《Perempuan Pelupa》Bagian 49: Kejadian Yang Terlupakan
Advertisement
2 tahun yang lalu. Atau lebih tepatnya ketika aku masih menginjak kelas 1 SMA dengan umurku yang masih 13 tahun. Dikala itu aku sedang berjalan pulang kerumah. Ditengah perjalanan aku mendengar seseorang meminta tolong.
"Tolong, tolong kami."
Sebenarnya aku tidak peduli dengan suara tersebut. Dan aku akan terus melanjutkan perjalananku pulang. Akan tetapi, suara tersebut menjadi semakin menyedihkan dan sangat keras.
"Aku takut! Aku takut! Aku takut! "
Seketika itu aku bergegas untuk mencari sumber suara tersebut. Hingga aku berada pada gang yang terlihat sepi dengan dipinggirannya tertutup tembok, sehingga aku tak bisa melihat situasinya. Aku mendengar suara pria mengatakan sesuatu.
"Berapa kali kubilang diam! Kalau tidak, aku tidak akan segan-segan untuk menusuk leher temanmu dengan pisauku ini."
Kucoba mengintip dibalik tembok tersebut. aku melihat ada 2 orang perempuan dan seorang lelaki tua. Dimana lelaki tua tersebut sedang menyandera seorang perempuan dengan tangan kanannya memgang pisau yang mengarah pada leher perempuan tersebut. dan tangan kirinya yang mendekap mulutnya. Sedangkan perempuan satunya hanya bisa melihatnya sambil terus meneriaki hal yang sama seperti sebelumnya.
Aku mulai berfikir. Jika dilihat-lihat, orang tersebut merupakan orang awam. Karena terlihat dari wajahnya yang terlihat khawatir. Masalahnya, sepertinya dia merupakan orang yang tempramental. Jadi, mungkin saja dia tidak akan segan-segan untuk membunuh perempuan tersebut. akan tetapi, jika lelaki tua tersebut berhasil kabur, mungkin saja si pelaku akan melakukan hal yang sama dikemudian hari. Dia harus segera ditangkap.
Aku mencoba untuk mengambil langkah yang terbaik. Dimana aku akan menghubungi polisi dan memberitahukan lokasi ini.
"Selamat siang pak. Disini ada sebuah tindak kejahatan. Seseorang telah menyandera perempuan yang berada di gang pada lokasi yang saya berikan. Saya harap bapak kesini sesegera mungkin karena kondisinya sangat berbahaya."
"Baiklah, kami akan segera kesana."
"Dan juga jangan sampai suara sirine mobil bapak terdengar. Takutnya si pelaku malah akan menyadari kedatangan bapak."
Setelah selesai melaporkannya, ini merupakan langkah yang paling berbahaya. Dimana aku akan mencoba untuk mengulur waktu hingga polisi datang dan menangkapnya. Oke, inilah saatnya. Aku mencoba untuk memberanikan diri melangkah maju. Aku mencoba untuk bersikap santai tanpa harus khawatir, meskipun tanganku sangat gemetaran.
Sebelum itu, aku menggelindingkan uang koinku dan mengarahkannya masuk kedalam gang tersebut. setelah itu aku berjalan, dan aku telah tiba tepat diujung gang tersebut. Aku melihat orang tua tersebut melihatku begitupun dengan 2 perempuan tersebut. Lalu laki-laki tua tersebut mengatakan sesuatu padaku.
"Apa yang kaulakukan disini anak kecil?"
Lalu aku menjawabnya dengan nadaku yang datar namun pura-pura terlihat kaget dan sedikit terbata-bata.
"Ehhh, Ma maaf aku hanya kebetulan lewat."
Lalu aku melangkah maju. Dia memberikan sebuah ancaman bagiku.
Advertisement
"Jangan mendekat! (Kembali menodongkan pisau ke perempuan tersebut) Kalau tidak, nyawa anak ini akan terancam!"
Lalu aku berhenti dan menjawabnya.
"Ma maaf, aku hanya ingin mengambil koinku yang terjatuh."
Lalu aku menunduk dan mengambil uang uang koinku tersebut. Ketika aku duduk, aku mencoba untuk memikirkan suatu langkah yang terbaik. Sambil ala-ala mencari koinku yang belum kutemukan, aku terus mencoba untuk mengulur waktu sambil memikirkan langkah selanjutnya.
