《Totally My Type》Chapter 4
Advertisement
"Lalu bagaimana dengan penampilan kita?" Tanya Dongjin yang duduk di hadapanku, kami tengah duduk di lapangan basket indoor untuk latihan –kami belum memulainya– "Aish, bocah itu!" Dongjin seperti ingin mengumpat kasar pada Renjun yang sudah pulang beberapa waktu lalu.
.
"Hey, tidak perlu khawatir!" Aku berusaha menenangkan Dongjin. "Kita hanya perlu mengosongkan posisi Renjun, lagipula koreo yang dibuatnya bukan tarian seperti dansa yang memerlukan pasangan."
.
"Tapi posisinya juga penting di tim kita, ketua." Sanha ikut angkat bicara, semua mengangguk setuju. "Rasanya akan aneh jika tanpa dia." Imbuhnya.
.
"Keluhan kalian tidak akan merubah keadaan, kita harus menerima keadaan! Lebih baik kita latihan saja, pementasannya adalah besok."
.
.
.
Hari ini pementasannya. Aku mengepang rambut hitamku yang panjang, wajahku sudah di lapisi riasan tipis. Untuk perempuan, timku memakai atasan tanpa lengan berwarna baby blue yang dipadu rok pink dengan celana pengaman. Untuk lelaki, memakai atasan yang sama dengan perempuan, hanya celana panjang mereka berwarna putih.
.
"Aku sangat gugup." Ujar Jinsol sembari menggenggam erat tanganku, aku tersenyum. "Aku akan tetap mengingat kata-katamu kemarin, Hea. Aku berusaha untuk tidak gugup."
.
"Renjun datang menonton." Ujar Yena yang berdiri di sampingku, kami berada di belakang panggung untuk menunggu giliran. Sebentar lagi kami akan tampil. "Semangatlah, Hea!" Yena tersenyum. Aku sangat senang Renjun bisa hadir, semoga aku tidak mengecewakan siapapun. Aku akan menampilkan yang terbaik.
.
"Kalian naiklah! Tim Yoora sudah selesai." Ujar penyelenggara.
.
.
.
Aku tersenyum puas. Tim kami berhasil tampil tanpa Renjun, tidak ada kesalahan sedikitpun. Jinsol menari dengan apik, Sanha dan Dongjin sukses dengan tumbling mereka, Yena tidak perlu ditanya lagi. Dia hebat!
.
Dibelakang panggung, kami tersenyum. Saling memeluk erat karena tepuk tangan penonton begitu kerasnya ketika kami selesai, aku juga melihat Renjun tersenyum dengan cerah. Aku masih belum bisa berhenti tersenyum.
.
Renjun datang dengan senyuman khas miliknya seraya mendekati kami. Pelukan kami sudahi ketika pemuda itu datang, ia memberikan selamat. Aku menjadi tak enak padanya, tepuk tangan tadi adalah berkat ide kreatifnya.
.
"Bagaimana jika kita mengambil gambar? Aku ingin sekali mengabadikan kenangan ini." Usul Jinsol yang disetujui oleh semua. "Aku ingin mengambil banyak gambar di sini." Salah satu tim Yoora, Naeun, kebetulan lewat. "Naeun-ah! Bisakah kau memotret kami?"
.
"Baiklah. Aku juga tidak punya hal lain untuk dilakukan." Jinsol segera memberikan ponselnya kepada Naeun, Jinsol mengatur posisi kami. Aku, Yena, Jinsol, Dongjin, Renjun lalu Sanha –seperti itu susunannya–
.
Kami mengambil banyak foto dengan berbagai gaya. Setelah acara selesai, kami pulang namun sebelum pulang aku menyempatkan untuk mengambil selfie di dekat panggung yang sudah sepi. Aku ingin sekali melakukannya, padahal aku tidak terlalu suka mengambil gambar sendiri.
.
Aku segera mengunggahnya ke akun Instagram milikku, apa caption yang tepat untuk potretku ini? Aku tidak pandai menulis caption, aku jarang sekali mengunggah foto. Baiklah, aku hanya ingin mengungkapkan perasaanku sekarang.
Advertisement
.
Healee_ie
Aku merasa senang hari ini, semua orang bertepuk tangan. Terimakasih YenaYangie01 Masternim_Jins Dongdongjinie11 YoonSanha_Sanha Renjunmin_Huang J
.
Langkah terakhir adalah menekan kotak kirim. Aku kembali berpikir setelah menekannya, apa aku cantik di foto ini? Aku mengikuti cara selfie Baekhyun EXO dengan mengambil gambar dari sudut yang baik, dari atas, dan menggunakan tangan untuk membentuk hati.
.
