《Perempuan Pelupa》Bagian 6: Perjalanan Pulang
Advertisement
Ketika didalam perjalanan pulang, aku melihat Nia yang sedang mendorong motor maticnya. Sepertinya motornya kehabisan bensin. Sedangkan didaerah sini jarang sekali ada bensin eceran. Aku yang masih mengingat kejadian dikelas tadi langsung membalikkan badan dan mencari rute lain. Namun sialnya dia tiba-tiba menoleh kebelakang dan melihatku. Kemudian memanggilku dengan nada tingginya yang khas sambil gerakan tangannya menyuruhku kesana.
"Hei kau sini."
Aku dengan nada yang malas dan datar menjawabnya.
"Iya. Lain kali kalau memanggilku dengan namanya juga."
Dengan tertawa diapun menjawab.
"Iya Abdiii."
Lalu aku membantu mendorong motornya. Cukup jauh jarak antara kami dengan letak Pom Bensin. Kira-kira jaraknya setengah kilometer. Ditengah perjalanan kami, suasana terasa hening meskipun sebenarnya keadaan jalanan begitu ramai. Suasana hening sendiri dikarenakan kami berdua yang tak melakukan pembicaraan apapun. Aku yang memang biasanya sudah seperti itu merasa hal itu tidaklah aneh. Namun kali ini terasa berbeda, ntah apa yang berbeda. Rasanya ingin membuka pembicaraan dengannya, namun aku tak terbiasa akan hal itu. Di situasi yang hening tersebut, tiba-tiba Nia memulai sebuah pembicaraan.
"Oiya, kenapa kamu gak membawa motormu ke sekolah? Pasti kamu gak bisa ya?"
Dengan nada mengejeknya itu kubalas dengan nadaku yang datar.
"Aku gak punya motor."
Alasanku sendiri tidak memiliki motor karena hidupku yang bergantung pada paman dan bibiku, dan aku tidak ingin membebani mereka lagi.
Lalu Niapun tak membalas jawabanku tersebut. Tiba-tiba Nia mengatakan sesuatu dengan pelan.
"Maaf."
Aku yang kurang jelas dia mengatakan apa kembali bertanya dengan nada datar.
"Apa? Aku tidak dengar."
Nia hanya menjawab dengan nadanya yang ketus dan wajahnya yang memerah.
"Dasar, lupakan!"
Akupun tambah bingung dengannya. Lalu suasana kembali hening. Aku yang tak memiliki bahan pembicaraan hanya terdiam. Dan kulihat Nia sepertinya tak mau membuka pembicaraan. Apakah dia marah? Karena aku tak enak akan pembicaraanku sebelumnya mencoba untuk mencari topik pembicaraan. Dengan nada datarku sambil terus mendorong motor maticnya ku bertanya kepadanya.
Advertisement
"Ngomong-ngomong kenapa bensinmu sampai kehabisan?"
Dia terdiam sesaat. Lalu dia menjawab dengan nadanya yang tinggi.
"Aku lupa kalau hari ini harusnya aku isi bensin."
Aku yang rasanya ingin tertawa hanya menjawabnya dengan nadaku yang datar.
"Oo begitu. Dasar kau pelupa ya."
Dia yang mendengar perkataanku menjawabnya dengan nadanya yang seakan-akan memarahiku.
"Kalau aku pelupa memangnya kenapa?"
Dengan jawabannya yang seperti itu, sepertinya apa yang kukatakan salah. Aku takut untuk melanjutkan pembicaraan ini jikalau nanti malah akan berujung motornya yang terlempar terbang mengarah ke arahku. Suasana menjadi hening kembali sesaat, lalu dia mengatakan sesuatu dengan nadanya yang rendah tidak seperti biasanya (biasa nada ini dia gunakan untuk berkomunikasi dengan Guru di sekolah).
"Aku memang memiliki sifat pelupa. Itulah kenapa, biasanya aku menuliskan sesuatu di binderku agar aku tak melupakannya."