Aku melihat posisi mereka berada di tengah-tengah gang. Sedangkan polisi pasti sulit untuk mendekatinya dan menyergap pelaku tersebut dari belakang secara langsung. karena bisa saja malah pelaku tersebut yang lebih dulu membunuh perempuan tersebut. atau bahkan perempuan yang satunya bahkan diriku sekalipun bisa terancam.
Bisa saja aku mengalihkan perhatiannya, sedangkan polisi berusaha mengendap mendekati si pelaku dan melakukan ancaman dengan menodongkan pistolnya ke kepala si pelaku. Akan tetapi, itu mungkin saja bisa gagal karena ada perempuan yang satunya melihat polisi tersebut datang dan membuat si pelaku menyadari akan kedatangan polisi di belakangnya.
Aku memikirkan sebuah ide, dan mungkin saja akan membahayakan kami semua. Akan tetapi ini hanyalah ide satu-satunya yang dapat kupikirkan. Ku mencoba mendekati mereka dengan berdalih masih mencari koinku yang terjatuh. Lelaki tua itu kembali memberikan ancaman kepadaku.
"Kubilang kamu jangan mendekat!"
Lalu aku berhenti tepat disamping perempuan tersebut. Kemudian aku berdiri dengan memperlihatkan koinku tersebut.
"Akhirnya aku menemukannya."
Lelaki tua itu mengatakan kembali kepadaku.
"Sekarang diam disitu dan jangan bergerak lagi. Dan ingat! Jangan memberitahukan hal ini kepada polisi."
Aku hanya mengangguk setuju. Kemudian aku membisikkan sesuatu ditelinga perempuan yang berada disampingku tersebut dengan nadaku yang meyakinkan.
"Tenang saja, sebentar lagi polisi datang. Sebaiknya kamu jangan melakukan suatu tindakan yang mencurigakan. Atau dia akan tau kalau polisi akan mencoba untuk menangkapnya dari belakang."
Dia mulai tenang, lalu tiba-tiba memelukku dengan erat. Aku merasa sedikit kaget, lalu dia mengatakan sesuatu padaku dengan nadanya yang pelan.
"Terima kasih. Aku tidak akan pernah melupakanmu."
Lelaki tua itu kembali bertanya kepadaku.
"Apa yang kau bicarakan padanya?"
Aku menjawabnya dengan nadaku yang datar dan sedikit terbata-bata.
"Ohhh. Di dia temanku. Aku mengatakan padanya untuk jangan takut. Karena ada aku disini."
Lalu lelaki tua itu tertawa padaku.
"Hahaha. Apa yang bisa kamu lakukan ha? Bahkan tangamu itu gemetaran sekali bukan?"
Aku melihat kedua tanganku yang gemetaran. Lalu aku memeluk balik perempuan tersebut agar tanganku berhenti untuk gemetar. Tiba-tiba wajahnya memerah, dan dia tetap terus memelukku. Kembali aku mengatakan sesuatu pada lelaki tua tersebut.
"Ke kenapa bapak melakukan ini? Bukannya ini merupakan tindak kejahatan yang serius?"
Dia menjawabku dengan ekspresi wajahnya yang terlihat khawatir.
Advertisement
"Itu bukan urusanmu. Suka-suka aku mau melakukan apapun."
Aku yang tak terbiasa berkomunikasi tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Kemudian perempuan yang kupeluk tersebut mengatakan sesuatu pada lelaki tua tersebut sambil terus memelukku.
"Aku mohon pak, tolong lepaskan sahabatku."
"Kalau kalian mau perempuan ini selamat. Kalian harus menyerahkan semua harta benda yang kalian miliki begitupula dengan anak ini (Melirik kearah perempuan yang disanderanya), kemudian taruh dibawah sini (Sambil mengarahkan pandangannya ke jalanan tepat berada di antara kami). Lalu kalian membiarkanku pergi dari sini. Dan jangan sekali-kali kalian berteriak minta tolong. Atau aku akan benar-benar membunuhnya."
Waktu semakin menipis, polisi masih belum juga datang kemari. Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku melihat sorot mata perempuan yang disandera tersebut kepadaku. Dia menangis dan seperti ingin meminta tolong kepadaku. Aku dapat melihatnya meskipun hanya dari matanya saja. Kemudian aku mengatakan sesuatu padanya dengan senyumanku dan mencoba untuk membuatnya tenang dengan nadaku yang meyakinkan.
