《TGS 1st - Silly Marriage》Chapter 5a - The Wedding (1)
Advertisement
Hai!!! Saya muncul lagi. Terima kasih atas saran, kritik dan komennya ya. Heheheh. Jangan lupa kasih kritik dan saran untuk chapter ini. Makasih.
xoxo - shamlia
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Chapter 5 - The wedding
Naya's Pov
Sepertinya memang aku harus berhenti berusaha menggagalkan rencana pernikahanku dan Alex. Tampaknya aku harus pasrah saja dengan semua takdirku. Tiga hari lagi statusku akan berubah menjadi Mrs. Davrio. Dan mau hujan, badai atau kemarau, pernikahan akan tetap berlangsung. Mama Alex yang sebentar lagi jadi mama mertuaku yang nampak sangat excited dengan pernikahan ini. Beliau benar-benar memberikan banyak bantuan kepada WO sehingga walaupun sederhana, pernikahan ini memiliki konsep yang apik. Pernikahanku dan Alex yang bertema garden party akan diselenggarakan di halaman villa milik keluarga Davrio yang berlokasi di puncak.
Yah...menghindari pemberitaan media memang paling tepat untuk saat-saat ini. Lucky for us, karena pernikahan diselenggarakan secara tertutup dan di lokasi yang jauh dari keramaian ibu kota.
"Nay??? Lo nggak apa kan? Ngelamun aja lo!"tegur Kikan saat aku berada di restorannya siang ini untuk mengurus menu yang akan disajikan di pernikahanku.
Melamun? Akhir-akhir ini aku memang cukup sering melamun. Apa yang kulamunkan? Tentu saja this wedding matters!
"Lo lagi nggak sehat, Nay?" Kikan menatapku khawatir. Aku menggeleng pelan.
"Gue agak kecapekan aja, Kan. This mess makes me tired,"ungkapku.
"Dari awal gue kan udah minta lo supaya nggak ngelakuin perjanjian ini, Nay. Masih ada tiga hari, Nay. Lo bisa cancel semuanya,"kata Kikan prihatin.
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Andai saja semuanya bisa dibatalkan semudah kata-kata sahabatku itu. "Nggak bisa, Kan. Gue masih bisa kok nanggung semua ini. Demi masa depan perusahaan Papa. Lagian nggak semua tentang pesta ini adalah hal yang buruk. Gue jamin makanan di pernikahan gue pasti enak. Kan elo yang ngurus menu-menunya!"
Kikan akhirnua tersenyum tipis. "Kalo untuk masalah itu, lo nggak usah khawatir. Semuanya beres kok! Dan gue jamin, tamu-tamu bakal ketagihan,"kata Kikan semangat.
"Termasuk Enzo?"tanyaku.
Kulihat rona merah muncul di pipi Kikan. Bukannya mereka hanya sexualy involve, bukan romantically involve?
"Lo mulai suka ya sama Enzo?"tebakku.
"Nggak lah, Nay! Sejak awal kan hubungan gue sama dia bukan tentang cinta. Hanya kebutuhan fisik!"elak Kikan.
"Lo udah ngelakuin sama dia?"tanyaku menyelidik. Setauku Kikan hanya pernah satu kali berhubungan intim. Dan itu dengan mantan pacarnya beberapa tahun yang lalu.
"Udah,"jawab Kikan singkat.
Aku menatapnya curiga. Sepertinya ada sesuatu yang disembunyikan Kikan. Tapi aku tak tau apa.
"Jangan pernah melibatkan hati kalau berurusan dengan Alex dan teman-temannya, Kan. Gue nggak mau lo akhirnya sakit hati karena Enzo,"kataku.
"Lalu, hubungan lo dan Alex itu namanya apa? Apa enggak melibatkan hati?"tanya Kikan membuatku mengkerutkan kening.
"Oh kalau masalah itu sih tenang aja, Kan. Diantara gue dan Alex itu cuma ada bisnis. Mungkin bisa dibilang kami ada masing-masing kepentingan disini. Dan lebih banyak rugi di gue!"keluhku.
