《Jenius Yang Nakal》12. Aku Ingin Membunuh Manusia Itu
Advertisement
"Miska, bagaimana rencanamu?" Yuyun penasaran melihat Miska yang tampak santai dan tenang.
"Besok kita presetntase, kamu sudah menjalankan rencanamu atau belum? " tambah Nely
"Tentu saja sudah!!! aku akan membuatnya di tuduh mencuri bahan presentasiku! " Miska tersenyum sinis.
"Maksud kamu?" Nely bingung.
"Aku sudah mendapatkan bahan presentasi yang seharusnya akan di presentasikan oleh Alisya dan Adith! Besok Tim aku yang akan menampilkan Bahan presentasi kami terlebih dahulu sebelum Alisya dan Adith. oleh karena itu mereka akan di anggap mengambil atau memplagiat bahan presentase kami" jelas Miska.
"Wah gila!!! bagaimana bisa kamu mendapatkan bahan presentase mereka? " tanya Yuyun sambil bertepuk tangan.
"Aku menyewa satpam sekolah untuk mengambil data di ruang komputer tempat Alisya bekerja! Dan juga menyuruh Diana untuk mengambil Copyan File yang berada di Laptop Alisya saat ia sedang ke toilet" tambahnya lagi.
"Mereka akan benar benar tamat besok! Kau taukan kepala sekolah takkan menerima dan mentoleransi plagiat atau mencontoh presentasi orang lain. bukan hanya di skorsing, tapi mereka bisa mendapatkan hukuman yang lebih berat dan untuk Alisya dia bisa di keluarkan! " Ucap Nely menatap Yuyun semangat.
"Bagaimana bisa kau sejahat ini? bukankah ini masih terlalu awal??? " Yuyun tertawa jahat memikirkan kemalangan Alisya.
"Kita perlu memperlihatkan Pada Alisya siapa kita dan siapa dia yang berani melawan kita! Cewek bodoh dan miskin yang tidak punya apa-apa beraninya mencari masalah dengan kita" mata Miska berkilat licik. Jika ada yang melihat maka mereka akan berpikir kalau anak ini sangat cocok jadi pemain sinetron Indonesia yang mana yang kaya menjadi pemeran Antagonisnya.
"Kau benar" aku sudah tidak sabar melihat kemalangannya besok. mereka tertawa dengan semangat memikirkan apa yang akan diderita oleh Alisya.
Mereka tak berpikir bahwa tentu saja Adith takkan membiarkan hal itu terjadi dan juga tidak semudah itu menjatuhkan Alisya yang bahkan mereka tidak tau tingkat kejeniusan dari Alisya. Alisya bukanlah lawan yang mudah ketika dia terpojokkan.
Advertisement
*******
"Kau sudah mempersiapkan semuanya? " tanya Zein kepada Miska sesat sebelum memasuki Aula presentase.
"Tentu saja kau tidak perlu khawatir, aku bukanlah orang yang bodoh! " seyum Miska yakin.
"Presentase kali ini di titik beratkan kepada kemampuan Tim dalam membawakan materi. Aku sudah membacanya semalam dan aku tau ini cukup menarik dan mudah saja bagiku membantumu jika ada masalah nanti" Zein tidak terlalu khawatir dengan kemampuan Miska, karena dia adalah kandidat terkuat yang dimiliki sekolah untuk menjadi seorang partner. sedang Alisya bahkan 10 besarpun ia tidak masuk sehingga dirinya cukup yakin untuk bisa mengalahkan Adith dan Alisya.
"Aku tau! aku takkan biarkan mereka mendapatkan poin yang cukup dan dengan mudah akan mengalahkan mereka" Senyumnya lagi.
"Baik... presentase akan segera dimulai, kepada para siswa dan partnernya untuk segera memasuki Aula" Seorang guru sudah memanggil para siswa yang telah mempersiapkan diri memasuki Aula yang sangat besar dan luas dengan tatanan tempat duduk layaknya akan ada Drama musical atau konser yang akan di adakan.
Ratusan kursi sudah di siapkan untuk di tempati para siswa bersama partnernya dan di bagian depan aula tampak panggung dengan layar putih serta pertalatan lainya sebagai alat presentase dan paling depan baris kursi yang menghadap panggung terdapat barisan meja dengan kursi mewah menghadap panggung seperti akan diduduku oleh para Tim penilai presentase.
