《Future Partner》Dia Kembali
Advertisement
"Lo" Prilly mulai membuka mata dan ia terbelalak kaget bukan main.
"Hai" Sapa si cowok dengan tampang sok coolnya. Tapi memang sedikit cool.
"Masih sakit gak?" Tanyanya lagi begitu perhatian.
"Kok bengong? Hei" Sambungnya.
"L-l-lo... ngapain disini?" Tanya Prilly yang sangat heran dengan cowok tersebut.
"Kenapa? Ada yang salah?"
"Gue tanya, kenapa lo bisa disini?" Prilly lebih menekankan pertanyaannya itu dengan suara agak keras.
"Gue pindah kesini"
Whaaat??? W-H-A-T?!!
Sumpah, dunia ini gak adil. Fix. Mamah mau pulang. Hhh. Kenapa harus ketemu dia lagi? Kenapa?
Kenapa?
Pertanyaan itu selalu terngiang di otak Prilly. Ia bingung, sangat.
"Lo kok kaget banget? Sebelumnya kan kita udah pernah ketemuan" Si cowok sok cool tersenyum tipis.
Prilly pun bangkit dari tempat tidur yang ia tidur di UKS. Ia segera menarik nafas untuk bisa tetap tenang. Oke, calm, Prill.
Prilly berusaha keluar dari UKS, tapi tangan kekarnya menahannya.
"Buru2 banget, udah sembuh emang?" Tanya si cowok sok cool tadi.
"Bukan urusan lo, gue udah gapapa, jadi gue harus pergi"
Prilly melengos pergi tanpa mengucap terimakasih padanya.
Ya. cowok itu datang lagi sekarang. Di kehidupan Prilly. Kembali.
•
•
•
Dani, mantan Prilly sekaligus Cinta Pertamanya kembali. Prilly bingung. Ia harus apa. Prilly sudah tidak mau berurusan dengannya. YaAllah bantu aku. Batin Prilly.
"Prill..prill... yaampun lo gapapa?" Tanya itte yang khawatir sambil memeriksa kening prilly. Mencoba memastikan bahwa Prilly gakpapa.
"Hem..mm.. gak papa kok Te.. Gue tadi pagi gak sempet makan jadi begini deh." Ucap Prill dengan suara paraunya.
"Ah alay banget lo! Makanya kalau ke sekolah sempetin makan dulu oncom!" Tegur Itte yang kesal melihat tingkah Prilly karena tidak memperdulikan dirinya sendiri.
"Iya gak lagi kok.. eh, Te.. Ali mana ya?" Prilly yang masih lemah berusaha mengincarkan pandangan pada sisi di setiap kelasnya. Ia mencari Ali.
Advertisement
"Dia tadi keruangan Pak Anton katanya mau bicarain soal Pensi,tapi gatau deh gak balik-balik, eh tapi lo udah makan belom.. " Jelas Itte dengan detail
"Ohh.. belum Te tadi baru minum teh manis doang" Prilly masih tertegun. Entah apa yang dia pikirkan.
"yaampun Prilleeeey!!!! gue beliin lo makanan ya. Lo tunggu sini" Itte bergegas untuk ke kantin.
Tak lama Prilly menundukan kepala di atas mejanya dengan dilandasi lengannya untuk menjadi bantal. Rasanya masih sedikit pusing.
***
Terdengar sayup-sayup suara laki-laki dan perempuan sedang tertawa bersama,sangat bahagia.
"Hahaha masa sih gitu sayang? Lucu banget ya si tobi itu" Sinta pun ketawa dengan senangnya mendengarkan Ali bercerita.
"iyaa itu baru sebagian ceritanya, masih banyak lagi cerita yang lain. Emang dia tuh super kocaknya pantesnya jadi pelawak tuh" Ali seperti senang melihat Sinta tertawa seperti itu. Mungkin bagi Ali, ketawa Sinta semangat buat Dirinya.
"Eh kucrut!" Itte menepuk pundak Ali sedikit keras.
"Awww! Buset lo cewek2, kekar juga ye" Ledek Ali sambil merasakan sakit di pundaknya itu.
"Heh, ayam broiler, lo tau gak?"
"Gak tau lah, emang apaan? Penting gak? Kalau gak penting gue males denger" Jawab Ali sambil memainkan sedotannya.
"Penting banget! Yakin nih gak mau denger? Yaudah gue balik ah." Itte menembak tepat sasaran. Ali pun menahan tangannya. Rupanya sangat penasaran
"Hmm, lo gatau emang? Prilly tadi pingsan!!"Itte menjelaskan hanya singkat. Ia ingin tau reaksi Ali apa.
