《[Indonesian] Great world traveler》Chapter tujuh

Advertisement

.

.

.

Disaat Armil membuat taruhan dengan Cordy. ~

Bertepatan pula dengan kejadian genting yang terjadi di rute perjalanan ke Academy town, yang melewati 4 kota kecil setelah ibukota. Di lapangan hijau penuh rumput, 5 kereta pedagang tengah di kepung oleh para bandit.

Bagi para pedagang yang 'berdompet tebal' istilah dari ber-uang banyak. Dengan uang yang mereka miliki, mereka melindungi diri mereka. Taktik umum bagi para pedagang yakni dengan membuat misi untuk mengawal mereka ke kota tertentu, dan mendaftarkan misi tersebut di guild petualang.

Para pedagang biasanya melakukan perjalanan dengan rombongan, ditambah petualang yang mereka sewa. Kebiasaan para bandit adalah untuk menyerang serombongan pedagang dan menjarah Harta dan barang para pedagang. Jika itu kelompok bandit yang cerdas, mereka akan menyelidiki dulu tentang petualang yang disewa oleh pedagang tersebut, untuk mengetahui kekuatan lawan mereka dan memperkirakan apakah mereka bisa menang. Tapi jika itu sekelompok bandit bodoh, mereka hanya akan terbunuh sia-sia oleh lawan kuat yang tak mereka selidiki terlebih dahulu.

Sialnya, malam itu adalah serangan dari sekelompok bandit yang cerdas. 6 kereta pedagang itu benar-benar terkepung oleh puluhan bandit berjubah hitam kumuh. Para petualang yang hanya berjumlahkan belasan orang dibuat kewalahan oleh para bandit itu. Dua dari mereka bahkan sudah tumbang di menit awal. Serangan sihir, dan pedang menciptakan Medan tempur skala kecil di Padang rumput itu. Beruntung tanahnya kering, jika basah itu akan lebih menyulitkan.

Namun diakhir perjuangan para petualang yang sudah diambang batas, bantuan tak terduga muncul. Seorang gadis berkerudung turun langsung ke Medan pertempuran. Ia muncul tiba-tiba dari salah satu kereta dan langsung menghajar salah satu bandit dengan pedang rapier miliknya. Tebasan pedangnya menghasilkan luka diagonal yang memuncratkan semburan darah dari tubuh bandit itu, lalu ia tumbang.

Melihat rekan mereka terbunuh, bandit lain datang dari samping dan menyerangnya. Bandit itu tersenyum karena ia berpikir gadis itu takkan sempat menebasnya dengan pedang rapier itu. Sayangnya perkiraannya salah.

Gadis itu telah menyiapkan mantra untuk sihir ditangan kirinya. 'Bola api' , ucapnya dan langsung menempatkan bola apinya di Perut si bandit.

Bham

Bandit itu terlempar bersama dengan asap yang mengepul dari perutnya yang hangus. Bau daging gosong tercium kesekitar, tapi tidak ada yang memperdulikan itu dalam pertempuran. Itu hal yang biasa.

Bandit lain datang lagi menyerang gadis itu. Namun tiba-tiba ia telah tumbang duluan, oleh gadis berkerudung yang berbeda. Ia juga turun ke pertempuran dan menghampiri gadis berkerudung yang pertama.

"Tuan Putri! Bukankah sudah kuperingatkan, jangan bertarung! Berbahaya! " [Gadis berkerudung2]

"Aku tidak bisa membiarkan para bandit itu membunuh rakyatku" [Putri]

Katanya sambil menebas musuh dengan rapier-nya. Mereka berbicara sambil bertarung, seorang putri dan pelayannya.

"Kau selalu saja begitu, tuan Putri... "

"... Dan bukankah kita sudah membicarakan ini sebelumnya, kita sedang menyamar! Mira! " [Putri]

"Uh, maafkan aku... N-Nora! " [Mira]

Lalu mereka melanjutkan pertarungan, melawan para bandit. Kehadiran dua gadis berkerudung misterius itu membawa angin segar bagi para pedagang yang sudah ketakutan dari tadi, dan para petualang sewaan yang sudah kewalahan. Andai mereka tau bahwa kedua gadis itu adalah tuan Putri dan pengawal pribadinya, kira-kira akan bagaimana reaksi mereka?