YoonSanha_Sanha
예쁜. Terimakasih juga untuk kerja samamu, Ketua!
.
Masternim_Jins
Maaf telah merepotkan kalian semua. Aku juga sangat senang.
.
YenaYangie01
Aku juga senang, aku juga berterimakasih padamu.
.
Dongdongjinie11
Bisakah kau mengirim foto itu untukku? Aku ingin menyetelnya menjadi wallpaper ponselku.
.
Masternim_Jins
Kenapa kau seperti itu? Kau lupa dengan apa yang kau katakana tadi? Dongdongjinie11
.
YoonSanha_Sanha
Seharusnya aku yang bilang seperti itu, Dongdongjinie11
.
YenaYangie01
YoonSanha_Sanha kau menyukai Hea?
.
YoonSanha_Sanha
내가 특히 좋아.
Dongdongjinie11
쏘리, Masternim_Jins
.
Healee_ie
Masternim_Jins tolong kirimkan semua foto tadi lewat email, aku menunggu.
.
Komentar mereka membuatku senang, hanya Renjun yang belum berkomentar sama sekali. Apa cedera di kakinya berdampak pada aktivitas posting-nya? Aku sedikit kecewa karena ia sama sekali belum melihatnya.
.
"Hea-ie." Aku segera menoleh ke sumber suara, Huang Renjun. Aku cukup terkejut dengan keberadaannya, dia berpamitan pulang tadi bersama yang lainnya. "Kau sangat cantik." Aku terdiam. "Di foto itu." Imbuhnya seraya tersenyum.
.
"Kau cukup berani, Huang Renjun. Mengungkapkannya langsung."
.
"Aku tidak mau semua orang tahu jika aku berkata seperti itu. Aku ingin meminta foto itu langsung darimu seperti kata Dongjin, boleh kan?" Aku mengangguk. "Terimakasih." Ujar Renjun sembari tersenyum setelah aku mengirimnya.
.
"Apa aku boleh mengantarmu?" Aku terdiam, memikirkan matang-matang tawaran Renjun. "Aku benar tak apa, anggap saja ini sebagai tanda terimakasih untuk teh aroma lavender itu."
.
"Aku tidak ingin berpikir seperti itu dan aku tidak ingin kau berpikir seperti itu, aku tidak mengharapkan balasan atas itu. Aku tulus memberikannya untukmu." Ia nampak kecewa. "Tapi jika kau memaksa, aku bersedia diantar olehmu." Tambahku.
.
"Aku tidak memaksamu, sungguh."
.
"Aku tahu." Aku tersenyum menatapnya, ia nampak mengatupkan mulut. "Jadi apa kau masih bersedia mengantarku?"
.
"Tentu saja, asalkan kau tidak merasa terpaksa."
.
"Aku tidak terpaksa." Aku kembali menyuguhkan senyumanku yang kesekian kalinya.
.
.
.
Aku menatap layar laptopku, aku menanti email dari Jinsol. Lama sekali bocah itu, apa Jinsol tidak tahu jika aku sudah menunggu lebih dari satu jam? Cih, apa dia lupa? Aku beranjak dari kursi, berjalan menuju nakas tempat ponselku berada. Aku mengirim pesan lewat Kakaotalk.
.
Lee Hea
Apa kau lupa mengirim foto itu?
.
Jung Jinsol
Sedang proses pengiriman, semua sedang meminta jadi sedikit lama karena aku tidak tahu email Sanha.
.
Lee Hea
Baiklah. Maaf, telah menganggumu.
.
Aku kembali ke meja belajar, kembali menunggu email dari Jinsol. Sembari menunggu, aku membuka website mengenai berita KPOP yang sudah lama ku tinggalkan. Akan ada banyak boyband baru yang debut di tahun depan, khususnya dari SM Entertaiment dan Cube Entertaiment.
Advertisement
.
Aku kembali membuka jendela email, ada email masuk. Dari Jinsol. Aku tersenyum sembari membukanya, aku melihat CC. Semua memang meminta foto, aku tersenyum. Aku segera mengunduh satu persatu.
.
Aku segera mematikan laptopku, sudah sangat larut. Aku tidak bisa menahan kantuk lebih lama, akan kuputuskan melihat hasil jepretan Naeun esok jika sempat. Besok adalah hari natal.
.
.
.
Waktu berlalu begitu cepat, tahun juga sudah berganti. Ujian sudah berlangsung, Renjun juga sudah sembuh itu artinya Renjun harus mengikuti penilaian dance yang sempat tertunda waktu itu. Aku berniat memberinya semangat, tapi apa kita masih sedekat beberapa waktu yang lalu?
.
