《[Indonesian] Great world traveler》Chapter delapan
Advertisement
Himria pov.
Aku masih sulit melupakan apa yang telah terjadi tadi malam. Saat bandit itu menindihku, aku tidak lagi dapat berpikir jernih. Mungkin itu adalah akhir hidupku sebagai putri kerajaan? Aku tidak tau. Namun kenyataannya aku selamat, aku diselamatkan oleh salah satu pahlawan.
Dalam hatiku aku tidak akan bersedia memanggil mereka pahlawan. Dimataku, mereka hanyalah orang-orang tak berguna yang bahkan tidak tau cara bertarung. Ada apa dengan dunia mereka? Tempat seperti apa itu? apa itu adalah dunia yang damai tanpa peperangan?... jika memang benar seperti itu, maka mereka hanyalah pengecut yang akan lari saat berhadapan dengan musuh.
Namun, aku terkejut dengan kenyataannya. Namanya adalah Katsuragi Jio, dia adalah pemuda berambut hitam. Aku tau para pahlawan memiliki kekuatan jauh diatas rata-rata warga asli dunia ini, tapi itu tidak dengan mental meraka, mental mereka pasti hanyalah mental pengecut yang tidak koheren dengan kekuatan mereka. Akan tetapi menghiraukan itu semua, pria ini yang memanggil dirinya sendiri sebagai Jio, tidak memiliki mental seperti itu.
Itu dilihat bukan dari cara bertarungnya, aku melihat ia masih sedikit kaku. Seakan-akan ia mampu membuang perasaannya saat berhadapan dengan musuh. Ia mampu mengendalikan cahaya dan kegelapan didalam hatinya. Aku kagum...
Mungkin anggapanku tentang pahlawan akan naik.
"Kau sudah bangun? "
Saat aku membuka mataku, aku dikejutkan oleh suara itu dan sepasang mata tepat berada dihadapanku, sangat dekat.
"J-jio?... A-apa yang kau lakukan?? Kau terlalu dekat!! ...! "
Bhuak
Aku langsung mendaratkan pukulan ke wajahnya.
"Mesum!! Kurang ajar! Jio cabul!! "
(........)
Kemungkinan wajahku sangat merah saat ini. Aku marah, marah, marah. Sudah berapa lama ia menatap wajah tidurku?? Ia benar-benar mesum laki-laki tak tau sopan santun.
Seorang laki-laki sialan seenaknya memangku kepalaku di pahanya, dan memandang wajah tidurku. Aku tidak dapat membayangkan apa yang telah ia lakukan selama aku tidur. Apa mungkin ia telah?...
Aku meraba pakaianku, dan aku mendapatkan satu kancing baju di depan dadaku sedikit lepas.
Aku sangat marah, marah, marah,.
(Hwua...... Aku pasti akan membunuhnya suatu hari nanti.!!!) Ternyata dunia pahlawan itu isinya hanyalah orang-orang cabul!!.
"Huft..."
Aku tidak boleh seperti itu harus tenang
Advertisement
(Tenang Himria, tenang...)
Aku adalah putri, aku tidak boleh bersikap seperti itu, aku bukan anak kecil jalanan, aku adalah putri yang bermartabat.
"Haah.... Huuh... Haah... Huuh.. "
Aku mencoba menenangkan diri, tarik nafas, buang. Untuk kedepannya mungkin aku harus banyak bersabar.
Setelah merasa tenang, aku mencoba meneliti keadaan.
Saat ini aku masih berada di kereta, dan kereta masih sedang berjalan. Lalu kupandang orang yang ada di sekitarku. Mira masih tidur bersandar, juga Alga-san dan Celi-chan masih tidur. Kemudian si Pahlawan sialan! Jio, pingsan di lantai kereta. Itu bukan salahku, itu salahnya sendiri.
