《TGS 1st - Silly Marriage》Chapter 1 - One Night Stand Planning
Advertisement
Naraya's Pov
"Fill!"perintahku pada bartender yang berdiri di dekatku. Kusorongkan gelas alkoholku padanya.
"Lo gila, Nay! Lo udah habis berapa gelas? Lo besok masih ada meeting penting kan?"tegur Kikan yang mengingatkanku berapa banyak alkohol yang sudah aku teguk. Sepuluh gelas? Lima belas? Dua puluh? Entahlah aku sudah tak ingat. Rasa-rasanya walaupun meneguk seratus gelaspun ingatan akan Rapat Umum Pemegang Saham tadi siang masih juga belum hilang dari kepalaku.
Okay. Can I say it? Today is fuckin' shit day! Gara-gara keuntungan perusahaan yang turun dari tahun sebelumnya dan adanya penggelapan dana yang dilakukan oleh salah satu karyawan, para investor di perusahaanku mengancam akan menarik investasinya. Ditambah lagi kinerja perusahaan yang buruk juga ikut disorot.
God! Just kill me now!
Kuteguk lagi alkohol dalam gelasku. Masa bodoh jika esok pagi aku tidak akan bangun gara-gara hangover berat. Rasa-rasanya memang aku butuh untuk istirahat seharian dan berharap seseorang bakalan menyelesaikan this messed up thing!
"Hei! Are you okay?"tanya Evelyn.
"Okay. Just tonight, let me get drunk. Udahlah both of you just get laid aja sana! Nyari partner one night stand dan leave me alone!"keluhku.
"Hei, hei, one night stand apaan?"celutuk seseorang menyeruak diantara kami.
"Sayaaaang... I really miss you, darl,"rengekan manja Evelyn mulai terdengar.
God! Here we go the disgusting couple!
"Lo kesini sama siapa Kev?"tanya Kikan.
Kevin menghentikan ciumannya dengan Eve sejenak untuk menjawab pertanyaan Kikan. "Who else? Alex dan Enzo tuh di pojok,"jawab Kevin.
"Alex? As in Alexander Caesar Davrio?"tanya Kikan dengan mata melotot.
Okay ya, please. Kenapa sih harus segitu takjubnya denger nama cowok pewaris tunggal Davrio Grup?
"Nay, ikutan duduk di pojok yuk. Lumayan lho bisa deket sama si Alex. Come on,"ajak Kikan.
"Lo aja sana. Gue lagi menikmati drinking,"usirku malas. Lagian kenapa harus dekat-dekat dengan Alexander itu?
"Fine then. Gue mau ke dance floor. You in?"Kikan menawariku untuk turun.
"No thanks. Let me just drink, drink, and drink,"ucapku.
Sendirian, setelah ditinggalkan teman-temanku, aku kembali meneguk isi gelasku. Sepertinya kali ini aku mulai mabuk. Pikiranku sudah melayang-layang. Tapi, tak akan kuhentikan tegukan gelas sampai aku benar-benar tak sadarkan diri. I need my fast track runaway!
"One more glass, like this little miss,"suara seorang lelaki terdengar di sebelahku.
Aku menoleh dengan malas. Aku yakin yang disebutnya 'little miss' itu aku. Tak ada pengunjung perempuan selain aku yang duduk di meja bartender.
Okay, this man... tall, atletic, and with his shirt on he looks so sexy. Wondering him without shirt... hm... I think it will be a yummy dish.
Sejenak aku menatap terkesima pada lelaki itu. Namun, aku segera kembali meneguk isi gelasku tanpa memperhatikannya lebih jauh.
"How many glass?"tanya cowok itu tiba-tiba.
Aku meneguk minumanku. "Can you just shut up? I can take care of myself!"
"Closing price PT. Farian Pulp and Paper menurun di banding kemarin,"gumaman cowok itu kontan langsung membuatku menoleh dan memperhatikannya. Dia tersenyum karena berhasil mengalihkan perhatianku. "Itu jadi headline utama koran sore ini,"lanjutnya lagi.