Kikan tertawa. "Watch out, Naraya! Lo tau kan dalam bisnis pun ada kemungkinan terlibat masalah hati,"ujar sahabatku itu.
Aku mencebikkan bibir. Aku kan sudah bertekad dari awal untuk tidak melibatkan hati atau cinta dalam pernikahan bisnisku dan alex. Pernikahan yang diawali dengan penandatanganan sejumlah pasal-pasal yang tercantum dalam selembar kertas putih.
"Hei Nay! Sepertinya ada seseorang yang terus menerus ngelihatin lo deh,"bisik Kikan menatap mataku tajam. Kemudian dia meremas tanganku agar aku tak langsung berbalik menatap orang yang dimaksud Kikan.
"Mana?"
"Arah jam tiga,"jawab Kikan masih dalam bisikan.
Aku jadi berdebat dalam bisikan dan desisan kecil dengan Kikan. Mauku aku langsung mendatangi orang yang itu dan menanyakan apa maksudnya sampai harus mengintai seperti itu. Tapi, Kikan ingin membiarkannya saja dan segera menyingkir mencari tempat yang lebih private di restaurannya. Dia takut kalau orang itu memiliki maksud tidak baik.
Advertisement
"Oo... he's getting closer. Gue harap ini bukan kode disaster 911 kita ya!"kata Kikan.
Aku terkekeh pelan mendengar kode itu. Disaster 911 adalah kode yang aku, Kikan dan Eve pakai untuk keadaan buruk atau membahayakan.
"Hai, ladies. Kenalin, gue Raka." Seorang lelaki menyodorkan tangannya padaku. Aku tak lantas menyambut tangannya. Mataku justru menatap lelaki itu dari atas ke bawah.
Kemeja formal warna biru muda, celana kain warna hitam, sepatu warna senada dengan celana yang dipakainya, dan sebuah jam tangan cartier. Aku menatapnya menilai.
"Ehem!"Kikan menyadarkanku lewat dehemannya.
Aku menjabat tangan lelaki bernama Raka itu. "Naraya,"kataku.
Kemudian lekaki itu juga bersalaman dengan Kikan.
"Boleh gue gabung dengan kalian?"tanyanya.
Kikan langsung mempersilahkan Raka duduk di satu kursi di antaraku dan Kikan.
"Well, ada urusan apa?"tanyaku.
"Nothing. Tapi sayang sekali kalau aku melewatkan kesempatan untuk menyapa wanita cantik seperti kalian kan?"
Picisan!
"Maaf gue nggak suka lelaki penyebar gombalan. Dan Kikan juga sudah punya pacar? Lo tau Lorenzo Baratha si pilot seksi itu? Dia pacar Kikan. Dan sebentar lagi gue juga akan menikah dengan lelaki paling tidak berperikemanusiaan, namanya Alex Davrio!"cetusku tanpa mencoba mengontrol kata-kata yang keluar dari mulutku.
Kikan melotot menatapku.
"Yeah, I heard about your wedding. Tapi, gue nggak tau kalau sahabat cantik lo ini pacarnya Lorenzo,"kata Raka.
"Yah...mereka baru aja jadian kok,"jawabku asal tanpa mempedulikan injakan kaki Kikan pada kakiku. Aku meringis menahan sakit.
"Anyway, congratulation ya, Naraya. Gue harap kita bisa semakin akrab. Mungkin kita bisa kerjasama bisnis lain kali,"ucap Raka.
"Maksud lo??"tanyaku.
Raka terkekeh. "Yah...gue berharap kita bisa berkerjasama kapan-kapan. Yuk, gue cabut dulu, Nay, Kan,"kata Raka berpamitan.
"Menurut lo dia aneh nggak sih?"tanyaku pada Kikan.
"Emang kenapa?"
"Yah nggak tau sih. Tapi kenapa dia jadi ngajakin kita kenalan?"
"Yah karena lo cantik mungkin?"
Aku mencibir mendengar jawaban Kikan yang benar-benar tak masuk akal itu. Aku masih merasa aneh dengan Raka. Tapi entah apa alasan dibalik keanehan yang kurasakan.
