《Perempuan Pelupa》Bagian 48: Binder Catatan Nia

Advertisement

Kulihat Nia sempat ragu untuk membuka tasnya tersebut. Namun akhirnya dia membuka tasnya dan mengambil binder catatannya tersebut. Lalu dia memberikan binder catatan tersebut padaku dengan tangannya yang sedikit gemetaran. Awalnya aku ragu untuk mengambilnya. Akan tetapi, dia terus menyodorkannya padaku. Akupun mengambilnya dan dia mengatakan sesuatu padaku.

"Kamu sekarang boleh melihatnya."

Kubuka binder catatannya tersebut dan membacanya dari halaman pertama. Aku melihat bahwa catatan ini adalah sebuah kisah yang dia alami selama ini. Tak heran bila kertas didalamya sangat banyak. Dikatakan bahwa sejak kecil dia sudah memiliki sifat pelupa. Aku membaca ada hal yang menarik lainnya, bahwa Nia dan Hani berteman sejak kecil. Selain itu juga pada binder ini dia menuliskan semua nama-nama teman yang dia miliki beserta ciri-cirinya. Terdapat nama Hani, Hendra, Lisa, Ian, Andre, dan teman-teman lainnya terkecuali aku. Kenapa?

Lalu kubaca juga bahwa Nia pernah tersesat ketika dia pertama kali pulang sekolah hingga dia menangis karena tak tahu arah jalan pulang. Disini aku sedikit tertawa dengan kisah ini. Aku melihat Nia tersenyum yang sedang memperhatikanku membaca bindernya tersebut. Kulanjutkan kembali kegiatanku ini, dan aku membaca bahwa Nia juga pernah mengompol tanpa sebab baru-baru ini ketika dia sedang berada dirumahnya. Aku kembali tertawa dan melihat kearah Nia. Wajahnya memerah lalu ditutup dengan kedua tangannya.

Setelah itu, aku membaca bagian alasan kenapa dia bisa mengalami kejadian aneh seperti yang kubaca sebelumnya serta jatuhnya dia dari motor dan ketika berlari estafet tanpa sebab. Dia memiliki penyakit Alzheimer. Dimana dia mudah sekali melupakan suatu hal bahkan dia lupa berjalan, dan yang lebih parahnya lagi dia tak bisa mengontrol air seninya tersebut. Aku terus membacanya, terdapat juga peristiwa sedih dimana dia melupakan nama temannya tersebut. Tak hanya Hendra, dia pernah beberapa kali melupakan nama teman-temannya tersebut.

Hingga diakhir halaman kulihat ada sebuah tulisan yang berbunyi seperti ini.

"Aku akan selalu mengingatmu. Meskipun namamu tak pernah kutuliskan di sini. Aku akan selalu menulis dan mengingatnya didalam hatiku. Meskipun aku tau, ada masanya dimana aku mulai melupakanmu. Akan tetapi, aku akan berusaha untuk selalu dan selalu menulis dan mengingatnya didalam hatiku yang terdalam."

Advertisement

Lalu kubaca kembali sebuah tulisan yang sepertinya masih baru dengan hurufnya yang sedikit sulit untuk dibaca.

"Aku takut, aku takut, aku takut. Ingatanku tentangmu mulai memudar. Aku sudah berusaha untuk menulis dan mengingatnya didalam hatiku. Akan tetapi, semuanya mulai memudar. Bahkan alasanku menyukaimupun aku sudah tidak ingat lagi. Padahal, itu merupakan suatu kejadian yang paling berharga bagiku. Yang kuingat hanyalah ketika kamu menolong sahabatku Hani dalam suatu kejadian. Aku takut, bila nanti aku akan melupakanmu."

Setelah aku membaca tulisan tersebut, aku melihat secarik kertas yang pernah kulihat sebelumnya sebelum Nia menamparku. Secarik kertas lusuh. Aku seperti pernah melihat kertas ini sebelumnya. Dan kulihat terdapat sebuah kalimat disitu. Nia? Bukannya ini kertas yang kubuang sebelumnya. Kenapa ada disini? Lalu kuambil dan kutanyakan pada Nia. Ketika aku melihatnya, dia menangis. Entah apa yang dia tangisi. Tiba-tiba dia memelukku sambil terus meneteskan air matanya. Dia mengatakan sesuatu padaku dengan nadanya yang sedih dan keras.

"Aku takut. Aku takut. Aku takut."

Kata-kata itu, aku pernah mendengarnya. Seketika itu, aku teringat akan kejadian lama yang sudah kulupakan. Lalu aku bertanya pada Nia.

"Apakah kamu adalah orang yang kutolong dulu?"

Dia hanya mengangguk. Kulanjutkan kembali pembicaraanku.

"Apakah itu Hani yang bersamamu waktu itu?"

Dia kembali mengangguk. Dan kukatakan lagi dengan nadaku yang datar.

"Itu sudah lama sekali, bahkan aku sudah melupakannya."

Dia menjawab pertanyaanku dengan nadanya yang sedih.

"Iya aku tau. Kamu memang seperti itu orangnya. Meskipun kamu tidak peduli dengan orang lain. Tapi, waktu itu kamu peduli denganku dan sahabatku. Dan itu membuatku bahagia."

Dia terus memelukku dengan erat sambilmengucapkannya berulang kali.

    people are reading<Perempuan Pelupa>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click