Sudah dari tadi aku meneguk gelas-gelas alkohol, tapi kepalaku masih belum menunjukkan perlawanan. Tapi sekarang setelah cowok ini mengucapkan kalimat yang paling tidak ingin kudengar, mendadak kepalaku menjadi pusing berat. God! Who's this fuckin guy?
"Di pertengahan tahun ini, perusahaan lo jadi sorotan gara-gara kasus penggelapan dana yang dilakukan karyawan. Munculnya pesaing baru yang masuk dalam pasar, membuat pendapatan perusahaan lo menurun. Hmmm... bisa dibilang, perusahaan lo sedang berada di ujung tanduk,"lanjutnya lagi.
"Can't you just shut up?"sahutku menatap lelaki yang duduk di sampingku.
Advertisement
"Greetings. Alexander Caesar Davrio,"katanya tenang.
Shit! That guy is... Oh! Salahku juga kenapa tidak pernah benar-benar mengamati wajah lelaki itu jika muncul di pemberitaan media.
"Okay Mr. Davrio, what do you want? Sepertinya kita nggak ada urusan disini,"ucapku brusaha tenang.
"Perusahaan lo bakal berakhir kollaps kalau lo nggak cepat ambil tindakan,"lanjut Alex.
Gosh!! This jerk make me want to puke in his shit face!
"Just tell me what do you want and go get yourself out of my sight!"sahutku tak sabar.
Bukannya balas membentak atau marah atau jengkel, si cowok sialan ini justru menyeringai. Can I just say it? In spite of his minus character, this smirk makes his face more seducing?? God, I think my brain's broken!
"Really?"this guy asking me that question.
"Just spill it!"
"I can help you,"ucapnya tenang.
Okay...I need more time untuk mendefinisikan kalimat 'I can help you'-nya seorang Alex Davrio.
"Do you think my company needs your help, boy?"tawaku sinis. Dia pikir aku akan terpuruk dan putus asa hanya gara-gara masalah sepele ini?
"Yep, I do... Kepercayaan investor lagi terganggu akibat beberapa kasus di perusahaan lo. I don't think that it will be fixable soon..."
Oh Gosh!
Aku sudah menarik kerah kausnya untuk mengancamnya, tapi wajah tampan itu tetap tenang seakan ancamanku tidak mempan sama sekali.
"Sekali lagi lo ngomong, biar gue robek mulut sialan lo itu,"desisku tak main-main.
Alex berdecak. Dia justru menggelengkan kepalanya mendengar ancamanku. "Bibir manis ini bukan untuk dirobek sayang. Tapi, untuk dicium!"
Sedetik kemudian, kurasakan sebuah kehangatan menempel di bibirku. Bibir Alex.
What the..
aku berusaha menjauhkan bibirku dari bibirnya. Namun, bibir itu semakin menyerangku bertubi-tubi. Alex memperdalam ciumannya. Dia memaksa memainkan lidahnya. Oh God... he's seducing me. And I can't resist this hot kisser. Gosh...
Tanpa sadar, bibirku membuka dan memberikan akses penuh kepada lidahnya untuk menyusuri tiap rongga mulutku. Otak ku mulai tak sadar. Bibir manis ini terus menggodaku untuk membalas ciumannya. Sentuhan-sentuhan jemarinya yang membelai lembut punggungku ikut menggodaku.
Sepertinya hari ini akal sehatku sedang mengambil cuti. Tanpa terasa bibirku mulai mengikuti gerakan bibirnya. Memberikan balasan yang tak kalah panas dari bibirnya. Tanganku mulai meraih rambutnya yang lembut. Aroma maskulin dari tubuhnya tak membantuku untuk berpikir jernih.
"Just get laid, man,"satu suara mengganggu kegiatan kami.
Aku segera menjauhkan bibirku dari bibirnya. Aku tergagap dan segera merapikan pakaianku yang berantakan akibat 'aksi' tangan Alex.
Alex menatapku dengan matanya yang menggoda. Dia mengelap bibirnya dengan jarinya. "Lo ganggu gue aja, Vic,"ucap Alex tanpa menatap lawan bicaranya yang duduk di belakangnya. Dia masih menatapku intens.