Mereka berdua bertarung dengan saling membelakangi. Sang Putri dengan rapier dan sihir apinya. Sedangkan Mira juga dengan rapier dan sihir anginnya.

Para bandit sudah mewaspadai mereka berdua, sehingga target mereka berubah menjadi 'Bunuh kedua gadis itu', itulah yang diteriakkan pemimpin mereka.

2 bandit mendatangi Mira dari depan, Mira menebasnya sekaligus. Lalu datang lagi dari belakang, Mira menghindar dan melemparkan mereka dengan sihir anginnya. Namun kemudian ia terdesak, musuhnya terlalu banyak, dan ia terpisah dari Putri Himria. Ia terpaksa harus melompat, menghindar dan menyerang.

Begitu pula dengan Putri Himria, ia juga semakin terdesak. Saat ia membuat dinding api dengan sihirnya, bandit dengan kemampuan sihir air mematikan apinya. Beberapa bandit berbadan besar muncul dan menyerangnya bersamaan.

Advertisement

Putri Himria hampir mati saat, ia akan menyerang bandit pengguna sihir air dengan rapiernya, lalu bandit lain tiba-tiba mematahkan lengannya dari belakang. Itu membuatnya berteriak "Argh... " melompat mundur, terduduk dan melepaskan rapier dari genggamannya.

"Tu-, nora!!! "

Mira panik setelah melihat Putri Himria yang berteriak kesakitan dan terjatuh, ia tidak bisa melindunginya dan itu malah membuatnya hilang kosentrasi, dan juga ditumbangkan oleh lawannya. "Ghuargh... " Mira terhempas ketanah setelah lawannya menendang tepat di perutnya.

"Mira!!! " [tuan Putri]

Putri Himria meneriakkan juga setelah melihat sahabat sekaligus pengawal pribadinya itu, terhempas ketanah dan terbaring hampir tak berdaya. Sementara ia terduduk sambil mencengkeram kuat lengan kanannya dengan tangan kirinya, dan menatap marah pada musuh.

"Hoho... Sepertinya kau sudah tak berdaya lagi gadis cantik. Tenang, aku akan memperlakukanmu dengan lembut malam ini jika kau menyerah... Hehe... " [Bandit]

Bandit berbadan besar yang baru saja mematahkan lengan putri Himria. Kini memandangnya dengan penuh nafsu, hingga meneteskan air liur. Itu mirip seperti binatang yang baru saja menemukan mangsanya. Sedangkan Himria masih menatapnya marah, sambil mengkonsentrasikan sihir di tangannya.

"lagi pula kau sudah tak berdaya lagi, aku... ingin menikmatimu sekarang juga!!! " [Bandit]

Ia langsung terjun kearah putri Himria, memegang kedua pergelangan tangannya dan menelantangkannya di tanah sambil kakinya menahan kedua kaki putri Himria, membuatnya berteriak "Kyaa...".

Himria masih menggunakan kerudungnya sehingga bandit itu tidak dapat melihat keseluruhan wajahnya. Tapi ia akan membukanya sebentar lagi. Ia juga tak peduli reaksi Himria terhadap air liurnya yang menetes di wajah cantik itu, malahan itu membuatnya senang.

"Menjauh dariku!!! Brengsek!!! " teriak putri Himria sia-sia.

Akan tetapi, hidup bandit itu berakhir setelah sang putri berteriak.

Sebuah pisau menancap tepat di atas kepala si bandit. Darah pun menetes dari sana hingga mengenai wajah Himria. Menyadari hal itu Himria menendang mayat bandit tersebut menyingkirkannya dari atas tubuhnya. Lalu ia berusaha bangkit berdiri dan terdiam setelah menerima uluran tangan.

Ia tidak dapat melihat wajah di balik jubah hitam dan kerudung gelap itu. Tapi ia tau orang itu laki-laki. Karena mencurigakan ia tidak menerima uluran tangan tersebut, dan berdiri setelah mengambil pedangnya.

"Terimakasih"

Ucapnya datar pada pria berjubah itu. Lalu ia beralih pada Mira yang terlentang di tanah sambil memegang perutnya. Ia juga melihat bandit disekitar Mira sudah menjadi mayat. Bukan hanya itu, semua bandit telah mati.

