《Perempuan Pelupa》Bagian 47: Antara Aku, Nia Dan Felica

Advertisement

Keesokan harinya, Nia sudah diperbolehkan orang tuanya bersekolah. Dikelas, dia bersikap seperti biasanya kepada mereka. Dan sepertinya dia masih tak mau berbicara padaku. Aku hari ini hanya diam melihat kearah jendela. Hani yang melihatku seperti itu mencoba untuk mengobrol denganku. Dia mulai membuka topik pembicaraanya denganku. Tak lama kemudian, Pak Indra datang dan mulai mengajari pelajarannya tersebut.

Waktu istirahat telah tiba, aku sudah bersiap-siap untuk pergi menuju tempat favoritku. Namun, tiba-tiba Hendra menghadangku dan mengatakan sesuatu padaku.

"Nanti setelah pulang sekolah, kamu pergi ketempat favoritmu. Ada seseorang yang menunggumu disana."

Aku yang bingung bertanya padanya dengan nadaku yang datar.

"Siapa?"

"Kamu akan mengetahuinya nanti."

Apakah Nia yang dia maksud. Soalnya hanya dia yang tahu tempat favoritku mungkin. Sebelum dia pergi, dia mengatakan sesuatu padaku sambil menepuk pundak kananku.

"Jangan pernah membohongi dirimu sendiri. Pasti menyakitkan bukan?"

Lalu dia pergi meninggalkanku. Aku tidak mengerti apa maksudnya. Dan aku melihat Nia menulis sesuatu di binder catatannya tersebut. Aku ingin bertanya padanya langsung, namun kurasa waktunya tidak tepat. Jadi aku memutuskan untuk pergi dan meninggalkannya sendirian dikelas. Kupun menuju kearah tempat favoritku tersebut untuk menyantap bekalku seperti biasa.

Tak terasa bel pulangan telah berbunyi. Hani menghampiriku dan bertanya padaku.

"Di, mau pulang bareng?"

Aku menjawabnya dengan nadaku yang datar.

"Maaf Han, aku ada sedikit urusan. Kamu duluan saja."

Kulihat mukanya sedikit cemberut. Lalu dia pergi tanpa bilang sesuatu padaku, dan aku juga tak melihat Nia dikelas. Aku bergegas pergi menuju tempat favoritku tersebut. Tanpa sepengetahuanku, ada sosok perempuan yang mengikutiku dari belakang. Sesampainya di tempat tersebut, aku melihat Nia yang sedang mengelus Felica si kucing hitam. Aku mendekatinya dan menjaga jarak darinya.

Cukup lama kami tak berbicara apapun. Sementara itu, sepertinya Nia tak ingin berbicara denganku. Dia masih saja mengelus Felica . Karena aku merasa dia seperti tidak mau mengatakan apapun padaku, aku meminta izin padanya untuk pulang duluan.

Advertisement

"Kalau kamu gak ada kepentingan denganku, aku pulang dulu."

Ketika aku berjalan menjauh darinya, tanganku ditahan olehnya. Lalu aku menatap kearahnya. Aku melihat dia seperti ingin menangis. Dia mengatakan sesuatu padaku dengan nadanya yang pelan.

"Maafkan aku sama kejadian waktu itu."

Mungkin, maksudnya waktu dimana dia menamparku. Dia melanjutkan pembicaraanya tersebut.

"Tentang kejadian waktu itu. Aku tak sengaja melakukannya. Binder tersebut adalah barang yang berharga bagiku. Dan aku tak ingin ada seorangpun melihatnya, bahkan kamu."

Aku membalasnya dengan permintaan maafku.

"Aku juga minta maaf karena telah melihatnya."

Dia hanya mengangguk. Kemudian kami cukup lama tak berbicara kembali. Suasana kembali terasa canggung, situasi aneh ini kembali menghampiriku. Tiba-tiba Felica menghampiriku dan mengelus kakiku. Aku yang sedang berdiri lalu duduk untuk mengelus Felcia. Saat ini posisiku sedang duudk dilantai dan bersandar didinding. Niapun juga melakukan hal yang sama. Kami hanya berjarak satu langkah. Sedangkan Felica berada tempat ditengah-tengah kami berdua.

Aku mencoba untuk berbicara pada Felica dengan nadaku yang sedikit senang sambil mengelusnya.

"Kamu hari ini makan apa Felica?"

Kucing tersebut tak menjawab pertanyaanku tersebut. Aku bertanya kembali padanya.

"Kamu kok nggak jawab sih?"

Nia yang mendengar hal itu sontak tertawa, serta wajahnya yang seperti ingin menangis berubah menjadi wajah yang terlihat bahagia. Lalu bertanya padaku dengan nada tingginya yang khas.

"Ya gak diajawablah. Diakan kucing bukan manusia."

Lalu aku mengatakan tentang Felica kepadanya.

"Dia bisa berbicara kok. Pernah beberapa kali aku mengobrol dengannya. Iya kan Felica?"

Nia makin menjadi-jadi tawanya. Kemudian dia mengatakan sesuatu padaku dengan suara yang sama dengan Felica. Lalu dia mengangkat Felica dan memegang kedua kaki depan Felica lalu menggerangkannya, seakan-akan Felicalah yang berbicara padaku.

"Maksudmu aku kucing yang bisa berbicara?"

Aku sontak kaget. Ternyata suara tersebut adalah Nia bukanlah si Felica. Kemudian aku menanyakan kembali padanya dengan nadaku yang datar, namun terkesan sedikit malu.

"Berarti, semua yang kubicarakan dengan Felica kamu tau?"

Dia hanya mengangguk. Aku malu akan hal tersebut. Lalu dia melanjutkan pembicaraanya dengan nadanya itu.

"Kenapa manusia lebih memilih untuk membohongi dirinya sendiri? Karena menurut mereka itu lebih baik daripada jujur dengan orang lain"

Seketika itu, aku mengingat suara tersebutpernah mengatakan hal hampir sama dengan sebelumnya. Sementara itu, Felicamengeong dan mengelus tangan Nia kemudian meninggalkan kami berdua disini.

    people are reading<Perempuan Pelupa>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click