《Future Partner》He's changed!
Advertisement
"Pagi Kak Di, Ali belum datang ya,Kak?" Ucap Prilly menghampiri Kak Di yang sedang mempersiapkan sarapan.
"Belum tuh i, Kamu sarapan dulu nih. " Jawab Kak Di.
"Emang Ali mau jemput kamu ya?" Tanya Kak Di sambil mengoleskan selai di rotinya.
"Iya kak, dia semalem bilang sama aku kok mau jemput." Ucap Prilly sambil memakan roti pelan-pelan.
"Yaudah kamu sabar aja ya, tungguin aja." Balas Kak Di menenangkan Prilly.
Duh Ali mana deh, kok lama banget ya, tumben. Apalagi jarak dari rumah Ali kesini kan deket. Batin Prilly. Lama kelamaan Prilly pun jenuh dibuat nunggu oleh Ali.
"Kak, aku langsung berangkat aja deh, Ali kayaknya gak bakal jemput aku." Ucap Prilly kesal.
"Lohh, dia belum jemput juga, yaudah kamu kakak anterin aja dulu, " Jawab Kak Di menawarkan anteran ke Prilly.
"Gak, gak usah kak, gapapa kok, aku naik angkot aja, Dah Kak, Assalamualaikum" Balas Prilly langsung pergi keluar dari rumahnya dan terlihat wajah kesalnya itu.
"Hati hati ya." Teriak Kak Di. Dasar anak abg. Batin Kak Di
***
Beruntung Prilly tidak telat, karena jalannya juga begitu lancar.
Loh itukan Ali, kok dia bisa sama Sinta ya, oh jadi ini alesan dia gak jadi jemput gue. Muka Prilly langsung berubah asem ketika melihat mereka datang bersamaan di Parkiran sekolah. Entah rasa cemburu itu mulai berkecamuk di dirinya. Tetapi bahkan Prilly tidak menyadarinya. Dengan perlahan Prilly melangkahkan kakinya, masuk ke dalam sekolah. Prilly berusaha jalan tanpa menengok kearah parkiran. Tapi tiba-tiba dia mendengar suara teriakan seorang cewek.
"Kak Prilly." Teriak Sinta sambil menghampirinya, Ali melihat Prilly dengan tatapan bersalah.
Ali tahu kalau dia sudah bersalah karna ingkar janji untuk menjemput Prilly.
"Hai Sin, kenapa ya?" Tanya Prilly dengan senyuman terpaksa.
"Loh kok kak Prilly jalan? Gak naik motor kak." Sinta seakan mengintrogasinya. Prilly sebenernya malas menanggapinya, tapi yasudah terlanjur, harus dilanjutkan.
Advertisement
"Gak kok dek, lagi males naik motor, kalian tumben berdua?" Prilly pun penasaran dan memberanikan diri bertanya tanpa melihat Ali. Meliriknya saja tidak. Prilly sangat kesal saat itu. Ali hanya menunduk merasa bersalah, dia sama sekali tidak berbicara satu kata pun. Dia berdiri diam beribu bahasa, layaknya patung.
"Oh iya kak, emang kaka belum tau ya, aku kan udah jadian sama kak Ali."
Deg... Prilly tidak menyangka akan hal itu. Kok bisa Ali tidak cerita tentang itu. Oke, sekarang Prilly rasanya sudah tidak mood untuk berada disana. Rasanya seperti jatuh ke jurang. Sakit. Entah rasa sakit itu muncul di mana. Tetapi rasanya sesak di dada.
"Oh kalian udah jadian?" Lirikan Prilly menyorot tajam ke mata Ali. Rasanya Ali semakin merasa bersalah. Sinta ngapain lagi ngomong itu ke dia. Lagi-lagi Ali tidak melirik Prilly. Ali hanya berbicara dengan hati kecilnya. Maafin gue Prilly Aurora Shae. Ali sangat bersalah saat itu. Gak tau, mukanya harus di buang kemana.
"Wah, langgeng ya dek. Aku duluan ya" Prilly hanya tersenyum kecut dan meninggalkan mereka berdua di halaman sekolah. Sumpah ya Li, lo kenapa sekarang berubah gini. Kayak gitu aja, lo gak cerita. Hmm rasa keselnya sudah sampe ubun-ubun.
"Hai Prilly ku. Masih pagi kok mukanya ditekuk gitu." Tanya Itte kepo.
"tau ah," Singkat Prilly sambil menduduki kursinya itu.
Tak lama Ali masuk, tetapi tidak seperti biasa yang saling menyapa. Mereka hanya diam seribu bahasa. Hanya lirik-lirikan saja. Pokoknya gue harus cerita nih istirahat. Gue harus jelasin semuanya ke Prilly. Batin Ali.
Akhirnya bel istirahat berbunyi itulah yang ditunggu oleh Ali. Ali langsung mengejar Prilly yang terburu-buru untuk keluar.
"Prill, gue bisa jelasin semua." Ucap Ali sambil memegan tangan Prilly.
"Apaan sih Li, gue mau kekantin. Lepasin dong" Prilly berusah menepis, tetapi Ali tidak mau melepasnya.
