terngiang akan kepergian Yoongi. Ia selalu dibuat kesal saat bertanya pada Seokjin ataupun Namjoon sahabat Yoongi. Karena yang ia dapatkan hanya kata kasar dan makian dari kedua senior dikampusnya itu.

"Yoongi, dimana kamu?"

....

"Akh... jalan pakai mata dong!" Maki jimin pada pria yang menabraknya membuatnya terjatuh dengan tidak elitnya dilantai.

Pria itu hanya mendecih, tatap jimin penuh benci lalu lanjutkan jalan dengan angkuh.

Jimin buru-buru bangkit, hendak lanjutkan memaki atau setidaknya memukul pria itu hingga tanpa sadar gantungan tas pria itu mengalihkan pandangannya. Niat ingin memaki menguap begitu saja berganti rasa penasaran.

"Yakk... brengsekk... tunggu!!!"

"Apa lagi?" Pria berhodie hitam itu tatap jimin tajam, pasang raut kesal luar biasa.

"Dari mana kamu dapatkan gantungan ini!" ..

"Apa urusannya denganmu?"

"Kau mengetahui dimana yoongi?" Jimin menggeram rendah. Terpancing kesal dengan atmosfir yang tercipta.

Pria itu mendecih, tatap jimin lalu pasang smirk seolah siratkan raut jijik tatap kekasih baru pria itu.

"Pembunuh sepertimu tak layak tahu!"

Sontak Jimin dan Yoonji yang berada tepat dibelakang Jimin mematung terkejut. Apa maksudnya pembunuh?

"Yakk apa maksudmu?!"

Bukan Jimin, ia Yoonji yang memekik tak terima kekasihnya dikata pembunuh.

"Tanyakan pada appa mu, kalian berdua sama saja pembunuh!"

Lelaki itu berlalu begitu saja abaikan teriakan Yoonji memekik.

"Yakk, Kang Daniel! Apa maksudmu?"

"Yakk, kang daniel brengsek!"

Yoonji hendak mengejar Kang Daniel, sebelum akhirnya terhenti karena tarikan Jimin.

"Kau tau sesuatu? dimana Yoongi?"

Tanya Jimin dengan suara rendah dan raut dingin.

Yoonji menggeleng jujur. Ia sebenarnya juga tak tahu, meski kadang juga khawatir dan merasa bersalah. Tapi ego membuatnya melanjutkan kebencian pada kakak yang tak membuat salah padanya hingga harus menerima kebencian sebesar itu darinya.

"Kita harus menemui ayahmu ji"

"Punya muka juga kau anak muda!"

Sarkas tuan Min hadapi pertanyaan tiba-tiba dari pemuda yang menjadi salah satu orang yang dibencinya setelah sang istri. Ah mungkin sebentar lagi akan jadi mantan istri.

"Appa, apa kau tahu dimana eonni?"

"Tumben menanyakannya ji? Biasanya kau bahkan tak peduli"

"Appaaa..."

Yoonji merengek, raih lengan sang ayah.

Deg...

Ayahnya menepis tangannya. Ayahnya yang biasa lembut kini menatapnya dingin.

"Kenapa ji? Merindukan kakakmu? Setelah apa yang kau perbuat padanya? Hah, aku merasa gagal membesarkanmu, mungkin aku terlalu memanjakanmu hingga jadi manusia tanpa nurani seperti ini"

"Appaaa..."

"Berhenti seolah kau tak bersalah ji!" Sentak tuan Min, membuat Yoonji terperanjat, pasalnya sang ayah belum pernah sekalipun membentaknya.

" Jangan membentak anakku Sehun-ssi!"

Tuan Min menatap sinis calon mantan istrinya yang datang dari tangga.

"Ku rasa aku juga salah memilih wanita untuk kunikahi hingga harus kehilangan anakku untuk kedua kalinya! Andai saja dulu aku tak menikahimu pastilah aku tak harus merasakan duka kehilangan putra dan putri ku!"