Aku yang merasa dia juga memiliki sifat pelupa sepertiku, mengatakan hal yang serupa dengan nadaku yang datar.
"Kalau begitu sama. Aku juga pelupa."
Namun dia menjawab dengan perkataannya yang diluar dugaanku. Dan dia memberhentikan motor maticnya itu.
"Kamu tidak pelupa. Hanya saja, kamu tak ingin mengingatnya."
Aku yang mendengar akan hal itu sontak kaget dibuatnya. Memang aku bukannya pelupa, hanya saja aku tak ingin mengingat suatu hal. Sepertihalnya ketika aku memiliki teman-teman dikelas, dan aku tak tahu nama-nama mereka. Sebenarnya aku bisa saja mengingat nama-nama mereka, namun aku tak ingin mengingatnya.
Suasana kembali hening dan kamipun masih berhenti tak bergerak sedikitpun. Akhirnya aku memutuskan untuk istirahat sebentar dengannya di bawah pohon yang rindang di pinggir jalan. Lalu aku duduk dan menjaga jarak dengannya. Dengan suasana yang canggung ini kami tak berkata apapun.
Sehingga kurasa istirahat sudah cukup. Aku berdiri dan langsung mendorong motornya didepan. Dan aku berkata padanya dengan nada datarku.
"Kali ini, biarkan aku yang mendorong motormu. Sepertinya kamu juga sudah kelelahan."
Namun dia menolak tawaranku dan berkata dengan nadanya yang tinggi itu tetapi masih terengah-engah.
Advertisement
"Ha ha biarkan aku juga membantu."
Aku tak menghiraukan perkataannya dan langsung mendorong motor maticnya tersebut. dia yang melihat reaksiku yang seperti itu langsung berdiri dan mengikutiku dari belakang.
Akhirnya kami sampai di Pom Bensin. Aku menyuruhnya untuk beristirahat di tempat duduk dekat Pom Bensin, sedangkan aku mengantri untuk mengisi bensin. Cukup panjang antriannya, sampai-sampai membutuhkan waktu sekitar 15 menitan hingga akhirnya giliranku untuk mengisi bensin.
Ketika aku ingin membuka jok motor matic ini aku bingung caranya. Biasanya, motor bergigi untuk membuka jok motor tersebut harus membuka kunci yang berada di samping jok. Namun, pada motor matic ini tidak ada lubang kunci disamping jok motornya. Dirasa lama aku untuk membuka jok motor tersebut, Petugas Pos Bensin agak kesal dan berkata dengan nadanya yang agak kasar.
"Untuk membuka jok motor ini, kamu harus memutar kuncinya seperti ini (sambil memutar kunci motor di lubangnya dan tiba-tiba jok motorpun terbuka)."
Aku yang baru tahu akan hal itu hanya terdiam. Lalu aku membuka tutup bensin dan pengisian dimulai. Setelah proses pengisian selesai, aku buru-buru menutup tangki bensin dan jok motor, lalu mendorong motor tersebut dengan cepat karena aku yang merasa malu akan kejadian tersebut. Nia yang melihat hal tersebut tertawa dari kejahuan. Sampai-sampai, tertawanya itu terdengar olehku.
Aku lalu membawa motornya sambil mendorong kearah tempat duduk Nia dan berkata dengan nada datar namun sedikit malu.
"Nih sudah kuisikan, kalau begitu aku pulang dulu."
Lalu aku berjalan agak cepat. Akan tetapi, Nia mencoba untuk menawarkan tumpangannya kepadaku.
"Kalau begitu aku akan mengantarmu sampai kerumahmu. Sebagai bentuk terima kasihku padamu."
Aku berhenti dan mengatakan kepadanya dengan nada datarku kembali.
"Tidak perlu. Lagian, kamu perempuan dan aku laki-laki. Jadi menurutku hal itu sangatlah tidak baik."
Aku berjalan kembali dan meninggalkannya di PomBensin tersebut. Dia hanya diam saja melihatku seperti itu. Kemudian diamenghidupkan motornya dan bergegas pergi. Sedangkan aku sendiri melanjutkanperjalananku pulang sambil berjalan kaki.