"Aku berjanji akan menyelamatkanmu."
Kulihat sorot matanya mulai tenang. Aku kembali mengatakan sesuatu pada perempuan yang kupeluk tersebut.
"Bolehkah sekarang kamu melepaskan pelukanmu?"
Dia menuruti perintahku dan melepaskan pelukannya tersebut. Hal itu kulakukan agar aku lebih leluasa untuk bergerak dan melakukan tindakan selanjutnya. Aku membisikkan sesuatu padanya.
"Sekarang tanganku sudah tidak gemetaran lagi. Terima kasih."
Kulihat wajahnya kembali memerah. Kemudian aku melanjutkan pembicaraanku pada lelaki tua tersebut.
"Maafkan aku atas tindakanku ini."
Dia bingung dengan perkataanku tersebut dan bertanya padaku.
"Apa maksudmu?"
Aku melanjutkan perkataanku dengan nadaku yang datar dan tak terbata-bata lagi.
"Apakah bapak memiliki keluarga?"
Lelaki tua itu terdiam. Aku kembali mengatakan sesuatu kepadanya.
"Apakah bapak tidak kasihan dengan mereka?"
Kulihat lelaki tua tersebut mulai menangis. Dia membalas pertanyaanku tersebut dengan nadanya yang sedih.
"Ini semua kulakukan untuk menghidupi keluargaku. Apakah aku salah melakukan semuanya?"
Aku kembali bertanya padanya.
"Kalau bapak ingin mengambil harta benda mereka, kenapa sampai harus menyanderanya? Bapak cukup mengancam mereka dengan pisau bapak selagi menyuruh mereka untuk memberikan harta benda mereka."
Lelaki tua itu terdiam dan berfikir. Aku sudah menduga, bahwa bapak ini merupakan orang awam yang mungkin saja ini kali pertamanya dia melakukan kejahatan ini. Dalam tindakannya tersebut, dia tidak memperhitungkan semuanya dengan matang. Malah tujuannya tersebut mungkin saja tidak akan tercapai. Aku kembali mengatakan sesuatu pada lelaki tua tersebut.
"Tapi semuanya sudah terlambat pak."
"Apa maksudmu?"
Lalu polisi yang berada dibelakangnya menodongkan pistol dikepalanya dan membalas pertanyaanya tersebut.
"Karena bapak akan saya masukkan kedalam penjara."
Bapak tua itu hanya terdiam. Polisi kembali mengatakan sesuat pada lelaki tua tersebut.
"Sekarang, lepaskan perempuan tersebut dan jatuhkan pisau bapak."
Bapak tua itu menuruti polisi tersebut dan melepaskan perempuan yang dia sandera. Kemudian dia menjatuhkan pisaunya. sementara itu, perempuan tersebut berlari kearahku dan memelukku. Dan mengucapkan sesuatu padaku sambil menagis terharu.
"Terima kasih. Aku selamat berkat dirimu."
Aku tak membalas pelukannya tersebut. Dia kembali mengatakan sesuatu padaku.
"Sekali lagi aku benar-benar mengucapkan terima kasih karena telah menolongku."
Aku hanya menjawabnya dengan nadaku yang datar.
"Iya. Lain kali kamu harus berhati-hati."
Kulihat wajahnya tertunduk dan memerah. Sementara itu, polisi berhasil meringkus lelaki tua tersebut. Lalu aku mengatakan sesuatu padanya.
"Tenang saja pak. Kami akan membantu bapak menyelesaikan semuanya. Sehingga bapak bisa terbebas dari penjara. Mungkin semuanya membutuhkan proses. Akan tetapi kami akan berusaha melakukan yang terbaik."
Mereka berdua berbisik sesuatu dan mengangguk setuju. Lalu perempuan yang disanderanya tersebut mengatakan sesuatu pada lelaki tua tersebut.
"Saya juga memaafkan bapak. Lain kali, bapak harus mencoba untuk mencari pekerjaan yang lebih baik agar keluarga bapak senang dan bahagia."
Lalu bapak itu kembali menangis dan mengatakan sesuatu pada kami bertiga.
"Terima kasih. Meskipun bapak telah melakukan hal yang tidak baik pada kalian, kalian tetap memaafkan bapak. Bapak tidak akan pernah melupakan kalian. Sekali lagi terima kasih."