###
Aku berjalan beriringan dengan Kikan di jalan setapak kecil di antara makam-makam yang berjejer rapi dalam barisan. Aku sudah menatap lurus pada makam papa dan mama walaupun masih ada jarak lima belas meter diantara kami. Aku bisa merasakan hatiku menghangat ketika aku semakin dekat dengan tempat peristirahatan mereka.
Aku berhenti dan berdiri di antara kedua nisan orang tuaku. Perlahan aku melangkah mendekati nisan Papa dan membersihkan nisan yang mulai nampak kusam dengan air yang kubawa. Sementara Kikan membantuku membersihkan nisan mama.
Selesai membersihkan, aku menabur bunga dan menyiram air di dua kuburan itu. Kemudian aku duduk di pinggiran. Menatap kedua nisan itu dengan penuh rasa sayang.
"Hai Ma, Pa. Tiga hari lagi Naya akan menikah,"kataku pelan. Kurasa Papa Mamaku akan sangat tidak setuju dengan pernikahan ini jika mereka berdua masih ada di dunia. Aku selalu ingat kata-kata mereka bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral yang tidak bisa didasari oleh keuntungan. Tapi, kali ini aku melanggar pesan mereka. Aku melakukan pernikahan ini untuk menyelamatkan perusahaan Papa. Kuharap mereka berdua bisa mengerti situasiku.
"Maaf ya, Ma, Pa, Naya nggak bisa menjaga perusahaan Papa. Salah Naya karena sejak dulu Naya tidak mau belajar dan hanya bisa merengek manja."
Sial! Airmataku mulai menetes. Biasanya aku tidak akan menangis di depan makam kedua orang tuaku. Aku tidak ingin menunjukkan kesedihanku pada mereka. Tapi kali ini sepertinya kelenjar airmataku sedang tidak bisa diajak bekerja sama. Aku tertunduk di depan kedua makam orang tuaku. Aku malu sekali sebenarnya untuk menunjukkan diriku di depan mereka.
"Doakan Naya ya, Ma, Pa. Naya harap Alex bukan orang jahat yang hanya bisa menyakiti Naya,"bisikku lirih.
Advertisement
Kemudian aku larut dalam isakan tangisku. Aku masih enggan beranjak dan menghapus airmataku. Sampai akhirnya Kikan merangkul bahuku dan mengajakku meninggalkan tempat itu.
###
Akhirnya hari malapetaka itu tiba. Hari ini aku dan Alex menyelenggarakan pernikahan kami di salah satu villa di puncak. Tadi pagi sudah berlangsung upacara keagamaan yang membuatku merasa bersalah pada Tuhan karena aku mengucapkan janji suci bukan untuk cinta.
Dan sekarang ini aku dan Alex tengah bersiap-siap untuk resepsi pernikahan kami. Sebenarnya, sudah sejak tadi aku ingin sekali melepas kebaya ketat yang membalut tubuhku ini. Ribet! Kebaya warna turqoise ini sebenarnya indah, tapi asal tau saja ya, aku sampai harus diet hebat untuk bisa masuk ke kebaya ini. Dan lagi-lagi Alex berhasil membuatku untuk diet, tentunya diiringi dengan ancamannya yang sepertinya tidak main-main itu.
"Breath... You'll be fine,"kata Alex yang berdiri di sebelahku. Saat ini kami tengah bersiap-siap membuka pintu di depan kami yang langsung terhubung dengan kebun yang jadi tempat resepsi kami.
Alex menyodorkan lengannya padaku. Aku menatapnya sebal. Tidak ada pilihan lain selain menggandeng mesra tangannya. Inhale...exhale Naraya and you'll be fine.
Perlahan kami bersama membuka pintu dan kemudian terdengar tepukan tangan dan sorak sorai dari para tamu yang telah menunggu kami. Aku terpaksa tersenyum lebar yang seolah-olah menunjukkan kebahagiaanku. And, what's the best from garden party? You don't need to just sit in chair. Jadi aku nggak perlu terus terusan pasang senyum lebar.