Aku memang ragu. Lihatlah Dongjin! Dia terlihat seperti semula sebelum kami menjadi tim, tidak menyapaku ketika melihat kehadiranku. Sedih memang, kenangan saat itu seakan hanya mimpi sekejap. Padahal aku sangat senang.
.
Namun aku tidak jauh berbeda dengan Dongjin, aku tidak menyapa Renjun dan Sanha. Renjun juga jarang berbicara –seperti biasa– Keadaan benar-benar kembali seperti semula kecuali, Yena dan Jinsol tetap dekat denganku.
.
"Hea-ah, apa kau benar-benar tertarik dengan Renjun?" Tanya Yena saat istirahat dimulai, kami berada di taman belakang untuk melihat daun berguguran. "Aku hanya bertanya saja."
.
"Dia punya daya tarik tersendiri, aku memang tertarik dengannya." Aku dan Yena duduk di bangku taman, aku jadi ingat saat Renjun mengambil potret diriku. "Aku tidak tahu, Yena-ah." Ujarku yang menarik minatnya. "Aku tidak tahu apa aku menyukainya atau tidak."
.
"Kau menyukainya, kau tidak membencinya." Aku mengetuk kepala Yena, ia mengaduh.
.
"Bukan suka dalam artian seperti itu, Yang Yena." Aku memainkan jemari. "Suka dalam artian laki-laki dan perempuan." Yena tersenyum sembari memegang kepalanya yang mungkin sedang kesakitan.
.
"Yah, kita masih 16 tahun. Kau tidak seharusnya memikirkan itu, pikiran impianmu dahulu. Tampil di broadway." Yena semakin melebarkan tarikan sudut bibirnya, dia benar. "Bagaimana dengan rencana liburan musim dinginmu? Kau akan pergi bersama ayah dan ibumu?"
.
"Sepertinya begitu.
.
.
.
Aku menunggu di depan ruang latihan dance kelas dua, Renjun sedang penilaian di sana. Pintu bergeser, membuatku sedikit terlonjak. Guru Kim keluar, aku segera menyoja. Guru Kim segera berlalu. Apa Renjun masih di dalam? Aku mengintip di jendela kecil yang berada di pintu.
.
Aku segera kembali ke tempat, Renjun melihatku. Tak lama kemudian, pintu kembali bergeser. Sosok Huang Renjun muncul, manik kami bertemu. Ia tersenyum. Keringatnya cukup banyak, napasnya juga sedikit terengah.
.
"Bagaimana?" Ujarku memecah keheningan, Renjun menautkan alisnya. "Bagaimana hasilnya?" Renjun tersenyum.
.
"Hanya seperti itu dan seperti ini, tidak terlalu buruk." Aku merogoh saku blazerku, mengambil handuk yang terlihat seperti sapu tangan. Aku menyodorkan pada Renjun, ia menerimanya. "Terimakasih, aku memang sedang membutuhkannya. Akan ku kembali esok jika sudah bersih."
.
Senyumannya tidak pernah luntur ketika berbicara denganku, itu salah satu daya tariknya. Dia menyeka peluhnya di depanku, caranya menyeka peluh juga memiliki daya tarik tersendiri untukku. Lensa mataku tak berhenti menggambarkan gerak Renjun. Omo! Oppa!
.
Aku tersadar, segera membuka tas ranselku seraya mengambil botol air mineral dingin yang tadi sempat ku beli tadi. Tanganku terulur untuk menyodorkan pada Renjun, ia tersenyum.
.
"Aku pikir kau membutuhkannya jika kau tidak mau tak apa." Ujarku karena Renjun tak kunjung menerimanya, dia hanya menatap tanganku. "Akan ku berikan pada yang lainnya jika kau benar-benar tidak menginginkannya." Imbuhku, namun tangan yang hendak ku tarik segera dicekal oleh Renjun.
.
"Aku pikir kita tidak sedekat dulu lagi karena kerjasama kita sudah berakhir, sikapmu sedikit berubah sejak aku mengantarmu pulang. Kau tidak menyapaku lagi, kau juga tidak tersenyum untukku." Ujar Renjun.
.
Setiap kata yang keluar segera ku cerna, jadi seperti itu pandangannya. Sepertinya terjadi kesalahpahaman di sini, aku tersenyum. Dia selalu jujur, itu adalah daya tarik tersendiri bagiku. He's totally my type. Entah sudah berapa kali aku membatin seperti itu.
.
"Aku cukup terkejut karena kau menungguku di sini dengan berbagai benda yang sangat ku butuhkan. Terimakasih, Hea-ie." Renjun tersenyum sembari mengambil alih botol itu dari tanganku, ia segera mencaraknya hingga habis di depan mataku. Keren sekali!
.