Victorio Arland, investor muda yang menanamkan sahamnya di beberapa perusahaan besar dia Asia, termasuk di perusahaanku. Lelaki itu menatapku dan memberikan salam lewat tangannya. "Hello Naraya. It's good to see you. My apologize jika gue nggak pernah hadir dalam RUPS perusahaan lo. But, finally I can see you right here."
"Gue harap lo dateng ke RUPS dan nggak lagi nyuruh sekertaris lo yang cerewet itu untuk datang dan mengomentari cara kerja gue,"desisku. Aku ingat bagaimana sindiran sekertaris pribadinya ketika mengikuti RUPS (1) dan mengaku sebagai wakil yang dipercaya.
"Hei, bukannya dalam struktur governance (2) gue ada di tingkat yang lebih tinggi dari lo? Wajar kan kalau gue memberikan sedikit saran agar investasi gue nggak terbuang sia-sia,"jawab Victor tenang.
"Out of bussiness ya, Vic. Gue lagi ingin membahas hal lain. Can you just leave us alone?"tanya Alex tanpa mengalihkan tatapannya dariku.
"What will you do? Really? Are you wanna make this woman your one night stand?"tanya Victor kali ini menatapku dari bawah ke atas seakan-akan menilai penampilanku.
Advertisement
"Kalo bisa gue pake tiap hari ini cewek,"ucap Alex.
Victor tertawa kecil. Apa sih maksud mereka berdua? Yang pasti aku harus cepat melepaskan diri dari pria bejat satu ini dulu.
"Okay. Semoga cepat deal ya,"kata Victor meninggalkan kami berdua.
"Define "the deal" ?"tanyaku memaksa.
"Peruasahaan lo butuh bantuan dana kan? Dan lo nggak mungkin dapat itu dari investor karena mereka udah nggak percaya lagi sama lo. Kalo lo mau, gue bisa bantu," Lelaki di hadapanku ini menyeringai sombong.
"Maksud lo??"tanyaku masih tak mengerti arah pembicaraannya. Bagaimana bisa dia dengan mudahnya menawarkan bantuan. Pasti ada sesuatu dibalik ini semua.
"Just do one night stand with me. Just one night. Make me your first man yang layak mendapatkan kehormatan untuk merasakan tubuh lo,"lanjut cowok di depanku ini.
What the...
Tanpa sadar, tanganku sudah melayang ke pipinya. Bukannya terpukul atau malu, lelaki itu justru menyeringai sambil memegang pipinya yang tertampar tadi.
Good, Naraya! You just make a problem again!
"Wow! Buas juga ya... It's making me imagine how wild you are under my control...,"lagi-lagi cowok brengsek itu berkata vulgar. sepertinya dia berusaha memancing emosiku.
"Listen ya Mr. Alexander, I'm not going to do anything related with you!" bentakku emosi. Benar-benar pelecehan! One night stand dia bilang? I'm a virgin! Dan aku masih percaya bahwa the virginity harus dihadiahkan kepada seseorang yang benar-benar mencintaiku. Bukan kepada psikopat mesum seperti dia!
"Let see...berapa lama lo mampu bertahan? Seberapa jauh yang mampu lo lakuin untuk menyelamatkan perusahaan tanpa bantuan gue,"lelaki itu lagi-lagi menunjukkan evil smirk nya yang menyebalkan. "Just call me if you've changed your mind, Naraya. And I know you would...,"bisik Alex.
###
Akibat kata-kata si mr mesum itu aku malah makin banyak menegak alkohol. Sampai-sampai aku tak sanggup lagi berjalan menuju mobilku. Akhirnya terpaksa Eve mengantarku pulang dengan Kevin yang mengikuti kami dari belakang dengan mobilnya.
"Duh, Nay... lain kali kalo drunk kira-kira dong. Lo besok ada meeting penting. Dan gue jamin lo bakal hangover besok,"omel Evelyn sambil merangkulku masuk ke dalam apartemen.