But what's the worst from garden party? You need to blend with guests. Dan kain jarik ketat ini membuatku sulit melangkah.
"Jalan yang pelan, Lex! Gue sulit jalan!"bisikku ketika kami untuk sekian kalinya harus menghampiri tamu penting Alex. Ingatkan aku bahwa aku masih harus menyapa relasi bisnisku dan jajaran investor di perusahaanku. Membayangkannya saja sudah membuatku ingin pingsan.
"Bisa bahasanya diganti yang lebih halus? Lebih baik ditambah sapaan mesra juga,"bisik Alex di telingaku. Kalau saja beberapa tamu tidak sedang menatap kami kagum, mungkin aku akan langsung menginjak kakinya saat itu juga.
Dan setelah bergelut dengan kebaya ribet dan high heels killer ini, akhirnya kami selesai menyapa tamu-tamu penting. Untung ini private party, jadi undangannya terbatas.
"Wonderful acting!"puji Victor yang sudah berdiri di dekat kami.
"Yeah, seharusnya gue dapet oscar untuk akting gue yang benar-benar kelihatan pure ini,"komentarku. "and excuse me, kalau boleh gue mau menghampiri sahabat-sahabat gue. You two just enjoy the chat,"lanjutku sembari melepaskan genggaman tangan Alex dan menghampiri kedua sahabatku yang nampak berbincang di dekat meja minuman dengan Enzo dan Kevin.
"Wow! You look so georgeous, Nay!"puji Eve.
"So, kenapa lo berdua nggak gabung sama Alex dan Victor? Jadi gue bisa have a little time dengan sahabat gue?"usirku pada Enzo dan Kevin.
Enzo tertawa pelan. Tawanya terdengar begitu elegan. Memang, aku akui bahwa diantara keempat sahabat itu yang paling terlihat elegan adalah Enzo. Alex? Dari tampangnya saja sudah menunjukkan arogansi dan sok kuasa. Victor? Bulu-bulu halus yang tumbuh di bagian bawah wajahnya membuatku geli setiap melihatnya. Tapi, kata Eve justru itu yang membuat wanita terpukau dengan playboy kelas kakap satu itu. Kevin? Sebenarnya dia cukup oke kalau saja dia tidak lebay jika sedang pacaran dengan Eve. Kalau kudengar cerita dari Eve, Kevin terlalu posesif dan berlebihan.
"Hati-hati Nay dengan mulut lo yang tajam. Bisa-bisa nanti malam Alex harus memborgol lo biar lancar,"kata Kevin sebelum akhirnya dia dan Enzo menyingkir.
"Dasar gila!"umpatku.
"Hei! He's my boyfriend!"protes Eve tak terima.
"Diem deh Eve! Gue lagi nggak ingin membahas lo dan Kevin. Yang penting nanti malam lo berdua harus tolongin gue! Ajak gue ke tempat lain kek biar gue bisa menghindari Alex!"kataku memaksa.
"Sorry, Nay. Gue kayaknya nggak bisa deh. Nanti malam Kevin ngajakin gue ke satu tempat romantis. Mumpung kita lagi di puncak. Makan malam romantis gitu deh,"ucap Eve.
Aku melotot kepada Evelyn. Bisa-bisanya dia meninggalkanku sendirian dan asik dengan rencananya dan Kevin.
"Lo bisa bantu gue , Kan?"tanyaku beralih pada Kikan penuh harap.
Kikan meringis memamerkan deretan gigi putihnya. "Sorry, Nay. Enzo udah keburu bikin janji sama gue,"jawab Kikan.
What??? Bisa-bisanya kedua sahabatku ini meninggalkanku di dalam kandang singa bernama Alex.
"Ya ampun! Jahat banget sih lo berdua. Kalian tega nyerahin gue sama Alex???"
"Duh, jangan norak deh, Nay! Namanya orang udah nikah ya lanjutannya kawin alias manufacturing baby!"cetus Eve membuatku semakin cemberut.
"Gue kan masih betah perawan, Ev,"rengekku.
"Mau jadi perawan tua lo??? Udah bagus ada cowok hawt yang mau sama elo!"hardik Eve.
