《1001 Masalah》Jauhi Daster Ibuku

Advertisement

Mata Rinda tak berhenti mengeluarkan air mata. Sementara tangannya mengiris bawang merah di atas talenan.

"Kamu berhenti dulu deh masaknya. Masak mengiris bawang saja, sampai matanya sembab begitu. Kamu kangen ibu, ya?" tebaknya.

Ridwan, suaminya, memegang tangan Rinda. Kemudian membimbingnya, untuk duduk di kursi yang ada dekat meja makan. Perempuan itu masih menitikkan air mata, lalu menyusutnya dengan ujung lengan daster yang dipakainya.

"Breeettt."

Suara kain sobek, yang ternyata bagian ketiak dasternya. Rinda menangis lagi, kali ini semakin keras. Ini adalah daster kesayangan ibu, yang telah meninggalkannya setahun lalu.

Ridwan tergopoh-gopoh menenangkan istrinya. Diambilnya segelas air yang ada di atas meja makan.

"Minumlah ini, biar hatimu tenang."

"Mas Ridwaaan!" Rinda berhenti menangis seketika, setelah gelas diterimanya. Lalu dengan gemas, disorongkan gelas itu ke depan hidung suaminya, "Ini kan, cuka. Mau aku buat acar, Mas. Kamu cium baunya dulu, dong!"

Tak urung, mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak. Membayangkan, seandainya cuka benar-benar terminum oleh Rinda. Perempuan itu bersyukur memiliki seorang suami yang sangat sabar dan pengertian terhadap istri. Meskipun lima tahun mereka belum juga dikaruniakan seorang anak pun. Cinta Ridwan bagi Rinda, seperti tak lekang oleh waktu.

"Mas, aku mau ganti daster dulu ya. Lebih baik aku simpan saja daster ibu, karena sudah lapuk. Aku tidak mau daster kesayangannya semakin banyak sobeknya dan berakhir menjadi gombal, buat bersih-bersih kompor."

"Tentu, sayang ... tentu," jawab Ridwan sambil manggut-manggut.

Setelah berganti baju, Rinda kembali meneruskan memasak. Sementara Ridwan menemani dengan membaca koran di lantai bawah. Lelaki itu, kalau sedang membaca tidak akan bergerak meskipun istrinya mengepel lantai. Terpaksa, Rinda harus memutari tempat dia duduk dan merelakan kawasan itu tanpa dipel.

Tiba-tiba, sedang asyik membaca berita di koran. Istrinya berteriak, panci sayur tersenggol dan kuahnya tampak tumpah sebagian. Beruntung panci tidak sampai terjatuh sehingga tidak melukai tubuh bagian pinggang sampai ke kaki. Rinda memasak kare ayam, kesukaan suaminya. Kebetulan Ridwan sedang libur kerja.

Advertisement

Reflek, Ridwan menyambar kain yang ada di sebelahnya. Tidak menyadari bahwa itu daster kesayangan ibu dari Rinda. Daster yang sedianya akan dijahit sebelum dicuci.

"Stooop!!!" teriak Rinda lebih kencang dari saat terkejut karena kuah panas tumpah dari panci.

Terlambat, suaminya sudah melempar daster kesayangan ibu ke atas kuah kare yang menggenang di lantai. Sekali nempel, meresap ke dalam serat-serat kainnya.

Rinda melongo, Ridwan kebingungan. Saat tersadar, keduanya berpandangan.

Rinda menangis, Ridwan panik lagi. Daster kesayangan diambil, dimasukkan ember cucian. Kebetulan ada rendaman cucian di dekat kamar mandi.

Akan tetapi, mengerti seorang perempuan bukanlah perkara mudah. Rinda menangis semakin menjadi-jadi. Kakinya malah menghentak-hentak ke lantai. Ridwan malah ingat gurauan masa kecilnya, yaitu syarat rapalan mantera untuk bahan bercanda "sebut namaku lalu hentakkan kaki ke bumi tiga kali". Jika tidak ingat istrinya sedang ngamuk, dia pasti sudah tertawa lagi. Akhirnya setengah mati ditelannya rasa geli ingin tertawa.

Dasar masih lagi apes, rendaman cucian tempat Ridwan merendam daster penuh kuah kare adalah baju yang akan digunakan ke acara temu manten besok malam. Kuah kare terlanjur mencemari baju cantik mirip baju artis kondang di panggung pantura.

"Aku salah apa lagi toh, Dek?" tanya Ridwan dengan tampang memelas.

*** Tamat ***

    people are reading<1001 Masalah>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click