《1001 Masalah》Biskuit dan Susu

Advertisement

Ardan terlihat serius dengan bukunya, bibirnya sampai maju beberapa senti. Aku memandangi wajah lucunya dari balik jendela sambil menahan tawa agar tidak ketahuan.

Sulit menahan tawa tanpa suara, sementara kedua tanganku penuh dengan satu nampan berisi dua gelas susu, sepiring kecil buah anggur, serta sekaleng biskuit coklat.

Akhirnya, aku putuskan untuk keluar dan menghidangkannya di atas meja yang berada di teras rumah. Kami selalu menyukai suasana depan rumah yang asri daripada di dalam. Selain angin yang menyejukkan, warna langit sore selalu indah dipandang. Kecuali di musim penghujan tentunya.

Setelah meletakkan nampan di bawah meja, aku segera duduk di sebelah Ardan.

"Alhamdulillah, mimpi apa aku semalam lihat Ardan suka baca buku begini," ledekku.

"Kamu nih, aku gak suka baca salah. Membaca pun, gak bener," jawabnya sewot, tetapi tangannya seraya mengambil sekeping biskuit.

Aku tergelak melihatnya, walau sesaat kemudian tawaku tertahan. Mataku membulat melihat caranya makan biskuit coklat di depanku, sementara perutku serasa bergolak dan ingin memuntahkan seluruh isinya.

"Mamaaa!" Sontak aku lari terbirit-birit masuk ke dalam rumah.

Meninggalkan Ardan, anak teman mama yang tengil itu keheranan hingga mulutnya terbuka.

Mama beserta tante Kayla yang sedang seru bergosip di ruang makan, serentak menoleh ke arahku.

"Ada apa, Ren?" tanya Mama lembut.

"Ardan tuh, jorok." Aku menangis tersedu di pelukan Mama.

Tante Kayla segera memanggil anaknya, yang kini sudah ikut bergabung bersama kami.

"Apa yang kamu lakukan, Ardan?" tanya tante Kayla tegas.

Anak lelaki yang kini duduk di dekat mamanya itu menggeleng kepala lalu tangannya menunjuk ke arahku, "gak tau, Ma. Ardan cuman makan biskuit. Terus dia nangis menjerit-jerit."

"Iyalah, makannya gitu. Heu heu heu." Aku masih dongkol dibuatnya, perutku sangat sakit dibuatnya. "Masak, Ma. Dia makan biskuitnya dijilat-jilat, terus dicelupin ke dalam susu Reni. Jijiklah, Ma."

"Astaghfirullah, Ardan!" tante Kayla pun menjewer telinga anaknya yang jail.

Sementara Ardan bukannya kesakitan malah tertawa lebar, mengerlingkan matanya ke arahku.

Ya Allah genit sekali sih, dia, batinku. Namun, kenapa ada desir hangat di hatiku ya? Duuuh, umurku saja belum genap 12 tahun. Masak iya, ini yang namanya jatuh cinta? Kubenamkan wajahku pada dada Mama, yang sepertinya telah berubah warna menjadi merah.

Tangisku telah berhenti, perutku pun tak memberontak lagi. Berganti bunga bunga yang seolah tumbuh berwarna warni. Masih banyak waktu untuk kami bertemu, selama Mama dan tante Kayla masih berteman baik.

Tamat

    people are reading<1001 Masalah>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click