《Totally My Type》Chapter 2
Advertisement
Seminggu sudah berlalu. Masih jam pertama di hari senin, membuatku menguap karena beberapa hal di papan tulis tidak menarik. Aku menatap Renjun, pemuda itu terus saja merunduk. Aku ingin tahu apa yang ia lakukan.
.
"Tidak usah menahan dirimu lagi, Lee Hea. Bicaralah padanya!" Perintah Yena yang ternyata memperhatikanku, aku benar-benar malu. "Kenapa kau tidak mau mengajaknya bicara?" Tanya Yena –suaranya pelan–
.
"Aku hanya takut." Yena menautkan alisnya. "Dia punya pesona tersendiri yang membuatku tertarik padanya, He's totally my type." Yena tersenyum. "Aku tidak jatuh cinta padanya." Imbuhku sebelum ada kesalahpahaman.
.
"Aku tidak berpikir jika kau jatuh cinta padanya." Sahut Yena, aku mendesis pelan lalu mengabaikannya. Fokusku terpaku pada sosok yang masih tertunduk di depanku. Pikiranku terus terisi oleh bayangannya, aku benar-benar penasaran dengan koreo buatannya.
.
.
Aku tersenyum. Aku melakukannya begitu saja. Hey! Huang Renjun sedang menari sekarang, dia sangat keren! Itu membuatku tersenyum. Auranya menguar, dia menebarkan pesona yang akan membuat siapa saja jatuh hati.
.
Mungkin aku sedikit berlebihan, tidak semua orang jatuh hati dengan aksi Renjun saat ini. Yang Yena nampak biasa saja, Jinsol terlihat mendesah putus asa –sepertinya koreonya terlalu sulit untuknya– Sanha dan Dongjin hanya mengangguk-angguk pelan. Hanya aku yang tersenyum.
.
"Secara garis besar seperti itu. Jika kalian keberatan, kalian boleh menuangkan ide kalian." Ujar Renjun sembari tersenyum setelah menyelesaikan tariannya. "Aku juga menambahkan tumbling untuk Sanha dan Dongjin." Imbuhnya.
.
"Aku sama sekali tidak merasa keberatan, aku juga sangat menyukai musiknya. Perpaduan yang sangat harmonis." Sahutku, masih tersenyum.
.
"Tentu saja kau akan bilang seperti itu, kau tidak berhenti tersenyum saat Renjun menari." Ujar Dongjin, netraku melebar. Tunggu, tunggu... kenapa Dongjin bisa mengatakan hal itu? "Perhatiannya terpaku pada penampilan Renjun tadi." Imbuhnya.
.
"Aku memang tersenyum, itu artinya dia tidak mengecewakanku karena telah percaya padanya." Apa pembelaanku seperti itu bisa diterima? Dia tidak mengecewakanku, aku sangat mengapresiasi kerja kerasnya.
.
"Baiklah, kita latihan saja." Ujar Jinsol menengahi dengan wajah datar.
Advertisement
.
.
.
Latihan kami tidak berjalan dengan lancar, banyak sekali halangannya. Sebut saja Jinsol yang tidak menguasai koreo, Dongjin yang selalu ribut dengan Sanha, Yena yang terus menggodaku, dan Renjun yang tidak bisa berhenti tertawa karena ulah temannya.
.
"Apa kalian bisa serius? Waktu kita tidak banyak, hanya beberapa hari lagi." Akhirnya aku meledak, benar-benar sudah muak dengan candaan mereka yang sudah kutahan hampir dua minggu lamanya. "Apa kalian bisa menghargai Renjun yang telah membuat ini semua? Apa kalian memikirkan perasaan Renjun?"
.
"Renjun juga ikut tertawa, kenapa kau sangat marah? Kau hanya ketua tim yang selalu bilang ini itu tanpa melakukan apa-apa." Sahut Sanha. Tenggorokanku tercekat, Sanha menyadarkanku. Sepertinya dia benar. Aku melangkah mundur, bersiru kemudia berlari keluar dari lapangan basket indoor.
.
Langkahku terhenti. Sebuah bangku taman menyita perhatianku, aku segera duduk. Tak lama kemudian, aku berbaring. Punggungku bersandar pada besi yang menjadi tangan bangku itu, kakiku tergantung di tangan bangku yang lain.
.
Oh! Tadi itu memalukan sekali. Apa aku terlihat terlalu menghargai usaha Renjun? Oh, bagaimana ini? Perkataan Sanha kembali terputar di otakku. Aku tidak melakukan apa-apa? Sungguh?
.