"Hah?!!!Serius lo? Terus dia dimana sekarang? Dia udah sadar belum? Eh sompret! Jawab." Ali rupanya sangat khawatir. Itte yang mendengar nya hanya senyum-senyum. Ternyata Ali masih perhatian sama Prilly.
"Buset, lo nanya apa ngerampok? Banyak banget!"
"Dua-duanya, jawab woi!" Tegas Ali semakin penasaran.
Sinta yang melihat Ali pun hanya bisa diam. Entah apa yang harus ia bicarakan. Kenapa ia merasa cemburu? Jelaslah.
"Iye iye gue jawab. Prilly udah sadar kok. Dia sekarang di kelas, ini gue...." Itte belum selesai berbicara tapi Ali sudah meninggalkan dirinya dan Sinta.
Advertisement
"Buset. Sue banget. Si cowok satu itu. Udah denger hot news maen tinggal aja. Dasar alay!"
"Ihh, kak Ali!!!! Kenapa sih ditinggal. Beteeee!" Keluh Sinta yang merasa tidak dihargai. Karna sudah ditinggal.
"Ye... dasar bocah. Baru ditinggal bentar aja pake mau nangis segala. Kaya artis lo!" Jutek Itte yang ikut melengos pergi.
***
"Hei.. hei, Prill.. Prill.." Ali menepuk pelan pundak Prilly sambil menepuk pipi chubbynya itu. Prilly terlihat masih terkulai lemas.
Ia melihat Ali dan mengangkat kepalanya membenarkan posisinya.
"Ali.."jawab Prilly lagi-lagi parau.
"Astaga.. lo gapapa kan? Ada yang luka gak? Masih sakit?" Beginilah Ali kalau Prilly sakit, ia akan mengintrogasi seperti Polisi sedang menintrogasi Maling. Banyak pertanyaan. Itu tandanya Ali masih perhatian..
"Hmm.. gue gak papa kok Li. Cuma capek, tadi pagi juga belum makan makanya begini deh"jelas Prilly detail.
"Tapi lo udah makan sekarang?" Ali menanyakan lagi.
"Hmm bel..."
Belum sempat Prilly menjawab, tapi Ali mendengar suara itte terlebih dahulu.
"Tadi gue ke kantin itu beli makanan buat doi. Makanya jangan pacaran mulu lo li" Itte menjelaskan dengan jujur.
Ali hanya melirik sesaat.
"Ohh tadi lo abis makan sama Sinta?" Prilly hanya terpaku mendengarnya. Gak seharusnya Prilly mengganggu waktu Sinta dan Ali.
"Iyaa tadi dia abis makan sama Sinta, tapi dianya pergi buru2 mau lihat kondisi lo. Makanya Sinta ditinggal gitu aja. Dia bete tuh" Lagi-lagi Itte memotong pembicaraan Ali.
Eh kutil onta! Gue belom ngomong kali. Bener-bener si cabe-cabean satu ini.
"Hm biarin dulu deh Te, paling dia udah ke kelas" Ali hanya terpaku pada Prilly . Rupanya ia ingin menjaga Prilly.
"Samperin sana Li.." ucap Prilly. Entah ia merasakan apa dihatinya.
"Gapapa kok. Gue disini mau jagain lo" Tegas Ali yang mengelus pucuk kepala Prilly
"Yeelah sahabat iya. Tapi elus-elus" Itte sepertinya iri? Memang iya.
"Lo mau? Tuh minta si rojak ngelusin" Ali menawarkan gratis dengan rojak (teman sekelasnya yang superduper jorok.)
"Amit!"
Tak lama bel pun berbunyi... anak-anak langsung berhamburan masuk ke dalam kelas.
"Anak-anak semua, tolong minta perhatiannya sebentar aja. kita kedatangan murid baru pindahan dari luar kota. Silahkan masuk,Nak" Jelas si Bu Tuti, wali kelas 3A.
*jreeeng*jreeengg*
Ali terlihat sangat kaget ketika sosok lelaki yang berdiri didepan kelas itu perlahan masuk kekelas. Kok dia bisa disini? Ali terlihat bingung. Ia bertanya2 pada dirinya sendiri.
Ngapain sih dia harus datang lagi.
Disisi lain, Prilly yang memang sudah mengetahui dia ada disini sudah tak heran. Tapi, sekarang ia kaget, karna ia bahkan tidak mengetahui bahwa Prilly akan satu kelas dengannya, si Dia. Oh Tuhan... mimpi buruk apa lagi ini?