Advertisement
- In Serial235 Chapters
Blue Core
Dungeon: A place full of monsters, traps, treasure, and death. Those are the Great Dungeons, with unplumbed depths below the roots of the mountains. That's not for me. Dungeon: A place of rape, torture, and death, to control and corral enemies and slaves. These are the Red Cores, from which the mage-kings draw their power. That's also not for me. I don't like monsters. I don't want adventurers. I want to stay well away from enemies and slaves. Fortunately, there are alternatives... (Includes explicit and consensual sexual content. Chapters containing such will be marked.) Weekly release schedule. Chapter releases start on Fridays, 5PM EST. Join our Discord!
8 722 - In Serial33 Chapters
A Dragon's Dungeon
Dorn, a 3,000 year old silver Space dragon, has only wanted two things in his life: revenge, and the time necessary to get that revenge. Kiera is a migrant farm worker, running from a troubled past, and doesn't expect the rest of her life to go anywhere. She's already given up hope of ever going back to her homeland with her head held high, and getting justice against those who drove her away. Dorn builds a dungeon in the hopes of amassing a trained human army for his vengeance, and Kiera takes the chance to help, hoping for reciprocation. But the past is a murky thing; events are not always what they seem, and those who should be allies are frequently the greatest of enemies. ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Image is not mine
8 160 - In Serial8 Chapters
Chivalrous Thief
What happens when a self-righteous thief steals from the wrong guy and gets transported to another world? This is what happens.
8 100 - In Serial9 Chapters
The Glue That Held Us Together
A modern family consisting of a mother, father, and three boys lived the average life of any family in the rural state of Ohio. Everyone was happy, the children Levi, Dante, and Genesis, were focusing on their future and school. The parents, Skye and Demetrius had a few years of work in them before they could finally retire. Things were looking up for all of them until suddenly, after a 3 day prayer retreat, Skye went missing. Filled with sadness and dread the family must now deal with the lost of a loved one as they keep moving towards their goals, but one question still remains, where did Skye go?
8 148 - In Serial27 Chapters
Beautiful Nightmare (The Beautiful #1) ✓
Hera Hawkins gets herself locked in the school library and that's not even the worst part. Because she is stuck with her arch-enemy aka ex-boyfriend Hunter Knight and she has to survive the entire night alone with him. - - -After a brutal breakup, Hera Hawkins swore to herself that she would never ever cross paths with her ex, Hunter Knight ever again. But fate has made other plans for her. Because she somehow gets locked up in the school library with her sworn nemesis, her ex-boyfriend. Hera is stuck with him in the very place where they first met. The place where they shared so many memories. The place where their love was formed. This whole situation is definitely Hera's worst nightmare.What happens when Hera realizes that she has no escape from this aggravating reality? Is she able to survive an entire night with her infuriating yet unbelievably good-looking nemesis? Will Hunter stay a nemesis to Hera or can their love be rekindled? Let's leave it up to fate to tell.- - -@StoriesUndiscovered 'The One & Only' reading list - 01/11/20 @Romance 'Young Love' reading list - 09/11/20 • • •Started: 30th June 2020Completed: 15th September 2020• • •© 𝘤𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘱𝘩𝘰𝘵𝘰 𝘧𝘰𝘶𝘯𝘥 𝘰𝘯 𝘱𝘪𝘯𝘵𝘦𝘳𝘦𝘴𝘵 𝘣𝘺 𝘢𝘯𝘰𝘯𝘺𝘮𝘰𝘶𝘴.
8 79 - In Serial10 Chapters
nocturne
A Hyunchan storyHwang Hyunjin was a pianist. Bang Chan was a music professor. Hwang Hyunjin went to Juilliard.Bang Chan taught there. Hwang Hyunjin was pretty. Bang Chan was frustrated. TW: Smut Heavy languageCross dressing Sensitive topics Musical terminology (Defined ) *You do not need to know classical music to understand this book*
8 128