《Future Partner》I don't care about suprises.
Advertisement
*********
"Selamat ulang tahun adik kak Di yang paling bawel tapi kak Di paling sayang" Kak Di menyelonong masuk kekamar Prilly membuat kejutan kecil dengan membawa kue berbentuk love.
Prilly tersentak kaget dan terbangun dari tidurnya dengan duduk di tepi ranjang dengan mengusap matanya yang masih setengah nyawa.
"Aku ulangtahun kak?" Prilly pun yang masih belum sadar dari kantuknya. Dia pun lupa kalau hari ini hari kelahirannya.
"Ya,jelas dong! Udah yuk bangun cuci muka udah pagi juga loh" Suruh Kak Di.
Prilly mengucek matanya, dan berkabur ke kamar mandi sesaat untuk cuci muka.
"Yaampun beneran aku ulangtahun" Prilly melirik kalender yang dipajang di dindingnya, dengan hari dan tanggal yang sudah di tandai bulat merah sebelumnya.
"Hm make a wish dulu dong dek"
Prilly pun berucap tapi tak terdengar, ia berdoa dengan ketulusan hatinya. Semoga bisa terkabul atas semua doa dan harapannya. Amin.
"Makasih kak Di terbaik lah pokoknya kak! Aku sayang kak Di! Muah" Prilly berhambur memeluk Kak Di dengan perasaan senang.
"Iya sama sama adek paling bawel. Pokoknya kamu harus makin dewasa ya dek." Kak Di mengelus pucuk kepala Prilly.
Tak terasa.. adik satu-satunya yang ia punya dan dia sayangi sudah menjadi gadis dewasa. Gadis yang selalu gigih mencapai semua impiannya. Kak Di berharap mereka selalu dilindungi oleh Allah Swt dan semoga impian gadisnya itu akan segera dikabulkan oleh Allah.Amiin....
***
Prillypun bersiap berangkat sekolah dengan perasaan tak tentu. Senang iya, tapi sedih iya. Hanya Prilly dan Tuhan yang tau tentang perasaannya.
“Weits!!! Happy Birthday Prelleeku!” Tegur Itte saat Prilly memasuki kelas.
“Hah? Tau darimana lo? Sok tau!” Prilly menjulurkan lidah sembari menaruh tas dan duduk di kursinya.
“Tau lah! Gue kan detektif handal, masa gak tau! Anyway, semoga makin cantik, dikurangin tomboynya, makin pinteeeerrr dan semua impian lo bisa tercapai! AMIIINN” Itte berdoa dengan hati yang tulus dan mengaminkan.
Advertisement
“Amin, maaci ya Iteeku”
“Doa udah, kadonya nyusul ya Prel! Hehehe. Lo gak ada niatan buat traktir? HAHA” Ledek Itte sembari memainkan kipas doraemon yang dibawanya .
“Halah, Teteup ya! Nanti deh ya pas lo kasih kado. HAHAA” Prilly meledek Itte balik.
“Dih, Dasar ngikut-ngikut lo!”
Prilly mengedarkan pandangannya tepatnya pada bangku Ali. Tetapi Ali belum juga sampai sekolah. Kemana ya? Prilly berfikir, tumben Ali jam segini belum sampai. Ali dari semalem pun belum ngucapin ke gue, mngkin dia lupa? Hm I don’t care. Batin Prilly.
Bu Saras pun memasuki kelas yang pertanda bahwa pelajaran telah dimulai, tetapi Ali masih belum datang juga.
“Pril, Ali kemana deh? Tumben telat.” Itte pun sadar bahwa ali belum datang.
“I don’t know.” Balas Prilly singkat, padat, dan jelas.
Suara ketukan pintupun mengalihkan pandangan para murid dikelas tersebut.
“Assalamualaikum, permisi Bu… maaf saya telat bu” Ucap Ali yang berjalan dengan sangat pelan saat masuk kekelas.
“Tumben kau Alih telat masuk, biasanya kau tak telat kemari. Sudah segera kau duduk! Mumpung mood saya bagus.” Bu saras pun mulai berbicara keras seperti memarahi tetapi memang logatnya saja terkesan keras.
“Iya bu, tadi Ban Kempes. Terimakasih Bu”
Alasan klasik macem apa itu, Li? Batin Prilly. Prilly tau banget Ali selalu tepat waktu kalau datang kesekolah. Tetapi memang akhir-akhir ini, dia selalu telat.
