《Perempuan Pelupa》Bagian 26: Pembicaraan Yang Tidak Mengenakkan
Advertisement
Ketika aku masih dalam keadaan setengah sadar, aku mendengar sebuah topik pembicaraan yang tak mengenakkan. Aku mendengar seorang siswi mengatakan sesuatu pada siswi lain yang ternyata mereka adalah Hani dan Lisa. Disini aku masih lupa mengenai nama mereka berdua. Hani mulai membicarakan antara Hendra dan Hani pada Lisa.
"Lis, menurutmu apakah Nia dan Hendra sudah pacaran?"
Lisa cukup kaget dengan pertanyaan Hani, Lisa hanya menggelengkan kepalanya dan bertanya kembali pada Hani.
"Aku tidak tau. Bukankah Nia sebelumnya sangat dekat dengan Abdi?"
Hani terdiam mendengar pertanyaannya tersebut. Aku yang masih dalam posisi tertidur mencoba mendengarkan perbincangan mereka dengan seksama. Lalu Hani menjawab pertanyaan Lisa dengan nadanya yang agak pelan.
"Aku mengira juga begitu. Tapi sepertinya Nia hanya mencoba untuk menggodanya saja. Sudah pasti Nia lebih memilih Hendra, dilihat dari wajah mereka dan sifat mereka yang berbeda jauh."
Tak lama yang lainnya ikut berkumpul mendengarkan topik pembicaraan tersebut. Ian memperhatikanku yang sedang tertidur sekilas. Lalu Ian bertanya pada Hani dan Lisa.
"Kalian berdua tak sadar kalau Abdi ada disini?"
Hani sedikit kaget dan tak menyadarinya. Dia juga ikut mengatakannya kepada Lisa.
"Iya Lis, sebaiknya kita gak usah membawa namanya lagi."
Lalu Lisa membalasnya dengan mudah.
"Palingan dia tertidur. Diakan memang suka tidur kalau gak ada guru di kelas"
Mereka semua melanjutkan pembicaraan mereka antara Nia, Hendra dan Aku. Mereka berpendapat bahwa Nia dan Hendra seperti memiliki suatu hubungan yang dirahasiakan. Sedangkan aku sendiri hanya pengganggu bagi mereka bedua. Lalu Andre bertanya pada Lisa tentang suatu hal mengenai pemilihan pengurus kelas.
"Kalau begitu, kenapa Nia lebih memilih Abdi dibandingkan dengan Hendra untuk menjadi wakil ketua kelas."
Lisa kembali menjawab dengan mudahnya.
"Sudah pasti untuk menjadikannya budak. Dan sepertinya hal itu berhasil ketika Nia menyuruh Abdi untuk menuliskan nama-nama kita dipapan tulis ketika melakukan pembagian piket harian."
Tiba-toba, pembicaraan mereka itu hilang begitu saja. Ternyata Nia dan hendra sudah kembali. Mereka berdua membawa buku tulis Bahasa Inggris yang dikumpul sebelumnya. Lalu Nia menyuruh Hendra untuk membagikan buku di bagian kiri lebih tepatnya di barisan tempat dudukku. Sebelum Hendra melangkah kesini, Nia mengatakan sesuatu padanya sambil menunjuk kearahku.
Advertisement
Tibalah hendra untuk membagikan bukuku. Dia memanggilku sambil menggoyangkan tubuhku. Aku bangun dan mengambil bukuku. Sebelum aku memasukkannya kedalam tasku, Hendra mengatakan sesuatu padaku.
"Tadi bu Ningsih memberikan tugas pada kita."
Lalu Hendra menyodorkan kertas yang berisikan tugas yang bu ningsih berikan padaku. Lalu dia melanjutkan pembicaraannya.
"Kamu tulis semuanya di papan tulis."
Aku merasa keberatan dan menanyakan sesuatu pada Hendra dengan nadaku yang datar.
"Kenapa harus aku? Bukannya kamu sekertarisnya."
"Ini perintahnya Nia. (Nada menakuti) Apakah kamu tak ingat dia pernah melemparmu dengan penghapus dan spidol waktu pertama kali kalian bertemu."