"Ih! Emang gue segitu nggak lakunya?"balasku kesal.
"Udah deh kalian berdua. Jangan malu-maluin!"hardik Kikan.
Dasar Evelyn! Dia sebenarnya temanku bukan sih? Rela banget dia mengorbankanku pada Alex.
"Hai, we meet again! Dan kali ini bertambah satu lagi wanita cantik,"sapa seseorang membuatku menoleh. Raka.
"Raka? Lo diundang juga?"tanyaku kaget. Perasaan aku tidak mencantumkan nama Raka dalam daftar undangan pernikahan. Mungkin Alex yang melakukannya.
Raka tidak menjawab pertanyaanku. "Well, pesta yang meriah, Nay. Tapi cukup sepi untuk sebuah pernikahan yang melibatkan pemilik dua perusahaan besar,"komentar Raka sambil mengedarkan pandangan ke pesta pernikahanku.
"Yeah...gue dan Alex cuma ngundang sedikit orang. Inti dari pernikahan kan bukan pestanya,"jawabku sekenanya.
"Yah, tapi dengan begini justru kalian berdua bisa tenang tanpa terganggu kehadiran media,"kata Raka.
"Lo sendirian, Ka?"tanya Kikan.
"Yah...gue terpaksa datang sendirian karena sepertinya stok wanita cantik di Jakarta sudah habis. Lo jadi pacarnay Enzo, Naya menikah dengan Alex, dan...,"Raka berbalik menatap Eve. "Kamu pasti Evelyn, model papan atas yang menjadi kekasih Kevin."
"Sayang sekali ya lo datang sendirian, Ka."
Aku terkejut dengan kehadiran Enzo tiba-tiba di sebelah Kikan dan langsung memeluk pinggang Kikan dengan posesif.
"Itu mungkin karena lo bajingan, Ka. Sehingga nggak ada satu pun wanita yang mau sama lo!"kata Alex yang tau-tau sudah berdiri di sampingku dan merangkulku erat-erat.
Ada apa dengan mereka? Setelah kedatangan Enzo dan Alex tiba-tiba saja atmosfer di antara kami berubah menjadi tegang. Aku bisa merasakan cengkeraman tangan Alex yang menguat di pinggangku.
"Kamu yang mengundang Raka, sayang?"tanya Alex membuatku tergagap dengan panggilan barunya untukku.
"Bukan. Aku pikir kamu,"jawabku.
"Relax. I got one!"kata Raka sambil menunjukkan undangan pernikahan yang terbatas itu.
"Cara kotor apa lagi yang lo pakai?"tanya Alex sinis.
"Well, sepertinya pertanyaan lo itu tanda buat gue untuk menyingkir. Sekali lagi selamat untuk pernikahan kalian berdua,"ucap Raka sebelum akhirnya pergi dari hadapan kami.
"Gue harap, lo jauh-jauh dari cowok itu!"desis Alex di telingaku.
Aku mengkerutkan keningku tak paham dengan maksud perkataannya. "Kenapa?"tanyaku.
"Pokoknya kalo gue bilang lo harus jauhin dia, itu berarti lo harus jauhin dia, Nay!"kali ini Alex sudah memerintahku dengan penuh penekanan.
Aku menatapnya tak mengerti. Meskipun masih penasaran dengan alasan dibalik perintah Alex, akhirnya aku hanya mengangguk mengiyakan perintah suami baruku itu.
###
Berkali-kali aku melirik jam dinding yang ada di kamar. Suara air dari kamar mandi semakin membuatku gugup dan takut jika sewaktu waktu Alex akan keluar dari kamar mandi. Aku mengacak-acak rambutku frustasi. Ugh! Aku benar-benar belum siap menghadapi Alex malam ini.
"Lho sanggulnya udah dilepas, Nay?"tanya Alex membuatku kaget. Aku terkesiap saat melihatnya bertelanjang dada dan hanya menggunakan boxershort. Badannya memang tidak sesempurna bintang L-men. Tapi cukup mengundang para wanita untuk mencari kenyamanan dalam dada bidang itu.