“Dih tumben lu Le telat.“ Bisik Itte dari belakang kursinya.
“Iye, biasa gue jemput Sinta dulu”
Prilly pun hanya mendengarkan bu Saras berbicara walau sebenarnya ia mengetahui apa yang Ali katakan. Waw, rupanya karna Sinta jadi telat. Ali udah gak seprofesional dulu. Batin Prilly.
***
Cacing diperutnya sudah tak mampu lagi berbicara, sehingga ia merasa harus ada sesuatu yang mengisi perutnya itu.
“Prill, kantin yuk!” Ajak Dani tepat langsung berdiri di samoing meja Prilly.
“Duluan aja Dan, gue sama Itte aja.”
Advertisement
“Yah gue mau bareng sama lo!” Dabi, orang yang keras kepala.
“Lo denger kan tadi Prilly bilang apa? Lo pergi duluan aja. Soalnya, gue juga mau ngomong sama dia dulu.” Ali yang menjawab omongan Dani, hingga Dani jengah sendiri, dan pergi keluar kelas. Rupanya, dia sedang malas beradu mulut. Prilly yang mendengar itu, tetap masih berada dikelas dan setia duduk dikursinya.
“Te, lo duluan aja, gue nanti nyusul.”
“Lo mau ngomong apa, Li? Cepet ngga pake lama ya.” Sambung Prilly lagi.
“Gue mau minta tolong sama lo, Prill. Mau nolongin ngga?”
“Boleh…tapi ada imbalannya ngga nih?” Prilly berbicara dengan nada bercanda, sebenarnya dia ikhlas melakukan apa saja untuk membantu Ali.
“Dih, dasar lo! Tenang aja apapun yang lo mau gue bakal kasih. Asal jangan cinta gue aja HAHAHA” Ledek Ali membalas dengan rasa puas. Cinta gue? Yaiyalah, saat ini cinta gue hanya ada di Sinta. Lebay? Biarin, orang ganteng kan bebas. HEHEHE.
Yayaya, gue tau Li… cinta lo kan just for Sinta. Paham. Dan gue ngga akan ngeganggu bahagia lo, walaupun kadang pikiran sama hati gak sejalan. Batin Prilly.
“Yaelah, Siapa yang mau cinta lo? Makan cinta lo mah ngga kenyang! Rasanya pasti hambar.” Balas Prilly tak mau kalah.
“Resek lu cabi, to-the-point aja ya, gue minta lo untuk bantuin gue ngerencanain surprise ulang tahun untuk Sinta nanti sore. Gimana?” Jelas Ali langsung masuk ke topik.
APA? Sinta ulang tahun juga hari ini? Ali inget. Sedangkan ultah gue hari ini, boro-boro ngucapin, inget aja sepertinya tidak. Yaudahlah, gue juga ngga mengharap lebih. Tapi, kenapa hati rasanya sesak ya tau Ali lebih care sama Sinta sekarang? Duh Prill, lo bodoh banget sih. Ya jelaslah, Sinta tuh KE-KASIHNYA. Kalau gue, SA-HABATNYA. Jadi tau diri aja. OK SIP. Batin Prilly sepertinya tak setuju untuk membantu Ali.
“Woi Prill, gimana? Bisa ngga?” Ali berbicara menganggetkan Prilly yang sedang melamun sesaat.
“Ah-Iya, iya. Gue bisa kok. Dimana? Jam berapa?” Rasanya Prilly ingin buru-buru keluar dari kelas. Mendengar Ali rasanya semakin lapar.
“Hm di Café Strawberry biasa, jam 5 ya, karena kita harus datang lebih awal buat mempersiapkan semuanya. OK?”
“Sip! Udah kan itu aja? Gue mau kekantin nih lapeeerrr” Jawab Prilly seraya memegang perutnya.
“Ohiya-iya,udah kok. Yaudah yuk bareng!” Ali dan Prilly segera bangkit dari kelas menuju kantin terfavorit.
****
"Loh.. kok Kak Di udah dirumah?" Tegur Prilly saat mengetahui mobil Kak Di sedang berteger dihalaman rumahnya padahal masih jam 3 sore.
"Hehe iya nih ada yang ketinggalan"
Aneh.... gak biasanya kan kak Di ceroboh. Batin Prilly.
"Oh gitu kak.. yaudah aku kekamar dulu ya mau ganti baju nih."
"Eits sebentar dek... Kaka punya sesuatu buat kamu.." Prilly heran. Kak Di seperti mengeluarkan kertas dari tasnya, entah iru apa.