Aku teringat kembali dimasa hal itu terjadi. Namun aku juga memikirkan hal yang lain, ketika Hani mengatakan hal yang tak mengenakan tentang alasanku menjadi wakil ketua kelas. Lalu aku membalasnya dengan nadaku yang datar.
"Baiklah."
Lalu aku maju kedepan kelas dan menulis semua tugas yang diberikan bu Ningsih di papan tulis. Lisa yang melihat hal tersebut hanya tertawa kecil. Nia yang melihat hal itu bertanya kepada Lisa dengan nada tingginya yang khas tersebut.
"Kamu kenapa tertawa Lis?"
Lisa yang masih tertawa kecil itu menjawab pertanyaan Nia dengan tatapannya yang sinis.
"Tidak. Bukan apa-apa."
Aku masih melanjutkan tugasku sedangkan Niabingung dengan tingkah laku Lisa tersebut. Setelah aku menyelesaikan tugaskuaku kembali ketempat dudukku dan kutulis ulang semua tugasnya di buku tulisku.Setelah aku menyelesaikan tugasku, kutaruh bukuku diatas tumpukan buku bukutulis mereka yang sudah mereka kumpulkan sebelumnya diatas meja guru di kelaskami. Setelah semua buku terkumpul, Nia menyuruhku untuk menemaninya membawasemua buku tersebut ke ruang guru. Lalu aku mengambil semua bukunya dan pergibersamanya keluar kelas.
Advertisement
The Rising
Its designation was XSS-MK1. It was the first of its kind. An Artificial Intelligence. And although its life was short, it accomplished much during the few minutes of its existence. But in death something finds it : There is a lot more to be done. And this times the stakes are even higher. Will it measure up ? Or will it collapse under the burden placed on itself? Only time and rust will tell... Proud Member of "Pendragon", a group of writters, artists & readers on Royal Road Legends. First fiction and English is not my native language (French Powaaa here). If you find mistakes or errors do not hesitate to point them out. The first chapter, called "Author PSAs, News, Story Status, Discussion & More.", will contain news about the story, and it's writting status, as well as provide various tidbits of information and a discussion thread to ask me questions. Have fun reading and I hope you enjoy. :)
8 191Magician Endeavour
In a world that is coming to an end by the hands of destruction, one surviving magician remained. He, who is an old mage that had lived a very long time, entered into battle against the forces of evil in order to stop their destruction of his world. However, he fails and the world ends, but he makes one final contract with a great entity for a chance to save his world. Thus, his spirit is transported into the past to reborn in a time when the end of everything had yet to began.
8 130My next life as a skeleton.
My father was going to kill my mother. Should i save her. I made a decision and saved her but got killed in this incident. When i opened my eyes i was a skeleton in a dungeon. I will become stronger and will not die in this life.
8 79Hell Jumper
(This is a sort of public first draft of the story. Constructive feedback is appreciated.) The year is 2510, and the world has gone to shit. Thanks to centuries of climate crisis and global instability, Amber is one of billions of people who lives out in the barren and dangerous wastes, struggling to survive day to day. Meanwhile, the elite live in utopian cities. Behind their steel walls, they want for nothing and their lives are that of luxury. For anyone unfortunate enough to be born outside of these paradises, they can undergo the Gilding Trials. A dangerous competition that can earn the winners a better life. Amber had always considered this a scam at worst, or a pipe dream at best. Fully believing that there would be no way the elite in the city of Aurum would let outsiders join. Despite her worries, her wife’s fatal injuries reveal a grim reality: there is only one place for her to get the care she needs. Aurum. And the only way to get in is to sign up for the Gilding Trials.
8 203Why Gun
Decades after humanity's triumph over the zombie menace, a revived pizza delivery guy is repeatedly kidnapped, confronting him with the question of violence, and why the answer is gun. --- This is an 11-chapter novelette and my first ever solid and complete story, even as short as it is. I sincerely hope you'll enjoy it :) Chapters will be posted every day for 11 days—gotta maximize that exposure!
8 69Gaea
A short novel about interstellar colonization, the dangers of scientific discovery, and the end of the world. Image credit goes to Space Engine.
8 146