"Kau tau kali ini yang akan menjadi eksekutornya adalah Pak Amir Guru Sains yang terkenal Killer dan sangat teliti dalam menilai" bisik seorang siswa kepada partnernya.
"Bukan hanya itu. penilaian kali ini sangat selektif dan jauh berbeda dari sebelumnya yang berpatok pada individu saja baik ketua atau pasangannya. jadi lebih menitik beratkan kepada kedua belah pihak dalam menampilkan presentase"
"Ya kau benar! Tahun lalu Sang ketua yang melakukan semuanya presentase sedangkan si partner hanya menampilkan kesimpulan akhir saja" ucap yang lainnya.
"Bukan hanya itu saja! Kali ini akan ada sesi tanya jawab setelah presentase! mirip seperti ujian skripsi pada tingkat kuliahan! " tambah yang lainnya sambil menghela nafas.
Advertisement
"Apa??? aku bahkan tidak siap berdiri di sana apa lagi harus kena hantaman anak panah (pertanyaan) dari para juri killer itu! Habislah aku" keluh kesah seluruh murid mulai memenuhi Aula yang sangat besar itu.
****
Plaaakkkkkk.... hantaman yang cukup kuat mengenai dahi Alisya membuatnya sangat terkejut dan emosinya tiba-tiba saja menjadi tersulut.
"Kau sudah gila ya?? apa kau pikir ini tidak sakit? " Alisya marah menatap tajam Adith yang tersenyum mengolok.
"Dengan suara se besar itu, aku rasa cukup sakit! " ucapnya sambil meniup tangannya seolah telah berhasil menepuk nyamuk.
"Sial, kau benar-benar ingin di hantam yah? " baru saja Alisya ingin menaikkan tendangannya Pak Amir lewat memasuki gedung dan menyuruh mereka masuk juga berhenti bermain-main. Pak Amir sudah memiliki penilaian yang cukup buruk melihat kelakuan Alisya.
Adith hanya tersenyum menang melihat ekspresi Alisya menurunkan tendanganya dengan cepat seperti orang yang sedang menari dengan kaku tampak seperti robot.
"Aku hanya ingin kamu tidak usah terlalu gugup. Aku akan terus berada disampingmu apapun yang terjadi" goda Adith sambil mengedipkan matanya.
"Aku tidak gugup! aku hanya merasa sangat semangat melihat mulut mereka menganga setelah melihat kemampuanku! Aku akan menyapu rata para Juri termasuk Bakemono yang baru masuk tadi" Tegas Alisya membara.
"hahahahahaha... aku suka rasa percaya dirimu! ayo kita masuk" tanpa permisi Adith langsung menggandeng tangan Alisya dan menariknya masuk ke dalam Aula.
Alisya berusaha melepaskan genggaman Adith tapi tetap saja ia tak kuasa melepasnya. suasana aula yang semula ribut tiba-tiba menjadi tenang dan semua terkejut melihat pemandangan itu. mereka tampak seperti dua orang yang sedang berkencan dan sekali lagi melihat itu pak Amir menambah nilai negatif Alisya dimatanya.
Setelah mendapat tempat duduk di dekat Karin, Alisya langsung melepaskan genggaman Adith dan membuang diri duduk disamping karin sambil menutup wajahnya yang kesal.
"Kalian mau datang presentase atau mau nikah sih? goda Karin berbisik di telinga Alisya.
"Aku ingin membunuh manusia itu! " geram Alisya yang dibalas cekikikan karin.
"Kau memakai peredam suara yang baru di buat ayah kan? itu sangat efektif di ruang seperti ini." tanya Karin khawatir mengingat suasana Aula cukup bising bagi Alisya.
"Tentu saja! Jika tidak aku sudah menggila dari tadi. Oh iya aku tak tau kamu menjadi partner siapa?" Alisya yang terlalu disibukkan oleh Adith baru teringat akan siapa pasangan sahabatnya ini.
"Kau terlalu sibuk kencan jadi lupa sama aku" goda Karin di balas wajah ngotot Alisya menginginkan jawaban. "Lihat siapa yang datang.. dia partnerku? " tunjuk Alisya dari arah samping kanan Alisya.
"Riyan??" mata Alisya membelalak.
Karin hanya tertawa melihat ekspresi terkejut Alisya. Ia paham maksud tatapanya itu tapi Riyan adalah pilihan yang paling tepat bagi Karin jika harus menjadi partner karena Riyan juga terkenal kecerdasaannya setelah Adith dan Zein.
