《Yes! Mr. Husband [Season 2]》Prolog

Advertisement

Menutup lembaran-lembaran kertas yang membuatnya pening, mematikan laptop, menyenderkan tubuhnya di sandaran kursi dan memijati pelipisnya yang terasa nyut-nyutan setelah seharian bekerja.

Jam baru saja menunjukkan pukul 20.00, tetapi ia sudah sangat malas melanjutkan pekerjaan yang hari ini ia bawa ke rumah.

Arkan Dirgantara, Dosen sekaligus pengusaha yang kini berusia 37 tahun itu nampak lelah dengan berkas-berkas yang harus diurusnya hari ini juga.

Ia yang tidak diperbolehkan pulang lewat dari jam 3, kini harus membawa pekerjaannya ke rumah dan menikmatinya sendirian sampai kenyang.

Apakah kenyang karena pekerjaan termasuk nikmat Tuhan yang harus disyukuri?

Ya, seharusnya begitu.

Tetapi Pak Arkan sudah terlanjur lelah dan muak dengan berkas-berkas kerjanya.

Ia memilih untuk bangkit dari kursi kebesarannya, keluar dari ruang kerja dan berniat menghampiri istri dan anak-anaknya di ruang tamu.

Barangkali ia bisa sedikit menghilangkan rasa lelahnya setelah bertemu ketiga printilannya itu.

"Abang, abang, ini bagus yang mana?" Tanya Al sambil menyodorkan poster Nct Dream milik Bundanya kepada El.

"Bagus ini." Tunjuknya, "El suka sama foto Papi Jeno yang disini."

Al langsung memberengut tak suka, ia menarik posternya agar jauh dari jangkauan sang Abang.

"Abang jangan begitu," omelnya dengan bibir yang dimaju-majukan.

"Kenapa? Abang kan cuma jawab."

Al melipat kedua tangannya didepan dada, "tidak boleh memuji orang lain didepan Papi Jaemin, nanti Papi marah."

El menghela nafasnya, "itu kan cuma foto, Papi Jaemin tidak mungkin keluar dari foto."

"Tidak boleh, Abang," bantahnya tetap kekeuh.

"Tadi kan Al suruh Abang pilih, kalo Abang sukanya sama foto Papi Jeno--"

"Tidak boleh memanggil Papi Jeno, Om Jeno, Papi itu cuma buat Papi Jaemin," potongnya sambil menepuk-nepuk foto Jeno di dalam poster.

Kini giliran El yang melipat kedua tangannya didepan dada, menatap adiknya dengan tatapan tidak suka. "Besok-besok El tidak mau lagi kalo disuruh milih sama Al."

Advertisement

"Yasudah, besok-besok Al juga tidak mau suruh Abang El pilihin lagi."

"Kenapa sih? Kenapa? Semua fotonya bagus kok, nggak boleh ribut gitu ah, nggak baik" tegur Shella, ia mengambil poster yang masih dipegang oleh Al dari tadi.

"Tapi ini Om Jeno kan, Nda? Bukan Papi Jeno?" Tanya Al berusaha mencari pembelaan.

"Mau Papi Jaemin, Papi Jeno, atau Papi Renjun siapa aja bebas. Banyak Papi, banyak rezeki. Betul apa betul?"

El dan Al saling melempar tatapan bingung, perkataan Bundanya sama sekali tidak sampai di otak kecil mereka.

Gabriel Arsenio Dirgantara, putra pertama Bapak Arkan Dirgantara yang sekarang ini menduduki kelas 3 Sekolah Dasar.

Alano Rasendriya Dirgantara, putra kedua Bapak Arkan Dirgantara yang baru berusia 6 tahun 3 bulan dan duduk di bangku Taman Kanak-kanak.

Jangan heran jika mereka berbicara tentang bujang-bujang Korea, tentu saja itu karena ajaran Bundanya, Nyonya besar Dirgantara a.s Nyai Shella.

Oke, bisa dibayangkan bagaimana bahagianya hidup Pak Arkan yang harus menghadapi 2 anak dengan sifat titisan Bundanya semua.

Menghadapi dua anak fanboy dini itu mudah dan menyenangkan bukan?

BUKAN

"HALLOOOOOOOOOOO, BOOYYY," sapa Pak Arkan membuat ketiga printilannya kompak menoleh.

"Annyeong, Ayaaahhh," balas El dan Al, Pak Arkan mendengus tak suka.

Ah, entah sudah berapa banyak Bahasa Korea yang Shella ajarkan pada anaknya.

Pak Arkan bertambah pusing jika harus memikirkannya.

"Ayah, Ayah, Al punya banyak Papi," tutur bocah berusia 6 tahun itu sangat jujur.

"Banyak Papi? Siapa lagi?"

Sudah cukup ia ikhlas kedua anaknya memanggil Jaeman dengan sebutan Papi, sekarang malah harus bertambah lagi.

Mau dibuat seribet apa nanti silsilah keluarganya.

"Papi Jaemin ada, Papi Jeno ada, terus Pap--"

"Tapi yang paling ganteng tetep Ayah," potong Pak Arkan menyombongkan diri.

Ia ikut duduk di karpet berbulu, bersama dengan tiga printilannya.

"Betul, Ayah El yang paling ganteng," sahut El, sekali-kali memuji dan bikin Ayahnya seneng.

Advertisement

"Cakep, El, besok kamu Ayah beliin mobil-mobilan yang bahannya dari berlian murni yang dipetik langsung dari sumbernya."

Shella menoleh ke arah suaminya, "dimana tempat metik berlian?" Tanyanya.

"Yo ndak tau, kok tanya saya."

Hal itu sontak membuat tangan cantik manjalita milik Shella reflek menabok paha suaminya.

"Ayah Al juga ganteng," timpal Al tidak mau kalah.

Pak Arkan mengacungkan jempolnya, "makasih, kamu orang kesekian yang muji Ayah."

Al mengangguk dengan semangat, "besok Al dibeliin apa?"

"Hah?"

"Kan Al baru saja memuji Ayah, berarti harus dibeliin mainan baru," tuturnya.

Pak Arkan menghela nafasnya.

Terbukti kan kalo mereka memang anak Shella?

Jiwa-jiwa perhitungannya sudah tertanam sejak dini.

Ya, tidak ada yang gratis di rumah ini.

Harus ada imbalan di setiap pujian.

Shella menepuk-nepuk bahu suaminya, "semangat, sayang. Kamu pasti bisa." Ia menjeda perkataannya.

"Bisa gila," sambungnya.

    people are reading<Yes! Mr. Husband [Season 2]>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click