Ia menghampiri Mira, diikuti oleh pria berjubah tersebut. Membantu Mira duduk dan memegang pundak nya. Kemudian ia melirik pada pria berjubah itu.

"Apa?... Yang telah kau lakukan? "

Putri Himria bertanya dengan tujuan menyelidik.

"Hm... Aku hanya membantu "

Bersamaan sambil mengatakan itu, pria berjubah membuka kerudungnya. Memperlihatkan wajahnya. Dan itu membuat putri Himria terkejut...

"K-kau? "

~~~

Jio pov

Beberapa jam sebelum itu.

Setelah pertemuan kami dengan Raja, kami diantarkan ke kamar masing-masing oleh putri Himria. Kamar yang mewah besar dan penuh dekorasi, kasur besar dan beberapa patung hiasan.

Aku tak berpikir ini kamar yang baik untukku, malahan sebaliknya. Hal seperti itu akan membuatku tidak nyaman berada disini. Apalagi patung itu, seolah hidup dan menatap ke arahku. Jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan di kota, setelah mengganti baju dan mengubah penampilan. Akan terlihat aneh jika aku masih menggunakan seragam sekolahku dulu untuk hidup di dunia ini.

Uang juga sudah disiapkan oleh kerajaan di kamar masing-masing, jadi aku tidak perlu cemas tentang hal itu. Saat aku keluar, pahlawan lain juga keluar dari kamar mereka. Sepertinya mereka juga ingin berjalan-jalan, aku jadi bertanya-tanya apakah kami di perbolehkan untuk berjalan-jalan ke kota.

Dan jawabanku terjawab setelah aku di hadang oleh penjaga gerbang kerajaan. Kami hanya di perbolehkan untuk berkeliling disekitar kerajaan saja, alasannya karena di luar terlalu berbahaya.

(Mereka terlalu meremehkan kami meskipun kami masih level 1)

Tapi kurasa itu wajar, apa juga karena itu mereka hanya meletakkan uang di kamar kami karena bukan untuk di gunakan hari ini. Atau mungkin uang itu hanya sebagai permintaan maaf karena telah memanggil kami secara paksa kedunia ini.

Advertisement

Yah, aku takkan mempermasalahkan itu. Ini ada untungnya juga untukku. Dengan begitu aku bisa melatih sihir milikku untuk keluar dari kerajaan tanpa di ketahui.

Aku sudah melakukan percobaan, menggunakan sihir ternyata tidak sesulit yang ku kira. Aku bisa memunculkan api lilin di jari, setelah membayangkan api menyala dengan bahan bakarnya adalah oksigen di udara.

Untuk menggunakan sihir aku hanya butuh imajinasi, dan itu keahlianku.

Jadi sekarang aku akan menggunakannya untuk keluar dari istana ini.

Dan hasilnya seperti yang kuduga...

Sihir bayangan hanya dapat aktif selama 1 menit. Bagiku itu sudah cukup lama untuk melewati para penjaga dan selama sihir itu aktif tubuhku dan keberadaanku takkan dapat dirasakan oleh orang lain. Aku menjadi bayangan dan melewati gerbang dengan wujud itu. Teknik sihir itu adalah hasil dari imajinasiku sendiri.

Akan tetapi akan muncul saatnya aku perlu menggunakan sihir ini lebih lama lagi, jadi aku akan berlatih menggunakannya selama di kota.

Ibu kota kerajaan memang besar dan luas. Bangunan yang terbuat dari Batu, juga ukiran-ukiran didinding nya, menunjukan keindahan dan kemewahan. Ini hampir sama dengan Eropa abad pertengahan. Aku juga melihat orang-orang berpakaian mewah, ibu dan anak atau pun sekeluarga, berjalan santai di sekeliling kota. Rasanya seperti dikelilingi oleh para bangsawan, atau memang begitu kenyataannya. Namun jika aku melihat lebih luas, hanya kawasan disekitar istana saja yang tampak begitu mewah, rumah-rumah penduduk yang jauh dari istana tampak berdempet-dempet dan sempit.

(Huah... Melelahkan...)