Hei! Hei! Aku mikir apaan sih!
"Nggak mandi?"tanya Alex lagi ketika aku masih saja terdiam.
"Oh-oh iya, gue mandi dulu!"cetusku segera berjalan ke kamar mandi.
"Nay! Bahasanya tolong diperhalus ya! Tolong lo-gue diganti aku-kamu karena kita udah menikah. Ngerti?"tanya Alex mengingatkanku.
Aku ingin muntah rasanya ketika lagi-lagi Alex menyuruhku menggunakan bahasa halus jika berbicara dengannya. Tapi aku hanya mengiyakan sekenaku dan berlalu ke kamar mandi.
Setelah membersihkan badanku, aku justru malah menatap diriku di cermin wastafel lama-lama. Belum siap untuk mengumpankan diriku ke buaya yang ada di luar. Aku terdiam cukup lama, sampai akhirnya aku memutuskan untuk menelepon Kikan. Mungkin dia masih bisa membantuku kalau aku memaksanya.
"Kikan! Please bantu gue, Kan!"mohonku begitu suara nada sambung menghilang.
"Hhhh... Maafhh Nayh...guehhh...,"suara Kikan terdengar aneh. Apa dia dalam bahaya? Kok suaranya kayak ngos-ngosan begitu?
"Hei Kikan! Kikan! Lo nggak apa-apa kan?"tanyaku panik.
"Ngggahh apah-apah kokh! Aaarrrggghhh!"teriakan Kikan terdengar mengerikan di telingaku.
"Kikan! Kikan! Jawab gue sekarang lo dimana???"tanyaku semakin tak sabar.
"Enzohh! Pelan-pelanh!"
Hahh?? Enzo?
Kalau memang ada Enzo , pasti cowok itu akan menolong Kikan kan kalau sahabatnya itu dalam bahaya? Kok malah disuruh pelan-pelan?
"Kikan? Ada Enzo disitu? Lo emang lagi ngapain?"tanyaku ragu-ragu.
Bukannya menjawab pertanyaanku, Kikan justru lagi-lagi mengerang dan nenyebutkan nama Enzo.
"Nay! Besok pagi aja deh lo telepon lagi! Ganggu aja lo!"kali ini suara Enzo yang terdengar. Sepertinya handphone Kikan direbut oleh Enzo dan secara sepihak cowok itu juga memutuskan sambungan.
Aku menatap jengkel ponselku. Aku tidak mencoba menelepon Eve karena aku tau itu akan percuma! Kalau sudah ada Kevin, Eve akan melupakan bahwa di dunia ini urusannya tidak hanya seputar Kevin!
Tuhan... tolong aku, please.
Akhirnya aku hanya bisa mengambil nafas panjang dan meraih handle pintu. Aku benar-benar hanya bisa memohon agar buaya yang menungguku di luar sana sudah tidur. Yah...mudah-mudahan saja.
####
Advertisement
Must Protect The Saintess' Chastity! (BL)
"How about I make them gay instead..?" ~ Warning: YAOI, harem, and MC is top/seme. ~ Arata Yoshida gets reincarnated as Alovera, a half elf who just regained all his past memories. Moreover, he recognizes this world as a carbon copy of the universe from the adult (ero) otome game that his past twin sister was obsessed in, "The Saintess' Prayer Ascends The Sky"... The way to return to his past world is closely tied to the ending of the original otome game, and if he wants to go back there, he must ensure that the game's MC, the saintess, stays chaste until the world end cataclysm. With only half-baked knowledge of the game's love interests, Arata has to hinder their progress with the saintess until the game ending arrives! •°•°•°•°• As the teaser suggested, it contains orientation play, where there are characters whose sexual orientation will be changed in the course of the story. If you don't like the aforementioned warning, please refrain from reading. This is purely for the enjoyment of the writer and readers who like those themes, which may cause unrealistic situations/outcomes. Any suggestion/recommendation other than the warned content will be appreciated! ^^ ? This title is crossposted to wattpad (+ tapas and wordpress?) under the same username.