Lalu bapak tersebut dimasukkan kedalam mobil polisi. Lalu polisi tersebut mengatakan sesuatu pada kami.
"Terima kasih karena sudah melaporkan kejadian ini. Saya akan menindak lanjuti kasus ini."
Aku bertanya pada polisi tersebut sambil menggaruk-garuk kepalaku.
"Apakah saya dapat mencabut laporan yang saya ajukan tadi pak? Karena saya berfikir, sebenarnya dia adalah orang baik."
"Bisa saja, akan tetapi itu semua membutuhkan proses. Hal itu akan melibatkan adik dan korban."
"Baiklah. Kami akan segera menyelesaikan ini semua. Saya harap dia dapat segera terbebas dari hukumannya tersebut."
Lalu polisi tersebut berjabatan tangan denganku.
"Senang bisa bekerja sama denganmu dik."
Aku membalas jabatan tangannya dan kujawab dengan nadaku yang datar.
"Iya."
Lalu polisi tersebut membawa lelaki tua tersebut dan pergi menuju ke kantor polisi. Sekarang hanya tinggal kami bertiga. Kami pulang bersama karena kami satu arah. Kemudian kami berpisah di pertigaan jalan. Sebelum kami berpisah, perempuan yang merupakan sahabat dari korban yang disandera tersebut bertanya sesuatu padaku.
"Siapa namamu? Dan kamu tinggal dimana?"
Aku menjawabnya dengan nadaku yang datar.
"Namaku Abdi. Abdi Hamzah. Dan aku tinggal di perumahan Mawar Melati."
Dia kembali mengatakan hal yang sama dengan sebelumnya.
"Aku tidak akan melupakanmu."
Lalu mereka berdua pergi bersama. Aku lupa untuk menanyakan nama mereka. Ah sudahlah, lupakan. Lalu aku pergi juga dan segera menuju pulang kerumah.
Sementara itu. Karena tindakannya tersebut,seharusnya dia dihukum 5 tahun penjara. Akan tetapi, karena kami sudahmemaafkannya dan membantunya dalam urusan hukum tersebut serta mencabuttuntutanku. Maka lelaki tua tersebut terbebas dari hukumannya. Dia sangatberterima kasih pada kami bertiga. Dia memberitahukan tentang dirinya yangsedang mengalami kesusahan dan harus menghidupi istri dan ketiga anaknya.
Advertisement
The Emperor's Chef
"Cook like your life depends on it, kid. Because it does." Charles had an enviable future lined up for him. Training from the age of five by some of the finest chefs in the world. Schooling at a top culinary academy in the capital. An honorable position as heir to House Boulier, a line of merchant-lords who have charmed the rich and powerful with their cooking for centuries. And in a single night, it all burned to ash. When the outbreak of war destroys his hometown, Charles is charged with escorting his family’s sacred treasure—a recipe book passed down for untold generations—out of harm's way. But his simple mission grows complicated when he’s captured by one of the most feared battalions in the world: the Spears of Mercy. Life as a prisoner in their war camp is brutal and uncertain. Charles has few allies and even fewer strengths to rely on. Only his skills in the culinary arts, honed over a lifetime in the kitchen, are deemed useful enough to keep him alive another day. But he’s not out of hope just yet. With a dash of wit, a pinch of luck, and some very creative cooking, he might just find a way to recover his family’s legacy and take back his freedom. This project is a food-themed fantasy that centers on cooking and chefs. The setting spans a wide world featuring ingredients/recipes both real and inspired by traditional fantasy. I'll eventually be publishing it as a full-length novel (or series of novels depending on length). These are the first draft chapters. I'll likely be re-writing more than once, then editing before publishing, so impressions and feedback are quite welcome. If you like the story so far and you're interested in being an early reviewer for the final product, feel free to message me. I'm looking for an artist to make some concept art and a cover (the cover shown here is just a temporary placeholder). A stand-alone novel for now, but it may turn into a series down the road.