Aku menggerutu kesal.

Ternyata itu cukup jauh. Setelah berjalan selama setengah jam aku pun tiba di pinggiran ibukota. Untuk orang dari dunia modern sepertiku yang terbiasa dengan buku dan game, dan jarang berolahraga, perjalanan seperti ini melelahkan. Mungkin aku harus melatih fisikku lebih kuat lagi suatu hari nanti.

Di sini cukup ramai, orang-orang berlalu lalang kesana kemari sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan juga restoran-restoran biasa yang di penuhi oleh pekerja-pekerja yang makan siang untuk beristirahat.

Jika kulihat arlojiku yang juga ikut terbawa ke dunia ini, sekarang adalah jam 11.30. Jadi jam makan siang memang sudah dimulai. Aku tidak tau apakah istilah seperti itu ada, tapi sepertinya mereka memang tengah beristirahat saat ini.

Kroourg

Kebetulan aku juga lapar. Maka kuputuskan untuk mencari makanan. Seakan menjawab keinginanku, hidungku mencium dan mataku kini tertuju pada sebuah kedai kecil yang mengeluarkan aroma masakan yang lezat.

Jadi, ku putuskan untuk kesana dan mengisi perut kosongku.

~

Setelah selesai makan, aku sekarang sedang duduk di kursi di depan sebuah toko bunga yang sedang tutup, jadi kupikir tidak ada salahnya aku duduk disini.

Saat ini mataku sedang fokus pada selembaran kertas yang kupegang. Aku awalnya heran bagaimana aku bisa mengerti bahasa dan tulisan dunia ini. Rasanya seperti pengetahuan tentang itu sudah tertanam otomatis dikepalaku, sejak terpanggil kedunia ini. Itu cukup menyenangkan sehingga aku tidak perlu repot-repot untuk mempelajarinya. Tapi aku tidak boleh hanya menikmati hal itu tanpa belajar apapun. Aku yakin masih banyak hal yang tak dapat dicapai dengan kemampuan itu. Mungkin masih ada buku atau makhluk yang menggunakan bahasa yang berbeda dari yang lainnya.

Dan selembaran yang kubaca saat ini adalah tentang 'Academy Town'.

(Kota academy? Apakah itu seperti sekolah, atau akademi sihir?) itu awalnya yang kupikirkan saat menemukan selembaran ini di dinding.

Disana juga tertera bahwa academy town sedang membuka penerimaan murid baru. Dan pada saat waktunya habis selembaran ini akan lenyap dengan sendirinya. Ia juga mencantumkan jalur untuk pergi ke Academy town tersebut.

Namun ada yang aneh, penataan tulisan kemudian gambar academy di selembaran ini terasa berbeda dengan latar belakang zaman di dunia ini. Meskipun hanya seperti goresan tinta yang ada di selembaran ini, tapi aku tidak merasakan tinta yang menggembung di kertas atau bekas tulisannya. Ini semacam hasil mesin fotocopy dari dunia modern.

(Apa mungkin ada rahasia menarik di academy town tersebut?)

Aku berpikir sejenak. Dari pada hanya belajar di kerajaan bersama ksatria-ksatria mereka, yang hanya mengajarkan tentang pertarungan, mungkin lebih baik aku mencoba belajar di academy town. Mungkin penduduk dunia ini tak menyadarinya, tapi selembaran ini dibuat dengan teknologi yang berbeda. Tentu saja, aku sebagai orang dari dunia modern menyadari hal itu.

"Baiklah! Sudah kuputuskan, aku akan ke-Academy town. "

Kataku sambil bersemangat.

(Aku harus menyiapkan barang-barang ku, yang dikerajaan dulu)

Setelah itu aku berniat kembali ke kerajaan. Untuk sihir bayangan milikku telah meningkat hingga dapat bertahan selama 5 menit. Itu hasil yang Bagus, setelah aku menggunakannya berulang-ulang kali selama berjalan-jalan dikota. Tapi aku tidak bisa menggunakan berulang dalam jarak waktu yang dekat. Setelah penggunaan 5 menit, akan ada 3 menit untuk cooldown setelah itu baru bisa digunakan kembali.