Langit sudah mulai terang, matahari terbit dari ufuk Timur. Burung berterbangan di langit, dan aroma rumput yang begitu segar. Pemandangan sederhana ini bahkan dapat menyegarkan setiap pikiran orang yang memandang. Tak sepatutnya alam yang Indah ini dirusak oleh perang. Tapi mau bagaimana lagi hal itu sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.
(Pagi yang Indah)
Yah, pikiranku segar sekarang. Ditambah lagi setelah menghajar Pahlawan sialan ini. Kemudian setelah kuintip jauh kedepan lewat celah di kereta, gerbang kota Archana telah nampak. Kami sudah dekat dengan tujuan. Aku akan menunggu hingga lebih dekat dan membangunkan mereka.
Dan kami pun semakin dekat...
"Alga-san!!! Waktunya bangun! kita sudah dekat!! "
".....Huh? Hi-hime-sama?"
Ia bangun, setelah itu aku juga membangunkan Mira, lalu Celi. Untuk Jio aku tak memperdulikannya. Pahlawan sialan mesum seperti dia aku tidak peduli, mungkin aku menendangnya nanti setelah kami berhenti.
Tidak menunggu lama, kami sampai di depan gerbang. Disamping ada barisan antrian panjang manusia, dan kami ada dibarisan antrian kereta. Seperti biasa, penumpang kereta juga di perikasa satu persatu begitu pula dengan dagangannya. Jadi ini akan memakan waktu yang panjang.
Para penjaga gerbang telah mendatangi kereta kami, dan kini sedang berbicara dengan Alga-san. Dan rekan-rekannya akan mengecek kereta, beserta penumpang, termasuk para petualang yang mengambil quest mengawal kereta.
Akhirnya kami akan berpisah disini.
Sebenarnya aku sangat tidak mengharapkan hal ini. Tapi karena ia telah menyelamatkan nyawaku, maka aku akan membalas kebaikannya, juga karena tujuan kami kebetulan sama. Aku akan membantunya sampai ke Academy town. Mungkin aku juga akan menjadi senpainya disana, jadi kupikir akan menyenangkan, bukan?. Membalas perlakuan buruknya padaku, si Pahlawan mesum sialan, Jio.
Advertisement
(Huhuhu... Aku akan membalasnya, mulai dari sekarang)
Phuak
Orang itu terbang melayang dari kereta, jatuh dan berguling-guling di tanah. Mungkin semacam itulah yang dilihat orang-orang di depan gerbang ini. Beberapa ada yang terkejut, beberapa ada yang biasa saja. Tapi yang paling membuatku nyaman adalah para penjaga gerbang, mereka tak mempedulikan. Sebenarnya itu tidak baik sama sekali, saat melihat dua orang berkelahi dan mereka tak berusaha menghentikannya padahal mereka bagian dari pasukan kerajaan.
Mungkin saat aku yang berkuasa nanti aku akan sedikit menekan disiplin mereka.
"Mira! Ayo kita pergi! "
"B-baik Hi-Nora. "
Sepertinya ia masih terperangah dengan apa yang baru saja kulakukan.
Sedangkan Jio yang baru bangkit dari tanah, mendatangiku segera. Pahlawan ini benar-benar marah nampaknya.
"Bisakah, kau bangunkan aku lebih baik!? " [Jio]
"Tidak!!! Setelah apa yang kau perbuat padaku dasar mesum! " [Himria]
"Apa...? Aku hanya menyapamu saat kau bangun. " [Jio]
"Ugh.... Dan kau pikir aku menginginkannya? Juga setelah kau membuat kancing bajuku terbuka!! " [Himria]
"K-kapan? Aku sama sekali tak melakukan hal itu!!. Untuk apa coba? aku memegang sesuatu yang datar! Aku tidak suka dada datarmu" [Jio]
"D-datar? " [Himria]
Kuharap telingaku tidak salah dengar. Ia mengatakan 'datar', sebelumnya ia juga mengatakan 'rata'.
(Datar katanya? Aku tidak datar! Aku hanya belum... Ugh Pahlawan mesum sialan!!!)