"Ah sakit Li, tolong dong lepasin. Gaada yang perlu dijelasin lagi!" Jutek Prilly langsung pergi dengan tangan yang sudah terlepas dari pegangan Ali. Duh.. harus gimana nih. Pokoknya nanti gue coba lagi deh. Gue gak mau kayak gini sama Prilly. Ali terus-terusan berusaha untuk meminta Prilly memberinya kesempatan untuk menjelaskan, Tapi rasanya Prilly sudah Badmood banget. Selama pelajaran dimulai lagi, mereka masih diam seribu bahasa.
Advertisement
"Prill, lo kenapasih sama Ali?" Tanya Itte makin kepo.
"Gapapa Te," Jawab Prilly singkat. Itte yang mengetahui Prill sedang badmood dia tidak bertanya terlalu jauh.
Bel pulang berbunyi, itulah yang ditunggu Prilly
"Prill, Prilly.." Ucap Itte dengan suara keras. "Gue duluan Te." Tanpa menengok Prilly segera keluar tanpa berbicara sama Itte.
"Prilly kenapa sih Li?" Alipun langsung mengejar keluar.
"Tuh anak berdua kenapa deh, bikin bingung aja, ah tau ah. Gamau mikirin deh." Sambung Itte cuek sambil berjalan keluar kelas.
Ketika Ali mengejar Prilly keluar kelas. Tiba-tiba, seorang wanita langsung memberhentikannya.
"Kamu ngapain lari-lari gitu,Kak?" Tanya Sinta yang sedaritadi melihat Ali lari keluar dari kelas.
"Gapapa kok dek, mau pulang? Yuk" Ajak Ali, tetapi pikiran Ali tetap pada Prilly. Dia tidak tenang sebelum Prilly memaafkannya.
Prilly yang sudah keluar daritadi terlihat sedang mendorong motornya menuju Bengkel Pak Tini di pojok lampu merah. Ali yang melihatnya tidak tega, Rasanya pengen sekali Ali membantunya, tetapi dia juga harus bisa jaga perasaan Sinta yang sedang bersamanya saat itu. Ali terpaksa mengabaikan saat mereka berpapasan di jalan. Ali langsung menggas motornya lumayan cepat, agar dia tidak mau Prilly tahu. Prill, gue minta maaf banget. Batin Ali.
Prilly melihat motor Ali, dibelakang memang ada Sinta yang diboncenginya. Tatapan Prilly melemah saat melihat itu semua. Segitunya, Ali gak mau bantuin gue. Bener-bener berubah. Harusnya gue bisa ngerti, dia udah gak sendiri, dia udah ada pasangan sekarang. Gue gak boleh ikut campur lagi. Gue hanya sebatas Sahabat, YA SAHABAT! Batin Prilly.
Advertisement
Lone: The Wanderer [Dropped Version (includes original draft of the rewrite's first volume)]
Nine-to-five. The daily grind. Life. Painful years of school. Working as a slave for some undeserving corporate big-wig. The monotonous life of unemployment. We all experience this in one way or another, and we can all conclude one thing: it's dull. Such a fact rings true even for the fabled Lone Immortus, a powerful nine-tailed Golden Foxkin. However, what would you do if your monotony was suddenly ground to a halt and you were thrown out of your comfort zone along with a young girl forgotten by time? Perhaps you might have done things differently, been more organised, immediately died, gained control of the world in a matter of days, but this is Lone's tale, not yours. Watching two insecure people struggle to survive and find their place in an unfamiliar land just might be enjoyable to witness. Who knows? One thing's for certain: it won't be an easy path for them to tread, and what could possibly be more entertaining than watching people endure hardships and grow? I know of at least eight gods that would answer with, 'Absolutely nothing.' I wonder, after seeing this journey from start to finish, how would you answer? [Goal of 2 chapters per week, the only exceptions being announced breaks or emergencies] A/N: This story is in the middle of a rewrite, so please forgive any noticeable plot holes and wonky chapter numbers. I am working on it every day, so understanding would be greatly appreciated. The new cover art is a courtesy of the very kind and talented ssddx. This novel is a participant in The Writer's Pledge
8 798The fire within
When Rey meets Darth Maul in the forest of an unknown planet, she is brave enough to engage with him in a lightsaber fight. However, when he overpowers her, to his surprise, he finds something interesting enough to spare her life. Bringing the unconscious Rey into his ship, he doesn't realize, how much his life will change, as they heading into the unknown future together.
8 188Purple Lipstick Designer Club Vol. 1: Let's Be Cute Maids!
Purple and Teal are roomates, best friends, college students, magical girls, maids, and able to summon psuedo-demonic entitites to fight on their behalf. Life as a 20-something is hard enough, but when you come home to find a blood-covered body on your white carpet... well, that's just the last straw, isn't it? Featuring a story by Maru and artwork by Vanilla, Purple Lipstick Designer Club was a planned start in a long-running series. Originally published in 2017 for Comic Fiesta. Check out the illustrated version at Maru's itch.io!
8 89the 2 heavenly demon brothers (Hiatus)
luo binghe is the first heir of the demon realm and luo wuxian is the second heir of the demon realmwhat would happen if they met theyre soulmatesstarting:15/01/2021 4:48pmending:???
8 170Scenes from my life as an ABDL
Hey! I decided to write some real scenes from my life as an ABDL, just so I can have a nonfiction story on here.
8 178The Captin Of The Football Team
8 105