《Perempuan Pelupa》Bagian 33: Menghargai Sebuah Perasaan
Advertisement
Ketika jam istirah berakhir, aku kembali kekelas dan mencoba untuk tidur sembari menunggu guruku datang. Namun kali ini, kulakukan hal tersebut untuk memastikan sebuah kebenaran. Aku hanya berpura-pura saja dan mencoba untuk terus menjaga diriku dari rasa kantuk yang mulai terasa agar tidak tertidur. Tak lama kemudian, seseorang menepuk pundakku. Aku dengan cepat terbangun dan akupun langsung memegang tangannya. Posisi wajah kami tepat menghadap satu sama lain dan sangat dekat. Kulihat wajahnya sedikit memerah, kemudian menundukkan pandangannya padaku. Ternyata memang benar, Hanilah orangnya. Aku masih memegang tangannya sehingga dia tak bisa pergi. Dan aku mengatakan sesuatu padanya dengan nadaku yang datar.
"Kenapa kamu melakukan ini?"
Dia tak menjawab dan melepaskan tangannya dari genggamanku secara paksa. Dia berlari ketempat duduknya sambil tertunduk.
Aku mengambil bukuku dan kuambil secarik kertas dan menuliskan sesuatu. Lalu kuremas dan kulemparkan kertas tersebut kepada Hani. Dia membuka kertas tersebut dan melihat isinya. Lalu dia simpan kertas tersebut di saku bajunya.
Semua mata pelajanpun telah selesai, kami semua bergegas untuk pulang. Namun aku pergi menuju kantin, dimana pada jam sekarang ini semua kantin sudah tutup. Aku pergi ketempat tersebut untuk menemui Hani. Cukup lama menunggunya, hingga akhirnya diapun datang. Aku langsung menanyakan hal yang tadi tak dia dengan nadaku yang datar.
"Apa alasanmu yang selalu menepuk pundakku."
Dia hanya diam saja tak menjawab pertanyaanku. Aku teringat akan perkataan Nia mengenai seseorang yang menyukaiku. Lalu kutanyakan hal tersebut kepada Hani dengan nadaku yang masih datar.
"Apakah kamu menyukaiku."
Kulihat reaksinya terlihat kaget mendengar ku berkata seperti itu.
"Apakah itu benar?"
Kembali kutanyakan hal itu. Wajahnya mulai memerah, dan akhirnya dia menjawab pertanyaanku dengan nadanya yang sedikit malu dan terbata-bata.
"Ka kalau iya memangnya kenapa?"
Aku merasa heran dengannya dan kembali kutanyakan alasannya tersebut.
"Apa yang membuatmu menyukaiku."
Dia menjawabnya dengan nadanya yang sedikit marah.
Advertisement
"Itu bukan urusanmu. Semua orang berhak kan untuk menyukai seseorang?"
"Iya, tapi kenapa harus aku? Masih banyak orang lain disana yang lebih baik dariku."
Dia langsung spontan menjawabnya dengan nadanya yang tinggi.
"Tapi kamu sangat baik padaku."
"Aapa maksudmu? Aku sama sekali tak pernah berbicara padamu sebelumnya, apalagi berbuat baik padamu."
Dia hanya diam tak menjawabnya. Aku masih bingung dengan tingkahnya tersebut. Lalu kutanyakan hal lain kepadanya.
"Aku minta maaf sebelumnya karena menguping pembicaraanmu sebelumnya dengan Lisa. Tapi kenapa kamu sangat tak menyukai Nia?"
Dia menjawabnya dengan wajahnya yang memerah tersebut dan nadanya yang ketus.
"Itu sudah jelaskan, aku cemburu padanya yang selalu ingin terus bersama dan berbicara denganmu."
Dia diam sejenak. Dan kembali melanjutkan perkataannya tersebut.
"Sebegitu sukanya kamu dengan Nia? Hingga kamu bertanya tentang hal tersebut!"
Aku hanya terdiam tak menjawabnya. Kulihat dia mulai menangis. Kuambil sebuah tisu di atas meja kantin. Dia mengatakan sesuatu dengan perasaanya yang sedih.
"Mungkinkah perasaanku ini bertepuk sebelah tangan? Apakah tak ada sedikitpun kamu menyukaiku?"
Kuberikan tisu tersebut kepada Hani. Lalu dia mengambilnya dan mengelap air matanya itu. Ku kembali mengatakan sesuatu padanya.
"Aku memang tak menyukaimu. Dan tak menyukai perempuan sedikitpun, bahkan Nia."
"Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang. Apakah seperti sebelumnya dimana kita tak pernah berbicara sama sekali?"
Aku menjawabnya dengan nadaku yang datar.
"Kamu boleh untuk selalu dekat dan berbicara padaku. Dan juga, aku menghargai perasaanmu tersebut. Aku juga mengganggap kamu sebagai temanku sekarang."