Aku ingin memukulnya, aku akan memukulnya sekarang...
Aku mendatanginya dengan siap memukul. Namun..
"Cukup!!! Hentikan! kalian berdua! "
Namun aku dihentikan oleh Mira. Kenapa?
"Apa kalian sadar kita ada dimana? " [Mira]
(Dimana katanya?)
Lalu aku melihat kesekeliling. Kami menjadi perhatian kerumunan orang. Para pengantri, petualang, pedagang, dan juga penjaga gerbang. Mereka seakan berhenti melakukan aktivitas, dan mulai berbisik diantara mereka.
(T-tunggu, apa yang baru saja telah aku katakan? K-kancing baju? Lalu juga tentang d-dada?. Kya.... !!! Aku malu)
Uwaaa.... apa sebentar lagi akan muncul rumor-rumor memalukan, seperti seorang putri yang.... bersama dengan laki-laki mesum di kereta??
(Tidak!!!!!)
Aku tidak tahan lagi. Uh, akh ingin segera pergi dari sini, dan lari dari istuasi ini. Tapi untunglah aku masih memakai kerudung jubahku, jadi tidak ada yang mengenalku, mungkin.
"Mira! Ayo pergi! "
"B-baik! "
Aku berjalan cepat arah gerbang, tak kupedulikan semua mata yang memandangku. Lagi pula mereka juga tidak melihat wajahku. Aku tidak perlu khawatir.
"T-tunggu!! Kalian sudah mau pergi!? " [Celi]
Namun kalimat Celi-chan menghentikan langkahku. Aku meliriknya sedikit, dan yang kulihat adalah wajah sedihnya, seperti anak-anak.
Aku tidak terlalu suka melihat wajah manis seperti itu. Tapi, begitu imut... Aku tidak tahan.
"Kami tidak bisa selamanya ikut dengan kalian. " [Himria]
Aku menjawab sebisa mungkin agar ia tak menunjukkan wajah itu lagi. Akan tetapi ia membuatku terkejut sekali lagi.
"....K-kalau begitu, aku yang akan ikut dengan kalian! Bolehkah?" [Celi]
"Ha? Tapi... "
Saat aku masih terkejut, ia sudah menghilang dari mataku. Ia berlari ke-ayahnya. Aku tau, ia pasti sedang memohon dengan ayahnya untuk ikut dengan kami. H-hey!! Aku tidak mengharapkan ini sama sekali.
Kemudian ia kembali kepadaku.
"Ayahku sudah membolehkan, jadi boleh ikut dengan kalian dan mendaftar ke Academy.. "
"?? O-oi"[ Himria]
"Aku juga membawa uang, jadi aku tidak akan merepotkan kalian " [Celi]
Kata Celi sambil menunjukan sekantung uangnya.
"...??" [Himria]
Aku bahkan belum sempat berkata-kata. Wajahku pastinya masih tegang saat ini. Kemudian manusia sialan yang tak diinginkan malah nyambung seenaknya.
"Eeh...? Celi mau ikut dan masuk keAcademy town juga? " [Jio]
"Iya, Jio. Aku akan bersama pahlawan-ku untuk seterusnya." [Celi]
"Dan Hime-sama, akan jadi senpai-ku! Bolehkan Senpai?" [Celi]
"A-ah.. Ya, baiklah" [ Himria]
"Yeah..." [Celi]
Aku menyerah. Dan sekarang anggota kami bertambah dua orang. Sialnya pagi ini.
Setelah itu kami memasuki kota setelah Mira bernegoisasi dengan penjaga gerbang disana. Dengan melihat reaksi penjaga gerbang itu saat melihatku, aku yakin ia membocorkan identitasku padanya.
(Huh... Tidak biasanya aku pergi ke-Academy dengan keadaan seperti ini. Oh, ya tuhan masalah apa lagi yang akan menungguku didepan!!!)
Pov end
~~~
Pada saat rombongan empat orang itu sedang berjalan, Celi menanyakan sesuatu kepada Jio.