"Suruh aja si Sella mundurin jadwal meetingnya,"jawabku masih dengan mata tertutup. Ku dengar, Eve menghela nafas panjang setelah mendengar jawabanku.
Tapi tak lama kemudian aku mendengar samar-samar bunyi keypad ponselnya dan sahabatku itu berbicara sejenak dengan lawan bicaranya di telepon. Mungkin Sella.
"Already done. Pastiin lo datang pukul tiga sore tepat. Kasian Sella yang harus menelepon satu persatu sekertaris investor-investor itu. Pasti dia bakal dihujani pertanyaan atau mungkin sedikit makian,"keluh Eve.
"Hmmm... para investor itu memang suka mengomel. Huh! Memangnya gampang apa jadi CEO?"rancauku. Sedetik kemudian aku memegangi kepalaku.
"Go to sleep, Naraya. Lo terlalu banyak minum malam ini,"kata Eve sambil memasukkan keycard apartemenku. Tak lama kemudian aku sudah bisa merasakan ranjang empukku.
"Sweet dream, beb. Kalau ada apa-apa lo bisa telepon gue atau Kikan,"ucap Eve sebelum akhirnya mengecup puncak kepalaku seperti seorang kakak yang menenangkan adiknya.
"Hmmm... thanks...,"gumamku yang kemudian larut dalam alam mimpiku.
###
Alexander's POV
Sudah sejak satu jam yang lalu aku melihat wanita itu pergi dengan dirangkul oleh Kevin dan kekasihnya, siapa namanya ya...? Hm...sepertinya Evelyn.
Sepertinya wanita itu mabuk berat. Tidak heran, aku melihatnya menegak bergelas-gelas alkohol. Sepertinya dia butuh pelarian dari segala masalahnya.
Hmmm... Naraya...
Aku jadi mengingat reaksinya ketika aku mengajukan penawaranku tadi. Hahhaha. Sebuah bantuan kecil bagi perusahaan yang hampir kolaps dibalas dengan sebuah one night stand? Mungkin terdengar tidak adil. Tapi, dari gerak-geriknya pun aku tau bahwa perempuan itu masih perawan. Nice... dan aku yang akan mendapatkan kehormatan untuk merasakan tubuhnya pertama kali
Tanpa sadar aku menjilat bibir bawahku, mencoba mengingat rasa bibirnya yang tertinggal. Jika dilihat dari teknik ciumannya, Naraya bukan seorang yang berpengalaman. Dia masih tersengal mengikuti permainanku tadi. Tapi, respon tubuhnya yang tak bisa kutebak itu membuatku semakin penasaran bisa kubuat apa dia di atas ranjang. Aku yakin tubuh seksinya itu bisa membuatku berkali-kali menginginkan mengintiminya.
"Hei, just stop your dirty imagination, dude!"sahut Enzo yang sudah duduk di sebelahku. Kulihat kemeja biru tuanya sudah berganti dengan T-shirt original Coldplay berwarna hitam tadi ketika kami datang ke klub.
"Gimana partner malam ini? Kuat hook up sama lo yang hormon testoteronnya berlebihan?"tanyaku iseng.
"Kikan...not bad lah. Permainanya di ranjang memang nggak pandai. Dan dia mengakui kalau hanya pernah satu kali berhubungan badan. Tapi, ternyata mengajari anak polos itu ternyata asyik juga ya,"komentar Enzo.
"Lo mau nyoba dia lagi?"tanya Victor.
Itan mengangguk. "Masih polos gitu. Gampang di manipulasi dan nggak banyak maunya,"canda Enzo.
"Hmmm... You two just gonna have fun with those girls kan?"
"Lo juga, Lex?"tanya Enzo kaget.
"Dia barusan french kiss sama si direktur PT. Farian Pulp and Paper,"kali ini Victor menggantikanku menjawab.
"Naraya Helena Ibrahimovic?"tanya Enzo tak percaya. Kemudian dengan cepat dia menoleh kepadaku. "Are you nuts? That crazy girl yang selalu bungkam tiap diliput media??"
"Crazy girl that gonna make me go wilder,"kataku menyeringai.