Aku mendesah. Sanha benar, dia benar. Aku memang tidak berbuat apa-apa. Aku meletakkan lenganku di atas mata karena cahaya semakin silau, pikiranku kosong. Itu hanya sesaat. Aku kembali berpikir, apa alasanku lari dari mereka? Ah! Itu karena malu, bodoh! Kenapa aku lupa?
.
Dentingan ponselku terdengar, aku segera merogoh saku celana trainingku. Mengusap layar kemudian membuka satu pemberitahuan dari Instagram. Aku tercengang, apa benar Renjun mem-posting ini? Aku segera duduk, menatap lekat ponselku. Ini... potret diriku dengan pose tertidur dengan lengan di wajah!
.
Renjunmin_Huang
Kita harus menghargai usaha orang lain. Hanya dia yang tahu betapa kerasnya aku berusaha, hanya dia yang mengerti perasaanku saat ini. Kau sudah melakukan hal baik, terimakasih J
.
Tulis Renjun sebagai caption foto itu, tanpa sadar sudut bibirku tertarik untuk membuat segaris lengkungan manis.
.
Oh, ada kiriman baru lagi di timeline-nya.
.
Renjunmin_Huang
Advertisement
Senyumanmu sangat manis, apa aku berhasil menghiburmu?
.
Kali ini fotoku di ambil dari sisi yang berbeda, aku menatap sekitar. Aku tidak menemukan sosoknya. Dimana dia? Ponselku berdenting. Kiriman baru darinya.
.
Tunggu... dia me-mention-ku!
.
Renjumin_Huang
Healee_ie kau begitu tulus, kau melakukannya semuanya dengan perasaanmu. Aku sangat berterimakasih, kau sudah melakukan banyak hal untuk tim kita. Mereka ingin meminta maaf padamu, kembalilah!
.
Aku tersentuh dengan setiap huruf yang terangkai. Dia mem-posting foto Yena, Jinsol, Sanha, Dongjin dan dirinya dengan wajah memelas. Aku ingin tertawa melihatnya. Baiklah, aku akan kembali ke sana.
.
Langkah kaki membawaku menuju gedung yang luas itu. Dengan ragu, aku memutar kenop pintu. Membuat celah yang sempit namun perlahan meluas. Aku terlonjak kaget, Yena dan Jinsol memelukku saat celah pintu semakin besar.
.
"Hea-ah, kami benar-benar minta maaf." Ujar Yena yang mengeratkan pelukannya, aku tersenyum. "Kami akan berusaha lebih keras lagi untuk tidak mengecewakanmu." Tambahnya.
.
"Hea, aku akan lebih mendengarkanmu dan memperhatikan langkahku mulai sekarang." Jinsol ikut angkat bicara, aku membalas pelukan mereka. Sanha dan Dongjin mendekat, mereka berlutut sembari meminta maaf. Aku melepas pelukan Yena dan Jinsol.
.
"Karena kami tidak bisa memelukmu, kami akan mengekspresikan betapa menyesalnya kami dengan seperti ini. Semoga saja kau bisa merasakan jika kami benar-benar menyesal telah membuatmu marah." Ujar Dongjin yang disertai anggukan dari Sanha.
.
"Kalian terlalu berlebihan, aku tidak marah. Kalian menyadarkanku, terimakasih." Ujarku sembari tersenyum, Sanha dan Dongjin menggeleng kompak.
.
"Kau yang terbaik, maafkan kami!" Sanha bangit, dia ingin memelukku. Terlihat dari tangannya yang melintang, aku mundur satu langkah namun Sanha mengurungkan niatnya. "Renjun-ah, bolehkah aku memeluknya?" Sanha bertanya pada Renjun yang berada di belakan Dongjin.
.
"Kenapa kau bertanya padaku?"
.
"Eum, kukira kau menyukainya. Apa aku salah?" Irisku bekerja mengecilkan pupil, terkejut dengan pertanyaan Sanha serta ekspresi Renjun. Dia menyembunyikan wajahnya dengan membuang muka.
.
"Jangan bodoh, Sanha-ah!" Kakiku menginjak kaki Sanha, ia meringis kesakitan. "Apa kau ingin menghancurkan mood tim kita?" Sanha menunduk. "Baiklah, lanjutkan latihan! Aku ingin kita mendapatkan yang terbaik atas usaha kita." Aku tersenyum, mengabaikan Sanha yang meringis kesakitan.
.
.
Langkah kami terhenti ketika Renjun menghentikan langkahnya seraya mendongak saat berada di taman sekolah –kami pulang bersama hari ini, walau hanya sampai halte bus saja– Kami mengikuti arah pandangnya. Ada seekor kucing yang tidak bisa turun.