"Pahlawan-ku, apa kamu tidak suka yang datar? " [Celi]
Advertisement
- In Serial211 Chapters
The Grandmaster Strategist
This is an alternate history. Decades after the fall of the Eastern Jin Dynasty, the world is still in chaos, although there is hope for reunification.Of poor background, Jiang Zhe, styled Suiyun, has finally, after ten years of hard work, passed the imperial examinations and become a scholar within Hanlin Academy. Unwittingly, he becomes involved in the succession dispute of the Great Yong Dynasty. He faces conspiracies and machinations, countless battles of strength and wits. Intending to avoid court politics, he ultimately has no choice but to become involved. With no alternative, Jiang Zhe can only follow the crowd, joining the chaotic political turmoil. In this conniving world, he uses his intelligence and knowledge to provide for himself and his companions a stable environment to survive.Watch nations fall, great men rise, and supreme martial artists kneel before the quiet whispers of a frail, unassuming scholar.
8 323 - In Serial10 Chapters
Lush Acres: Firestorm
A great darkness approaches from the west, triggering a series of events that will forever change the tiny farming village of Lush Acres. Some believe it is a mighty storm, while others believe it to be a strange plague. Soon, however, ashes begin falling from the sky, prompting one of the town elders, Farmer James, to fear the return of an old enemy, the Fire King.Twelve-year-old Sally Mordigan witnesses the predawn arrival of a mysterious rider from the north who is hastily whisked away from public view. Has he come to warn of impending danger? As she attempts to discover his secret, she is thrust into an adventure of monumental importance. Aided by a talking wolf, a giant, and even Death itself, her journey takes her through strange and dangerous lands and may just determine the fate of Lush Acres.
8 155 - In Serial58 Chapters
The World of The Tower
A young man called Arath is an orphan living in the First City, the lowest part of The Tower. His only hope for a better life are heroes summoned every 6 years, but so far they have never succeded in accomplishing their mission of cleansing The Tower. Dissapointed after meeting them and hearing The Council's decision he decides to try his own strength in conquering the dungeon.
8 449 - In Serial21 Chapters
The Tower of Opportunity
Criminals from around the world are summoned by "God" to climb to the top of the Tower of Opportunity, in which they can do whatever they please and gain powers and abilities beyond their wildest dreams, the only caveat being that their lifespan has been reduced to 3 months and every floor conquered gives each conqueror another two week extension to their lifespan. Watch our protagonist's journey to climb the tower, sentenced to endlessly repeat his struggles as he has been damned to never die, only start over his journey from the beginning if he does. *** Author's Note: This is the first story I have ever written, if you are tuning in when this is being written put some suggestions in the comments of the chapter, I will possibly incorporate them into the story in the future. I also occasionally do reader polls that involve how the story will progress, so make sure to vote on them, and thanks for reading. P.S. Thanks to gej302 for the cover. *** This story is currently being rewritten. If you would like to read it, click here.
8 157 - In Serial38 Chapters
The Archivist's Petty Revenge
Amy Thorne has always abhorred making a scene and sticking out. Despite her best efforts in the past, she's never truly been assertive, and prefers sticking to the background. Excess attention is the last thing she wants. She's perfectly fine being a non-obtrusive wallflower at work and in her studies. So when a clique of Mean Girls wannabees start sullying her good name in the Art History department of her university, what is she to do? Contacting the Dean would make a big fuss, and likely would give her the wrong kind of attention. But her subdued pride demands satisfaction! If only there was a way to get back at these girls with out jeopardizing her desire to remain in the background. The only solution? Magic learned from the forbidden texts of her part-time job. Also posted on Scribblehub I'll try to update weekly.
8 193 - In Serial13 Chapters
The Infection (COMPLETED)
Louis notices the band is acting strange.... Louis can't explain but for some reason whenever they see him they get mad and blame all of there pain and mistakes on Louis. The words turn into punches and Louis ready to leave but a creature comes....
8 151