Dilihat dari tabiat keras kepalanya, aku jadi membayangkan bagaimana serunya dia di ranjang. Stubborn girl comes to stubborn mind. Stubborn mind comes to hard sex. Hahahhaa.
Bisa kubayangkan mulut pedasnya akan berteriak menikmati setiap alur permainanku. Mungkin desah nafasnya akan memburu seperti pelari marathon. Lekuk tubuhnya yang seksi akan terlihat hotter dibawah sentuhanku.
"I don't believe it!"seru Victor sambil menyeringai mengejek.
"What?"tanyaku.
"You just have dirty thought about her. Hahaha. Segitu liarnya fantasi lo tentang dia?"tanya Victor membaca pikiran kotorku.
"One kiss and it makes me turn on,"komentarku sebelum meneguk isi gelasku.
"Can I taste it too?"tanya Victor menyeringai jahil.
Kali ini aku benar-benar tersentak. Biasanya Victor tidak akan mau ikut merasakan wanita manapun yang bermain denganku, Enzo maupun Kevin.
"Don't even try, dude. I'm warning you,"ucapku memperingatkan.
"She's off limit then. She's yours. I'm just teasing you,"lanjut Victor disambung tawanya.
"No. No. I'm really warning you. Cuma gue yang bisa nyentuh dia."
"Yeah... As a friend, yang bisa gue katakan adalah have fun with her,ya. Don't forget her high pride, dude. Gue yakin, ini nggak akan semudah bayangan lo,"ucap Victor.
Ah... her pride ya? Itu sudah kusadari sejak awal. Tidak akan semudah itu untuk menyeretnya ke atas ranjang. Tapi, aku yakin aku telah melemparkan umpan yang tepat untuk wanita itu. So I'll just stay calm and wait my bait get a hook.
"Don't worry,"kataku pada Victor. "It's my playground,"lanjutku senang.
###
Author's POV
Naraya mengusap kedua matanya. Masih berat rasanya untuk bangun. Kepalanya terasa sakit akibat alkohol yang ditenggaknya semalam. Selain itu...tiba-tiba saja bibirnya terasa berkedut mengingat ciuman panasnya semalam.
Great! Padahal dia tidak ingin mengingat ciuman dari si mesum itu. Tapi sepertinya lapisan tipis bibirnya mengingatkannya akan sentuhan lembut bibir Alex disana.
"Jerk!"umpat bibir pucat itu.
Dia meraih ponselnya yang masih berada di dalam clucth bag yang tergeletak di atas lantai. 3 misscalls dari Eve dan Kikan, dua messages dari mereka juga, dan tiga BB massagger juga dari kedua sahabatnya dan dari adik lelakinya.
Tak lama kemudian, satu panggilan masuk ke nomor ponselnya. Sebuah panggilan internasional dan bisa dipastikan itu dari adik lelaki semata wayangnya.
"Good morning, Kak,"satu sapaan terdengar senang dari suara bariton di seberang.
"You too, handsome,"balas Naya sembari tersenyum. Dia benar-benar merindukan suara itu.
"I miss you, Kak. Gimana kabar kakak?"tanya Erik.
"A little bit bad. A little trouble with the company. Tapi, fixable kok. How's your day my little doctor?"tanya Naya.
"Are you okay?"tanya Erik bukan menjawab pertanyaan Naya, justru bertanya.
"Hei, calm down. Aku udah bilang fixable kan?"
Naya mendengar suara decakan Erik, seakan tak puas dengan jawabannya. "Kalau ada apa-apa segera telepon aku ya, Kak,"desak Erik.
"Siap bos!"canda Naya.
"Oh ya kak, dua minggu lagi aku balik ke Jakarta. Liburan semester ku dimulai tiga hari lagi. You're gonna happy if you see me, right?"
"Of...of..course, Boy. Hei, bawa oleh-oleh kan?"tanya Naya sedikit tergagap. Biasanya dia akan bergembira ketika mendnegar adiknya itu akan pulang. Namun, kali ini situasi sedang tak mendukungnya untuk over excited atas kepulangan adiknya. Kalau bisa, dia ingin Erik tidak menyaksikan semua masalah yang sedang terjadi. Too hard for him.