Apa yang kubicarakan ini? Kata-kata tersebut langsung keluar saja dari mulutku. Kulihat kembali wajahnya, dia sudah tak menangis lagi. Wajahnya sekarang terlihat bahagia dan tersenyum, lalu berkata padaku.
"Terima kasih."
Dia kembali menangis. Lalu tiba-tiba dia memelukku dengan erat. Aku yang diperlakukan seperti itu sedikit kaget. Aku mencoba untuk melepaskannya dengan berusah mencoba berkata padanya.
Advertisement
"Ma maaf, bolehkah kamu melepaskan pelukanmu itu?"
Lalu dia menjawabku dengan air matanya yang masih menetes.
"Bukankah kamu mengizinkanku untuk dekat denganmu?"
"Iya, tapi bukan begini juga."
Dia terus memelukku, hingga akhirnya dia melepaskan pelukannya tersebut. Ada satu hal lagi yang kukatakan padanya.
"Lain kali, kamu jangan membicarakan hal yang buruk mengenai Nia. Sebenarnya, jika kamu mengatakan keburukan seseorang itu juga tidak baik. Jadi, ini permintaanku padamu sebagai seorang teman."
Dia mengiyakan permintaanku tersebut. Sebelum kami berdua pulang, dia mengatakan sesuatu padaku dengan nadanya yang rendah.
"Bolehkah kamu menemaniku sampai depan gerbang sekolah?"
Akupun berjalan tepat didepannya dan berkata dengan nadaku yang datar.
"Ayo."
Dia mengikutiku, hingga dia berada tepatdisampingku. Kami berjalan bersama hingga sampai didepan gerbang sekolah. Setelah sampai, dia menyuruhku untuk pulangduluan, karena dia menunggu seseorang untuk menjemputnya pulang. Kutinggalkandia sendirian disana, dan aku pulang dengan berjalan kaki.
Advertisement
The World of Argos
Description: Zachary Alan Lee was a computer programmer who died in his sleep. Having been a fan of LitRPG and a writer on his favorite website. Little did he know that a God of a different universe was one of his fans. Upon his death, Zach was reborn on the World of Argos. Having a second chance at life and the ability to live in a world with Magic and system that would allow him to upgrade his body and soul, Zach sets off to forge a new destiny. One of his own making. Author’s Note: Hey, if you like Town building please come in and read my story. My main focus will be writing a fun story about a struggling MC trying to gain power and a little bit of safety in his new life. Since I am starting a business and have a family I will be posting infrequently. Additionally, there will be errors in spelling and grammar, but I am being up front about it, please leave specific feedback and I will gladly correct it. Cover art is not my own and I will be returning from Hiatus soon 4/27/18
8 101Frays in the Weave
Great tales need to be told, but those that shape the world must be added to the Weave. With the awakening of a god two taleweavers sharing two worlds meet and shape a new future for both. As they add new strands to the Weave in a way no taleweaver has ever done before ripples run through reality and the Weave begins to unravel. Soon there are frays in the Weave. Frays in the Weave is book two in the Taleweaver saga. Book one is The Taleweaver. PG13
8 128Summoned Hero
This is your typical summoned hero type of novel But not your usual hero summoned at the human king side. This time, the demon king decided to summon a hero. If mere human can do it, why the demon king can't? What kind of hero will be summoned for the demon king?-------------WARNING-------------This series contains ero-scene and the main theme is comedy... 18++ PG rated (parent guidance advised but seriously don't let your parents know you read this lol)Ps:those who dropped the series because of short early chapter, it has been made longer.. For those who dropped the series because you can't handle the ecchi-ness, I feel sorry for you..Cover art was a work of: Xyee.deviantart.comIf you would like to help you can do it by reading this thread:http://www.royalroadl.com/forum/showthread.php?tid=13939
8 202Walker of the Forgotten Path
Practitioners use the authority of the spirit to reach heights of unimaginable power. But that wasn't a destiny Seth could embrace. Because, as an orphan, what he possibly accomplish in the world were the powerful got everything and the weak the crumbs? What he could do to change his fate? Will he allow the only thing he had inherited to be purged of his soul?Or will he embrace it and carved his own path? - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Release Schedule: 2 or 3 chapters a week. (will try to increase it with time) https://tapas.io/series/Walker-of-the-Forgotten-Path/info
8 511New Player Confirmed
On a humble planet named Earth, lived a boy once called Flow. Taken from his ordinary life he must now fight for survival on an foreign planet. Gaining new skills and stats is a challenge for any ordinary high school boy when a new game system is introduced named Cognition. However Flow is helped along the way as he meets other players and gains friends to complete daring adventures. ''Author Note''Going to do a chapter every 2 days, schedule may change over time. Depends how invested I get into the story.
8 237Food Porn
Why not read it we already know food is life
8 164