"Apa maksudmu?"

"Hah... kalian membuatku muak!"

Min Sehun keluar dari ruang kerjanya, setelah melempar dua album foto dengan sampul biru dan merah muda kehadapan tiga orang disana.

Luhan menatap foto-foto keluarganya di album foto Yoongi. Kebanyakan berisi fotonya yang diambil secara candid. Namun bukan itu yang membuatnya tiba-tiba merasa sesak. Melainkan untaian kata-kata yang tertulis di bawah bingkai tiap fotonya.

"Eommaku tersayang, semoga sehat selalu"

"Eomma ku yang cantik, masakanmu selalu enak"

"Eomma, jangan marah lagi"

"Eomma aku merindukan pelukan eomma"

"Eomma, ini sakit. Eomma aku menyayangi eomma"

"Tuhan, jagalah eommaku jika nanti aku pergi"

"Tuhan tak apa ini sakit, asal sehatkan eommaku"

"Eomma, aku sedih. Boleh aku mengeluh?"

"Eomma, aku mencintaimu. Jika nanti kau melihat ini, tolong maafkan aku jika aku membuatmu kecewa. Tapi harus kau percaya aku menyesal, andai dulu aku lebih cepat menghentikan suga oppa pasti ia masih ada disini bersma kita. Eomma, maafkan aku yang tak bisa mencegah suga oppa menyerah. Eomma aku juga menyayangi suga oppa, eomma aku harus bagaimana? Aku ingin hampir mati dengan penyesalan ini hingga merasa bersalah masih bernafas di dunia. Eomma, aku juga ingin menyerah, tapi aku tak bisa. Hidupku adalah keberkahan Tuhan dan hadiah dari mu dan appa bukan, jadi aku tak ingin menyerah seperti suga oppa. Eomma, akupun lelah. Aku merasa aku manusia terjahat didunia. Tapi kau tahu eomma, aku sangat menyayangimu. Berbahagialah, dan tolong maafkan anakmu yang tak berguna ini"

Luhan meluruh sesak dalam dada, kakinya seperti melunak seperti jeli. Setelah ia kembali disentak fakta sebuah hasil pemeriksaan rumah sakit yang menjelaskan Min Yoongi dengan Kanker Otak Stadium 4.

Begitupun dengan Jimin dan Yoonji yang terkejut dengan fakta baru itu.

Jimin segera saja membuka album foto bersampul biru muda. Disana terpampang banyak sekali fotonya, foto kebersamaannya dengan Yoongi. Hingga foto perselingkuhannya dengan Yoonji.

"Yang justru semakin menyakitkan adalah ketika kau mulai berpura-pura hatimu tidak sakit."

"Karena aku mencintaimu tanpa syarat, meski aku tahu tak seharusnya bergantungkan hati pada makhluk."

"Haruskah ku bersabar tanpa batas, aku masih ingat semua janjimu. Namun kau berubah setelah mengenalnya. Atau mungkin aku yang berubah menjadi lebih mencintaimu hingga abai pada rasamu yang tak lagi sama. "

"Inginku menutup mata, melepasmu dan membebaskan hatiku menepi tapi egoku mendorongku bertahan dan mengabaikan kesakitan ini yang justru pada akhirnya menjatuhkanku ke jurang terdalam neraka patah hati."

"Semoga kau bahagia jimin, aku melepasmu sekarang. Berbahagialah meski bukan dengan ku. Maafkan aku yang terlalu mencintaimu hingga mungkin mencekik kebebasanmu."

Penyesalan memang selalu datang terlambat. Sudah tertemplate otomatis seperti itu. Merasa bersalah? Mengharap beribu andai hanya akan sia-sia. Jika itu tentang penyesalan. Terlebih apa yang kamu sesalkan tak bisa dikembalikan.

    people are reading<GULAKU | Yoongi X BTS | Namgi | JinGa | Sope | Minyoon | Taegi | KookGa>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click