"Nih... buka deh amplopnya."
"Ihhh, Kak Di ini apa sih? Kak Di ngga lagi iseng kan?" Prilly pun membuka amplop coklat secara perlahan.
"OMGGGGGGG AAAA YAAMPUN KAK DI" teriak Prilly histeris setelah mengetahui kejutan dari Kak Di.
****
Advertisement
- In Serial34 Chapters
Headcase
Everywhere there are superheroes and supervillains, but Adrian is just a ghost. His power allows him to go anywhere unnoticed, and he hasn't wanted to be noticed at all. Until today, this telepath could barely remember his own name, let alone what his purpose in life was. But no one can ignore their destiny forever. Adrian needed a wakeup call to come back to the world, and it came in the form of an unstoppable rampaging super. He must keep his feet on the ground now if he wants to survive and become the strongest sane hero left standing - and save the city he loves. Author's Note: This will be my fourth original novel here on Royal Road so you can have confidence in my completion rate. My last book 'Creep' received both extreme praise and criticism which I have taken to heart. My intent here is to redouble all the best elements of my writing. I hope you enjoy! UPDATING MULTIPLE TIMES WEEKLY
8 382 - In Serial10 Chapters
Familiar In Chains
Familiar: A magical beast of one type or another which forms a magical bond with a mage who possesses a similar magical trait. Thus entering into a master-servant contract. Due to their abilities as a familiar, they possess all of the intelligence and knowledge of a human alongside the instincts and nature of a beast. Sourced From: My First Familiar Assigned text for third-year mages For young mages, obtaining their first familiar is a momentous occasion. Their magic forms a symbiotic relationship with their bonded mage, amplifying their's strengths and covering for their weaknesses. Often the strength of one's familiar is a key factor in how far a mage will go in their career. They are considered a necessity in the Empire of Afaron and the surrounding nations. Once familiars were caught in the wild and brought back for training and bonding. Eventually, however, the wild magic beasts were hunted to the point that they could no longer be found. Those that had been bred domestically would often produce magicless offspring. Nowadays the mages of Afaron know nothing of how familiars are bred, raised, and tamed. Once every three years, the Order of Beast Tamers come down from their mountain strongholds with caravans loaded with familiars purchased by noble families and magic academies. The Beast Tamer's generosity hides a dark truth. If you can't find a magic beast, make one. (Warning: Mild Nudity)
8 206 - In Serial8 Chapters
Virilia: The Untold Tales
Like most people in the world, Kaze was living a mediocre life. Although he had a decent job that gave above average pay, he still wanted something more. So when the new VRMMORPG Virilia came out, he knew he had to get it. The game promised a new exciting life, and he wanted to see if it could keep its promise. The motto of the game was “Different Choices, Different Paths, Different Possibilities.” Thanks to the high tech AI that helped the game run, no one’s play through would ever be the same. Do you want to be a hero, a villain, or just go off and live in seclusion? It was your choice! You could do whatever you wanted. The races you could choose from were vast and plentiful. Were you tired of playing as an elf? As a human? Did you want to try something new? Then play as a golem, a walking shark, a centaur, or a lizardman. If you didn’t like any of these choices, then just choose a different one. The choice was yours to make.
8 112 - In Serial46 Chapters
Smoke and Murders
Ilden grows colder with each passing year, as smoke and smog cool the city, but no one cares about that, it is just the way things are.Three people, a teacher, a company's heir and a low life, who should have never met become entangled in each other's lives, have no choice but to work together, for change various “way things are”.Alhough, it may not even matter, at this point.__________________This work may feature very strong language and potentially triggering content as mild as it may start. A simmering slow burn is my intentions with this so be forwarned. I would provide a warning in advance in the chapters themselves. Contains art work every chapter all done by me which includes the cover amoung other art pieces
8 116 - In Serial7 Chapters
Jurassic Experiment: Book 3 in the Juassic sereies
On the small Island of Isla Pena, they unleashed a prehistoric terror. A thing of nightmares. Some things should remain extinct.
8 140 - In Serial25 Chapters
Water | Minsung
A story about how a handsome honey-haired lifesaver saved Jisung from drowning. "Minho is a lifesaver but Jisung hates the water.""We love an exeptional couple."Finished ✓#5 in minsung (22 nov.)#9 in bangchan (5 dec.)#2 in ot9 (6 jan.)#1 in stray (20 feb.)
8 156