"Aku minta maaf padamu. Aku juga berpikir sepertimu. 'Oh, kerjasama kita sudah berakhir, apa hubungan kita juga akan berakhir?' Aku selalu bertanya seperti itu. Aku ingin sekali menyapamu, tapi aku takut kau tidak membalasnya. Kau pendiam seperti biasanya." Aku tersenyum.
.
"Aku juga meminta maaf. Tidak seharusnya aku menunggu untuk disapa olehmu, aku harus menyapamu terlebih dulu." Mendengar penjelasan Renjun membuatku sedikit tenang, itu artinya aku bisa bergaul dengannya. Aku membuang muka.
.
"Hea." Panggil Renjun, atensiku tertuju padanya. "Bolehkah aku mengantarmu pulang? Aku ingin berbicara banyak hal padamu."
.
.
.
"Aku sangat menyukai moomin ketimbang es krim, hampir semua pernak-pernik di kamarku adalah moomin." Ujar Renjun sembari tertawa.
.
"Tapi aku tidak melihatnya saat berkunjung." Aku mencoba mengingat kembali gambaran kamar Renjun saat itu, tapi gagal. Kamarnya saat itu tidak terlalu terang, hanya stand lamp dengan cahaya redup yang menyala saat itu.
.
"Mungkin kau terlalu khawatir dan tidak memperhatikan sekitar." Renjun terkekeh, aku merasa jika suhu di wajahku naik. Mungkin saja wajahku semerah lobster rebus, aku segera menyembunyikan wajahku dengan menatap langit.
.
"Jika kau menyukai moomin, aku menyukai Winnie the Pooh. Beruang itu sangatlah baik, sangat setia pada temannya, penyayang hingga aku jatuh cinta pada sebuah karakter dalam kartun untuk pertama kalinya."
.
"Apa kau tidak menyukai moomin?" Aku menggeleng pelan.
.
"Aku belum pernah melihatnya, aku hanya tahu bentuknya seperti apa."
.
"Hea, apa kau ingin makan es krim bersamaku? Aku sudah lama tidak memakannya." Tawar Renjun sembari menatap toko es krim yang cukup terkenal di perjalanan pulang, langkahku terhenti karenanya.
.
"Baiklah, aku juga menginginkannya."
.
.
.
TBC
Advertisement
Project: You have died
A monologue story about a man who died and was reborn in a new world of mysteries and intrigue. Where monsters and magic are common place and gods are plentiful. The story follows his life as fate conspires to bind him to a path which he will eventually struggle to come to terms with. *** The story is a slow burner inspired by web novels with the main character accounting every action in time. I doubt this style is for everyone ***
8 211The Calling of a Trainer
Daniel always wanted to be a trainer and explore the world. But in a world where religion and myths are reality, he will have to dig deep to achieve his dream as legends pulled from their slumber in the wake of his journey.
8 172DREAM DEVOURER
Life is so beautiful and everlasting. So unfathomable and filled with mysteries. Yet so fragile and heart-wrenching. Filled with darkness and suffering with the universal law of survival of the fittest.Sky is given another chance at life, but is this really an opportunity from Heaven? Or is it an abyss from Hell waiting to devour him? Will he walk down the same path as his previous monotone life, hidden and cast away? Or will he take the helm of power and walk the path of immortality?Read along to view Sky's adventure in his new life!!!
8 112Transported into another world with a parallel-version of myself
Arriving from school exhausted, a portal suddenly opened in front of him after making contact with an object that materialized out of thin air in his house. As a result, he was pulled in and dropped into a dark area with a bed in it. He thought he was dreaming but after a few reality-checks, he realized that didn't turn out to be the case.Afterwards, he began to feel sleepy and tried sleeping on the bed. But, the moment he opened his eyes, It wasn't a world he was used to. He woke up in a normal room this time but it was different. It wasn't his room nor did it look like anything like from the world he used to be in. After looking around, he decided to get out of the room only to meet a girl by the hallway. He soon found out that she came from a parallel world and that both of them had the same name, same interests, and the same personality. They didn't suspect each other. INstead, they decided to work together to explore this world they found to be in. Can they survive in this world?
8 145JumpForce : nueva vida allá vamos¡
Cuenta la historia de un niño otaku que se encuentra en un problema de dimensiones donde se encuentra con personajes de sus animes, en busca del salto de fuerza un poder infinito
8 213HELPLINE
Henry's grumpy. Isaac's lonely. And then Isaac rings the cereal helpline Henry works at, and things get a lot more complicated.[short story - #48, 1st october 2014][teen fiction - #226, 1st october 2014]PLEASE NOTE: this story is currently being converted from all lower case to sentence case. this might take some time.
8 240