Itu masih menguntungkan menurutku.

"Kyaa... "

Selagi berpikir sambil berjalan aku mendengar suara teriakan perempuan. Firasatku klise seperti ini adalah saat seorang gadis yang diganggu oleh beberapa pria. Baiklah, aku akan mencoba bertindak sebagai pahlawan untuk pertama kalinya.

Setelah melewati persimpangan sepi, di dalam gang kecil itu aku melihat 2 orang berbadan besar dan berotot juga bertelanjang dada menyudutkan seorang gadis yang kira-kira berusia 15 tahun. Aku akan mencoba meneriakinya.

"Hentikan! Itu Bajiangan! "

Mereka melihat kearahku

Apakah aku sudah terlihat seperti pahlawan? Ah kurasa belum. Bagaimana aku harus melawan mereka? Mungkin dengan sihir api hitam, baiklah akan ku coba.

"Haah... Mau apa kau? Menyelamatkannya? Huahaha... Kami punya urusan dengan ayah anak ini, jadi pergi sana kau! " [premanA]

"Ya... Tikus kecil, sebaiknya menyingkir saja... " [premanB]

Mereka kembali beralih ke pada gadis itu.

(Sialan... Tapi kalau begitu aku akan menyerang mereka dari belakang)

Kucoba kosentrasikan sihir di tangan kananku. Ini pertama kalinya aku mencoba melakukan serangan sihir. Jadi aku hanya mencoba untuk membayangkannya saja. Lalu

"Apihitam"

Gumamku pelan, ini demi menambah kosentrasi dalam suasana tegang.

....

Tapi tidak berhasil, aku tidak tau kenapa? Apa itu mungkin karena aku sudah menggunakan point mana ku untuk berlatih sihir bayangan dari tadi, atau karena konsumsi mana yang terlalu besar.

Akhirnya kedua preman itu sudah berhasil memegang tangan gadis tersebut.

"Sialan.... "

Aku mengambil Batu di tanah dan melemparkannya ke salah satu preman itu.

Pham

Batu mengenai kepalanya, membuat benjolan disana. Harusnya itu berdarah? Oh, ia adalah musuh yang kuat.

"Sialan kau!!! Tikus!!! " [premanA]

Segera ku aktifkan sihir bayangan, dan bersembunyi di bayang-bayang bangunan. Ini adalah taktikku.

"Hoi!! Jangan bersembunyi kau tikus! Keluar kau!" [premanA]

Preman A yang emosional mencariku ke sekeliling tempat, tapi tak dapat apa-apa. Aku semacam tak terlihat. Sementara itu premanB masih diam didekat gadis itu. Sial... Harusnya ia juga ikut sibuk. Baiklah aku akan menarik gadis itu diam-diam.

Namun saat aku hampir berhasil menyelamatkannya dari preman B. Ia menyadari keberadaanku saat melihat gadis itu bergerak.

Bhuak

Ia langsung menendangku diperut saat aku baru keluar dari bayangan. Aku terpelanting ke dinding. Lalu ia menangkapku dan mencengkram kerah bajuku dan memaksaku berdiri.

bhuak

Ia memukulku lagi tepat di wajahku. Nafasku jadi tak teratur, dan aku merasakan darah menetes dari bibirku.

"Bukankah kau sudah diperingatkan sebelumnya. Jangan ikut campur!!! Tapi karena kau telah melanggar kau akan ku bunuh disini!! " [premanB]

Ternyata premanB lebih sadis dari pada premanA. Aku jadi ingin segera menghajarnya. Dan keinginanku pun terjawab.

"Apihitam"

Gumamku pelan.

"Apa yang kau katakan, Tikus!! " [premanB]

Ia semakin mendesakku kedinding, hingga aku hampir sulit bernafas.

"Gadis kecil!! Tutup matamu! " perintahku.

"Eh? "

Ia pun menutup matanya.

Yah, entah karena terdesak, aku berhasil mengaktifkan apihitam ditanganku dan membakar wajah preman B dengan itu. Aku menggenggam kepalanya dengan tangan kananku yang diselimuti api hitam.

"Argh..... " [premanB]