8 185Circumventing Fate
When Lei Xing booked a luxurious cruise as a graduation present to herself, she expected to have plenty of well-deserved rest and relaxation with an ocean view before jumpstarting her career. What she did not expect was to be the unlucky person who would fall overboard to a miserable watery death… or so she thought. To her astonishment, she opened her eyes to find herself in an ancient setting, a different body, and a new life as the eldest daughter of a high court official. {...Okay, at least I'm rich...I can still live happily and freely, it's still a golden opportunity at a second life. I can live it well~...maybe go travelling, start a business, or something…It definitely could be worse...} To Lei Xing’s horror, her new host was scheduled to enter the palace to compete in the concubine selection for the new Emperor. {...What?! I am definitely not interested! Of all places, it’s that viper pit! I’m not built for any Royal BS or harem fights. Please keep your scheming lives to yourselves and leave me the hell out of it, NOT INTERESTED!!!... Can I not go, please? T_T)...No? Nevermind then, failure is always an option... Failure is the only possible outcome. Bring it on! Hahahaha…} While Lei Xing was making plans on how to skip out of town, fate was also very busy working out its own plans for her, mapping out its own course for her life behind the scenes... Poking holes in her plans to her confusion and outrage. "...Little chicken, as long as I'm alive you won't die." "Nonsense, if anyone is going to cause my death, it would be you!!" *** "Do you really feel nothing after all this time?" He asked as he looked at her with searching eyes, trying to see into her soul... "...Who...would..." she mumbled under her breath... *** "That stupid old man, I'm going to end him when I find him...You better hide well!!" |||~~~~~~~~~~~||| Author's Note~~ Thank you for stopping by and I hope you enjoy the read as you go along! Please VOTE and COMMENT as you read along and I will be sure to respond~~ Thank you again and HAPPY READING! ~~And if you have the wonderful urge to ever buy me a coffee. Here are the gateways and some love~ Kofi: https://ko-fi.com/miraisaesang Patreon: https://www.patreon.com/MiraiSaesang
8 156Kazan - The Hero No One Wanted
Shall it be witnessed that a hero came in times unneeded and from a world towering over us, it will mean an alliance with all races to battle this unwanted invader. A hero it will not be called, for these are dark invaders that are written in prophecies old. A hero may be called upon by the energies of humans and demons, but a dark invader is limitless with unforeseeable power... - Maximilian II, Jade Iron Emperor. I have seen it all now, a god is just like the rest of us if stripped from all power. So there isn't a need to be afraid any more, as I will take your place after you leave. So promise me you will return home. - Elianora Hexasy, God's Child. It has happened...a miracle fell upon our lands. - Sophia Alfinedia, Nature Queen. Anti-hero protagonist with a few screws loose, and a plot that will take itself seriously to the very end. Chapters this month: 6/30
8 199A God's Champion
James was an Operator who had the misfortune to die in battle. Instead of his soul moving on to his just reward, it is intercepted, and James finds himself on a new mission. Asked to be the Champion for Ignatius, God of Embers, he finds himself in a different world, fighting impossible creatures and trying to survive. Their lives now depend on his completing the Challenge and ranking in the top 500. But the odds are stacked against him, and he was a better operator than a swordsman. Chapters released Monday, Wednesday and Friday at 12:30 Warning: After Chapter 11, the MC undergoes a significant change of class and race. This is due to a couple of factors. The first is that when the MC was created, James didn't know what he was doing, so he picked what he thought would work. The second reason is that he had access to more information to game the system a little. The premise is like when you buy a new video game and decide to play it without RTFM. After creating a great character and making it to the end of the first act, you realize that, although your character may be kewl, it is gimped and will not survive until the end of the game. Going back to the start, you create a new character with the knowledge you gained from playing the game and perhaps, peeking at the manual.
8 103Twisted Fate
Althrá is a world suffering from an invasion from the lower planes has turned to many different forms of magic from gathering beings from other worlds to bolster their own to turning to the same powers that caused the invasion. Twisted Fate follows the story of Twisting Fate's Adrian Ravnos in his adventures through this world as he learns who he is along with several other characters.This story is a sequel to Twisting Fate though only its protagonist continues onto this story. There are multiple different systems of magic used within the story and sometimes convoluted reasons for why things unfold as they do. For those who read Twisting Fate, Twisted Fate is a continuation of Adrian’s story but the actions of me-but-not-me have significantly changed many things, there are many differences between the Althrá of Twisting Fate and this story's.
8 144wlw smut; nessa barrett fan fic
a sexy lesbian smut about nessa barrett from y/n's point of view, enjoy!(FINISHED)
8 81