Advertisement
- In Serial11 Chapters
House of Wolves
“The forest grew still as the bastard sword took its' last life that night. The beast's shirt was saturated with blood and sweat, clinging to his skin after the heat of battle. The demons that drove him insane were dead, but his broken sanity failed to mend. Left standing in a pool of scarlet, his mind shrouded in the ecstasy of massacre, only one thought remained—more.†-Ch.9Dead to the world and the property of insanity, a former death row inmate is thrown into a new world, thrown to the wolves with two goals: send those running the experiment to hell, and enjoy whatever blood spills along the way. This is the third iteration of my fiction. The earlier titles are Imperator which revised to become Reaper which became this original web novel. House of Wolves is still a work in progress so any suggestions and comments are welcome. I write volumes at a time and then upload on a regular schedule once completed.Mature tag for language, gore and adult content.
8 93 - In Serial11 Chapters
Hinterland
Simon sincerely believed he was saving Morgan's life when he pushed her off the second-story roof of her family farmhouse. To be fair, his mother was burning it to the ground at the time. But Morgan Mumford, a lonely outcast with a chip on her shoulder and a full skeleton of remarkably unbroken bones, is not particularly convinced of his good intentions. Because the instant he pushed her over Simon also whisked Morgan into the realm of Hinterland: a shadowy world that is a perfect replica of their home town of Coching. But Hinterland is a hungry and dangerous place, where ordinary objects have taken on a life of their own. In Hinterland you might be ambushed by a gang of motorcycles or eaten alive by a duplex. And by god, you run from scissors. Morgan is now trapped in this hostile realm, unable to find a way home. Hunted relentlessly by Aqualung, an evil-minded Buick Skylark with a love for Jethro Tull and hatred for all things on two legs, she is forced to join a ragtag band of fellow castaways to ensure her survival. But the embittered leader of these children has plans of his own, and before long Morgan finds herself swept into his vendetta against Hinterland's imperious ruler: Simon's mother, who commands the living, breathing town to do her bidding and schemes to transform it into something worse than it is now. Something ravenous. It's time for Morgan to decide whether to ditch her new allies and find her own way out of the belly of the beast, or stay and help her fellow outcasts weather the violent feud that brews on the horizon.
8 174 - In Serial9 Chapters
Polymorph Swarm
Monsters of unknown origin populate this fantasy world. Unlike other beings, they have the ability to steal the strengths and traits of those they consume, growing stronger every battle they stand victorious. With a power that many envy, a Scypede -- a monster with the form of a dark centipede with razor sharp scythes -- stood above the rest. Guided by a sadistic Demon, and fueled by hellbent curiosity, it will forge its own destiny, facing all its consequences with it. ___Also in webnovel
8 205 - In Serial6 Chapters
Benjamin's Account of Adventures
Benjamin Cruz was an accountant working for Kepper Corporation. He was fired by his boss for his tardiness. When he went to the restroom to clear his mind, the ground shook and found himself in a cave.How did he get there? Why? Where could he be?This is his account of his adventures and misadventures.P.S.: This is my first story in RRL. Sorry if my english was a bit off since it wasn't my first language.
8 70 - In Serial26 Chapters
After Death
What comes after death? Only the dead know.He was a hero, an immortal protector. All his life he did his duty, keeping his people from harm as best as he could, until his untimely death. Death begets life, and life begets death. With his end came peace, but peace never lasts. There is something sinister awakening, and our immortal is given a new lease of life in the midst of it. Will he be able to uncover the truth - about life, about death, and about himself - through the turbulent times ahead?
8 229 - In Serial14 Chapters
Grasping Destiny (Temporary Hiatus)
Growing up in a world of cultivators with guidance and love doesn't stop a young boy from meeting a cruel fate.He lays too still for a living boy, but right before death's embrace an unbeknownst force intervenes. When he returns to the land of the living, he exudes a new mentality and his body thrums with newfound strength. Strength so profound that untold power is easily within his reach. The power to protect loved ones, the power to supplant the strong and the power to stand on top of the cultivating world.All the power he has ever dreamed of, and more. All he has to do is tempt fate.Dare he grasp it?** ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** **WARNING: Tagged [18+] for strong language, gore and violence. Novel has some game-like elements. Credit for title and synopsis goes to Cerethor.
8 93