8 210Loki: The Burden of the Throne
Loki and Thor are preparing for the Asgardian festival celebrating family when while hunting together in the forests of Asgard, Thor is attacked and grievously wounded by unknown assailants. Loki is left to unravel the mystery while at the same time sensing that the event has caused a fundamental change in the universe. The events of Loki: The Burden of the Throne take place prior to those of the first Thor movie.
8 99ETHEREAL, georgenotfound ✓
completed! (georgenotfound x fem!oc)ANGEL was a fitting name for someone like Aspyn - possibly one of the only names that were perfect for her. George found himself entranced by her presence, in a daze whenever she was there.Aspyn and George both grew up in a love-deprived childhood, but somehow, they manage to find it in each other.disclaimers !- i don't own any of the mcyts- i don't own any of the pictures used- strong language is used frequently
8 278Destiny Untold
Amara Johansen is a wolf shifter who was raised a Nomad, her family never settling down with a pack. That all changes on the cusp of her twenty-first birthday which marks the moment a shifter reaches maturity and can recognize their fated mate. What she does not know, is that her parents chose the Onyx Moon pack knowing Amara's future mate is the Alpha and has been waiting for her. Alpha Maddox Kahale had been counting the days since he first laid eyes on his mate years prior. Their age difference meant she would need to catch up to him and he wanted to give her the space to do that. Maddox wanted his mate more than anything but, he also wanted to give her the freedom to grow into her own and fall in love with him without the pressure of knowing their bond. Even without that knowledge, Amara is instantly drawn to him. On top of adjusting to living with a pack for the first time, she also has to wrestle with her feelings and the possibility that on her twenty first birthday, she might have her heart broken if the Alpha turns out to not be hers. if that was not complicated enough, strange visions and dreams have started plaguing Amara and an attack from a rogue wolf brings up questions about her past. There is danger lurking and secrets that threaten to destroy their lives as they know it. UPDATE: Chapter 46 has been extended with a new portion added.Chapter 48 is entirely new content!Added Epilogue is entirely new as well.NOW OFFICIALLY COMPLETE WITH ADDED CHANGES!A/N This book is complete. This is a stand-alone book in a series. Every book in the Fated Mates series will follow a different character that was introduced in Destiny Untold as they find their mates. There will be LGBT pairings and the characters will come from diverse backgrounds. Representation is important to me and I like my stories to reflect that. Thank you for your time! Hope you enjoy reading ❤
8 136Runaway
Maya has an inexplicable feeling of dread all day Friday. It only gets worse when she finds her three stepbrothers home. She does the only thing she knows how to do. She runs, feeling them lick at her heels, with only the clothes on her back and no money. She doesn't have a lot of options. Just a roadside diner that might give her a chance to catch her breath.Hudson wasn't expecting to see an angel sitting across the diner from him late that night. Fed up with driving across the county in his rig, he's finally decided to hang up his keys. And right when he might have just found the one he wants to spend the rest of his life with, she's gone in one blinding moment. What does fate have in store for these two? Will Maya learn how to come out of her shell? Does Hudson finally get the woman of his dreams, or is he a day too early?*All parties will be of consenting age. HEA is guaranteed. Not quite an insta love but fast-paced.
8 89Center Chase
Book 1 of 3Lindsey is looking for a fresh start. She's spent the last two years hiding away from everyone, and everything after her best friend and boyfriend betrayed her. Now, she's ready to get out into the world. It's time to learn to trust again, time to take her life back. She gave up on love a long time ago, but when her brother's best friend and team captain come into the picture, will she give love another chance, or will the mistakes of his past send her running for the hills? ....................Chase has been known as the "most eligible playboy in New York" since he stepped out onto the ice five years ago. But, being a playboy isn't as much fun as it used to be. These days, he's finding himself yearning for something more, something deeper. Making that kind of connection is hard when all of the single women surrounding him can't see past the jersey. Chase is on the verge of giving up on his quest for something more when he meets Lindsey, his best friend's little sister. She's everything he's been looking for, but she's off-limits. Will Chase take a chance on love and risk losing his best friend? And what happens when his past comes back to bite him?Puck Me Series: Book One
8 301