"You don't sound excited. What happen?"tanya Erik.
Nah kan... dia udah sensing bahwa something happen. Aduh... harus aku jawab apa? Aku nggak mau Erik ikut terlibat dalam masalah ini. He's gonna be a great doctor, not CEO, batin Naya.
"Ini karena kakak baru saja bangun tidur. Siapa yang nggak senang kalau adik kesayangannya akan pulang?"jawab Naya cepat untuk mengcover kegugupannya.
Erik menghela nafasnya. "Talk to you later. Love you,"ucap Erik akhirnya.
"Love you too, brother,"balas Naya. Dan ketika suara Erik tergantikan dengan suara nada sambung yang terputus, Naya mendesah lega.
Yah, pokoknya aku harus mencari jalan keluar sebelum Erik tiba dua minggu lagi, batin Naya pasti.
--------------------------
Advertisement
Appetite! [BL]
***BL/YAOI WARNING*** Ein Schmidt was disowned from his family due to his orientation 22 years ago. Today he leads a successful life, he's now the assistant manager and corporate secretary for Hotel Citron, a 1st class, international hotel based in London. Although his career was flourishing, Ein had lived a solitary life for two decades. But then, a day before his 40th birthday, spring came knocking on Ein's door, and slowly Ein started to open his heart. Henry's golden irises radiated in the dark night, the cool wind blew gently and Ein watched his blond hair gracefully sway along. He then slowly reached for Ein's left hand, held it delicately and pressed it to his lips to give a kiss. "I don't care what you are, or how old you are... You're you, Ein. And... I loved you for who you are." ~~~~~ Updates on MWF before 5:00PM EST ~~~~~
8 119〖Sally Face Oneshots〗 (x Reader) ✔️
characters included↴sal fisher larry johnson ashley campbell todd morrison travis phelps no lemons, limes, smut requests: open [] closed [•]
8 90When We Crashed
"You know, you aren't like most girls I have met.""Is that a good thing?""It depends, are you obsessed with shopping?""That involves walking... so no.""Dieting?""Hah, that's funny.""Make up?""I need motivation for that.""Heels?""What have my feet ever done to you?!"After that, he laughs and claps his hands together, "Yes, that is a good thing."~~~~~~~He wanted freedom.She needed freedom.Luke Barrington and Ella Sanders.They thought their lives were bad, living up to a parents' expectation is way harder then it seems, especially when they are filthy rich and claim they only want what is best for you.Just think, one moment you are so busy hating on life, and the next, you are in a coma laying on the hospital bed, clinging onto hope that you will survive.Maybe it just took two cars and a curve in the road for them to see that life isn't so bad after all.Because what's the point of life if you aren't even living?~~~~~~~Book two in the T.B.B.B. (The Bad Boy Boxer) Series
8 127Smile For The Camera ~ trixya
Katya knew what she had to do. There was no way she'd let an amateur ruin her movie. If she couldn't get someone else to fix the situation, she'd simply take care of the problem herself. If no one else would remove Trixie from the movie, she'd make the girl quit.Oh, she was gonna make Trixie Mattel's life hell.Highest rank: #2 in trixya
8 79All About Him
(COMPLETE VER.)A heartbreak is an inferno eating you alive, and one of the many ways i deal with the excruciating pain is thru the play of words where i can construct trauma into unimaginable things, and this is one of my creations that wouldn't have been possible with him, so thanks to him, because it is both a blessing and curse for leaving me. -SarahFor anyone who's interested in a poetry collection, this is the book for you:) ©All Rights Reserved
8 213Life Of Short Chapters! (Tubbo x reader)
Tommy's 3 minute younger twin sister is introduced to his best friend Toby. Y/N kind of likes him but not sure if he'd ever like her. No one as famous as him could never like anyone like her.. right or will he just ignore her?If Tubbo is uncomfortable with this I'll take it down immediately! I love all my readers and I love reading y'all's comments! My email is broke so I can't reply but I do read them!Make sure to grab some popcorn, a drink, and some tissues!Love you guys!
8 127