"Nama saya, Dani Antony Furqon. Biasa dipanggil Dani. Pindahan dari Surabaya. Semoga kalian bisa menerima saya dengan baik"
Si Dia memperkenalkan dirinya dengan seolah-olah tidak mengenal dengan salah satu murid dikelas itu.
"Ya, Dani silahkan duduk di belakang Ali."
Dani berjalan kearah kursi yang sudah diperintahkan.
Semakin pelan langkah kakinya. Ia tersenyum ketika melihat sosok wanita itu. Prilly. Tapi, Prilly sama sekali tidak menghiraukan senyuman itu.
"Ketemu lagi bro!" Dani pun berjalan selangkah, berhenti dan ia melirik dengan sorotan tajamnya. Ya, tepat berada di samping Ali. Ia berbicara dengan Ali.
Ali tersenyum kecut mendengarnya. Bahkan, ia sama sekali tak melirik Dani.
------------
Maaf ngaret. Banyak kesibukan harap maklum yaaah.
Mampir dulu kali ya kalau udah baca tolong di vote, walaupun tulisannya gak seberapa bagusnya.
Btw,
Makasih yaaa.
Advertisement
RPG Immortal
Over the years, humanity spread its fingers over the surface of Earth. They left nothing untouched. Now, they can only build upward, leaving behind the poor and unfortunate to struggle on the forgotten ground below. Once a person from those upper areas who lived in bliss during his youth, Sigmarus Grayson gradually lost everything and was banished to the streets below. Eight years into his suffering, he discovers a briefcase holding the item that will change his life forever. Thus begins the journey of the RPG Immortal.
8 148Covenant Sinners: The Origin of a Demon Queen
Demon-slayer knight Hector Aeronwen became an enemy of all humankind after saving a dying half-demon girl out of pity. Little did he know, his impulsive action had forever changed the course of the world and the fates of many. This is the story about Hector's desperate quest and the beginning of the demoness whose destiny is to shake the world to its very foundation. Author's note: At the risk of spoiling too much of this story, I want to reveal a bit about the core idea behind this work of fiction. I set out with the idea to write a story in the perspective of the second in command of a demon lord, which then would be followed up with large scale kingdom buildings and warring states. But then I asked myself: what past do they have between them for the Demon Lord to have so much faith in her second in command, and for him to be so loyal to such a horrible being? So this is my attempt at writing the origin of those two, who, while hated by all races in the world, still have each other as the only confidant to entrust their life to. If you are like me and want to see where this premise, with a vague destination in mind, will lead to, please have a read and give me your valued feedback!
8 84Gederah
The rise of a dark plague leaves the fate of mankind on thin ice. In this world filled with violence and uncertainty, soldiers and outlaws must come together and challenge the unknown if they are to stand a chance at taking their world back from a fate that makes death look like child's play. *Story also available on Tapas, Quotev, and Fictionpress
8 193Points of Light - An Oral History of the Collapse
Humanity endures. The phrase is not only an informal slogan of the reformed United Nations, but a rallying cry the world over. Even in the face of extermination, we struggled, we fought, and we endured. But just how close did we actually come? In our darkest hour, how many steps separated our species from oblivion? And are we even safe now? Were the mistakes made by earlier generations really so obvious? Or are they only so blatent when we look back with the advantage of hindsight? If so, what horrors might be staring us in the face even now that no one has the foresight to prevent? Drawn from thousands of interviews, as well as uncorrupted contemporary recordings and source documentation dating back to the early 2000s; Points of Light is a definative look at the last half century of upheaval, prosperity and carnage. It tells the tale of what happened, how it happened, who was responsible and most importantly, what we might be able to do to prevent it from happening again. This is a rewrite of a previously started fiction under a pen-name. Chapters will be updated every two days at 6:00 EST.
8 114District 9
Разговоры, обсужденияКак же это глупоПожалуйста, не вводи меня в заблуждениеЯ позабочусь о нём, если его хотят убитьНа самом деле я не знаю себяОтветь мне, дай мне ответПожалуйста, не лезь, если можешьЭто наши джунгли.Внутри них мы живём по нашим правилам района 9
8 174Sna
Юуг ч илэрхийлээгүй хааяа толгойд минь орж ирээд гардаг oneshot-ууд байгаам. Хэсэг бүр нь өөр өөр утгыг агуулах энэ бичвэр нь хоорондоо хялгасан утсаар ч холбогдоогүй юм.
8 305