.
Tanpa banyak bicara, Renjun melepas sepatu dan membuang sembarang tas ranselnya. Ia mulai memanjat. Dongjin dan Sanha kembali melanjutkan perjalanannya, Jinsol dan Yena juga melakukan hal yang sama. Hanya aku yang berdiri menunggunya.
.
BUKK!!
.
Renjun terjatuh ke semak-semak setelah meraih seekor kucing berbulu putih, ia mendekap kucing itu untuk melindunginya. Keren sekali! Tapi aku juga khawatir dengan punggungnya, pasti sangat sakit.
.
"Kau baik-baik saja?" Tanyaku sembari mengulurkan tangan, ia meringis seraya beringsut duduk. Ia tersenyum, ia tidak menerima uluran tanganku.
.
"Aku akan mencari pemilik kucing ini, kau pulanglah dulu! Kau tidak perlu mengkhawatirkanku."
.
.
.
Aku menatap ponsel dengan malas, tanganku tak sanggup mengangkat berat ponsel yang ringan –umumnya– Aku yang tengah berbaring segera beringsut duduk, meninggalkan ponselku di ranjang. Langkahku menuju balkon, menatap langit malam di musim dingin
.
Renjun tidak mem-posting apapun sejak kejadian jatuh dua hari yang lalu. Entah mengapa hal itu sangat aneh menurutku. Tanganku mencengkram kuat rambut hitamku, aku merutuki diri. Kenapa aku selalu memikirkannya? Aku hanya tertarik dengannya, itu tidak bisa disebut rasa cinta kan?
.
Aku merasa jika sesuatu terjadi pada Renjun, firasatku sangat kuat. Aku kembali ke kamar, mengambil ponsel dan mulai membuka timeline Instagram hingga Twitter milik Renjun. Sebelum posting-an itu ada banyak potret saat dirinya tengah berkumpul dengan komunitasnya.
.
Hampir setiap hari dia mem-posting apapun yang ia lakukan, mengapa sekarang tidak? Mengapa aku berpikiran seperti itu? Semua orang berhak mem-posting apapun, kapanpun, dan dimanapun. Mengapa hal ini begitu menggangguku? Sial!
.
Tapi...
.
Renjun...
.
.
.
TBC
Advertisement
- In Serial56 Chapters
Doom Guy Isekai
A very familiar soldier, used to battling the 'endless' hordes of Hell, is eventually overrun and dies. But his war isn't over yet.
8 146 - In Serial121 Chapters
Children of the Plague
Aidren Alson has been stuck in The Walker Military Protection and Reintegration Facility for four years. Six months before his arrival, a deadly virus spread across the world killing most of the population. Aidren and others were told the virus caused the activation of specific abilities and were taken into protective custody by the government because they were dangerous to others. Told the activation of his powers caused his parents' death, Aidren was classified as a Carpenter, those who manipulate plant matter. The other classes are Welders and Sirens, who can manipulate metal and soundwaves. Plagued from recurring nightmares of his father’s voice and knowledge that his powers are different from others, he believes that he is being lied to and wants answers. New chapters with be posted on Saturdays. Check out my Patreon to read ahead 5 or more chapters!
8 196 - In Serial12 Chapters
A Serpentine Tale {Dropped}
A young serpent is born, and begins his journey to become a force greater than his world has ever seen, and perhaps beyond.NOTICE: This story has been dropped. It will stay as is, but no new additions or revisions will be made until further notice.
8 197 - In Serial32 Chapters
The Young Lord Is A Prodigy (Dropped)
One day, with a bang, I left the world after bleeding to death from a gunwound. 'Eh?' Why did I woke up in a small boy's body? Did I reincarnate? I'm a Count's son? Since it seems that I got a head start in this new life, let's aim for the top! Magic? Swordsmanship? Martial Arts? I'll become the best in all of them! A story of a young noble's journey to become the strongest; Starts here! _________________________________ Unfortunately this series had been dropped. Thank you for all of your support.
8 166 - In Serial30 Chapters
brian's note book
where i write poems and the more you scroll down the older they get, so in turn the lower you look the worse they get, this started durring the summer of 2016, beware its edgy asf
8 165 - In Serial29 Chapters
The Little Prince
The Little Prince, first published in 1943, is a novella and the most famous work of the French aristocrat, writer, poet and pioneering aviator Antoine de Saint-Exupéry.Link: https://andonovicmilica.files.wordpress.com/2018/07/the_little_prince.pdf
8 104