《1001 Masalah》Pelupa

Advertisement

Semakin hari, suamiku menjadi orang yang paling menyebalkan. Ia sering mengatakan aku ini pelupa dan hampir pikun. Tidak masuk akal.

Siapa yang selama ini mengingatkan dia? Jika setiap hari Senin, harus memakai seragam warna kheki. Hari Selasa, waktunya memakai seragam batik. Lalu untuk hari Rabu, seragam yang dikenakan adalah hem berwarna putih dengan celana hitam, hari Kamis dan Jum'at seragam warna orange. Akulah, orangnya!

Kalau pun saat itu, tidak sesuai dengan tanggal dan hari di kalender, itu bukan kesalahanku. Karena aku tidak pernah melihat, apalagi memerhatikan atau menghapalkan hari dan tanggal di kalender.

Salah dia sendiri kan, kalau seragamnya salah.

Suatu hari, dia memintaku memasak sayur sop dengan ayam goreng kesukaannya. Kalau kemudian kuhidangkan tumis sawi dan ikan kembung goreng, itu bukan karena aku lupa. Tapi, salah si tukang sayur. Dia mengalihkan perhatianku dengan aneka lauk pauk dan sayur mayur yang tergelar rapi di rombongnya. Seandainya tukang sayur hanya membawa ayam potong dan sayuran wortel juga kubis, aku pasti akan memasak sesuai permintaannya.

Yang lebih keterlaluan. Seenaknya, dia mengatakan aku selingkuh. Padahal, aku tidak pernah mengingat siapa saja mantan-mantanku. Jangankan mengingat mereka, apakah dulu aku pernah pacaran saja, aku tidak tahu. Mana mungkin aku selingkuh. Lelaki yang aku ingat ya, cuma dia. Suamiku saja.

Kalau aku menggandeng laki-laki lain, sekali lagi itu bukan salahku.

Itu murni ketidaksengajaan.

Mana aku tahu, kalau ternyata dia orang lain. Aku pikir, laki-laki yang royal dan memanjakanku saat itu adalah suamiku.

Orang yang tiba-tiba menawarkan diri, membayar semua barang belanjaanku. Lalu mengajak makan siang di tempat yang mewah.

Salah sendiri, dia tidak mau.mengantarkan belanja. Padahal, biasanya selalu dia yang mengantarkanku berbelanja.

Yang lebih aneh lagi. Aku disebutnya pelupa, tapi dia sendiri yang lupa.

Saat itu hari libur dan aku baru pulang dari berbelanja di tukang sayur.

Kubuka pintu rumah dengan salam yang sengaja kukeraskan.

Eeeh ... dia dan anak-anak tidak ada di rumah. Justru tetangga yang tinggal di sebelah rumahku, tidur bermalas-malasan di depan televisi.

Advertisement

Aku kaget, dong! Gila saja, kenapa mereka ada di rumahku.

Ternyata, suamiku menukar rumahku dengan tetangga sebelah. Bikin malu saja!

Terpaksa aku keluar, mengalah, dan pindah ke rumah sebelah. Toh, tetanggaku ngotot bahwa itu adalah rumahnya.

Kok ada ya, orang salah tapi ngotot begitu. Pikirku waktu itu. Dan sesampainya aku di rumah yang dibilang tetanggaku adalah rumahku, aku ditertawakan. Kata suami dan anak-anak, aku telah salah masuk rumah. Geram sekali dibuatnya, mereka sukses mengerjaiku hari itu. Pindah rumah, hanya dalam hitungan menit saja.

Mereka sungguh hebat. Aku akui aku tertipu. Akan tetapi, aku tak ingin memikirkan caranya, membuat sakit kepala saja.

Sebenarnya ... aku tadi mau nulis apa, ya?

    people are reading<1001 Masalah>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click