Ia berteriak kesakitan. Karakteristik api hitam adalah, ia akan terus membakar sampai habis kecuali di matikan oleh yang meaktifkannya sendiri.

"Hoi... Hoi... " [premanA]

Dan premanA menjadi cemas, menyaksikan temannya yang hangus terbakar dari kepalanya.

"Apa-apaan ini? " [PremanA]

Ia ketakutan, tapi aku tak perduli aku langsung berlari kearahnya sambil mengaktifkan sihihr bayanagan. Aku pun membakarnya tepat di perut.

"Uarghh.... "

Akhirnya ia tumbang. Aku menang dan bau daging gosong jelas tercium. Akan tetapi, apihitamku terus membakar mereka hingga tak bersisa.

Kemudian aku mematikan api di tanganku, dengan membayangkannya padam. Api itu padam dan hilang begitu saja. Aku terduduk diam dan jantungku berdetak kencang. Entah apa yang kurasakan, dan perasaan ini sangat aneh. Ini adalah pertama kalinya aku membunuh manusia.

Aku gemetar.

~

"Hei! Sudah selesai. Kau bisa buka matamu... "

Ia membuka matanya dan melihat ke sekitar. Lalu kembali melihat ku.

"Kemana mereka? " [gadis kecil]

"Mereka sudah pergi... " Jawabku, lesu.

......

Aku tak berpikir ada hal yang harus kulakukan disini. Jadi aku berpikir untuk pergi dan bersegera kembali ke kerajaan.

"Kalau begitu aku juga akan pergi" lanjutku.

"T-tunggu, pahlawan..." [gadis kecil]

(Pahlawan, katanya?) Aku kembali melihatnya. Wajah manis itu.

"K-kau pahlawanku, jadi biarkan aku membalas kebaikanmu! Siapa namamu?" [gadis kecil]

(Oh, jadi begitu. Kupikir ia tau identitasku. Hn, baiklah) Pikirku sesaat.

"Namaku, Katsuragi jio. Namamu sendiri siapa? Gadis kecil.. " kataku sambil mengulurkan tangan dan tersenyum.

"Aku, Celi. Celi Gruka! Dan aku bukan gadis kecil!! " [Celi]

"Baiklah, Celi. "

Dan kami pun berjabat tangan. Diiringi oleh cahaya mentari sore yang jatuh dari langit. Benar-benar mendramatisir.

~

Aku tidak bisa menolak. Saat aku di ajak oleh Celi untuk menemui ayahnya. Dan itu benar-benar membawa keberuntungan untukku.

"Oh... Terimakasih banyak Jio-san, kau telah menyelamatkan putriku... Aku tidak tau bagaimana harus berterimakasih. Orang-orang itu memang sudah sering kali menggangguku.. Sekali lagi terimakasih jio-san. " [ayah celi]

Ia menundukkan kepala, sambil menangis dan menyalamiku. Aku tidak tau harus berkata apa.

"A-aha.. ha. Tidak perlu segitunya... Dan ngomong-ngomong kau mau kemana.?" [jio]

Saat aku di bawa kemari oleh Celi. Aku ayahnya yang cemas kesana kemari, lalu kereta-kereta penuh barang tersusun rapi di belakangnya. Ku tebak, ayah Celi adalah pedagang. Dan ternyata benar.

"Ah.. Aku..., maksudku kami berencana untuk pergi kekota Archana. Apa ada yang bisa kulakukan untuk Jio-san tentang hal itu? " [Ayah celi]

Tanyanya kepadaku sambil berharap mendapatkan jawaban 'iya'.

Kota Archana, untuk dapat pergi ke Academy town harus melewati kota itu. Bukankah ini kebetulan yang Bagus?

"Ya... Aku berencana untuk pergi ke Academy town, jika bisa-"

"A.. Tentu, tentu saja. Saya sangat senang bisa membantu Jio-san. Kami akan berangkat saat matahari terbenam. Celi pun akan ikut senang bersama pahlawannya... " [ayah celi]

Ia sudah menjawab sebelum aku menyelesaikan kata-kataku. Aku jadi canggung.

"Ah.. Kalau begitu, aku menyiapkan barang-barangku dulu. " [jio]

"Ya... Saya Alga Gruka akan menunggumu, pahlawannya putriku." [Alga]

"Yeah... Pahlawanku akan bersamaku malam ini... Aku senang! " [Celi]

Dan di belakang Alga-san, Celi bersorak kegirangan. Aku akan menantikan apa yang akan terjadi malam ini. Setelah itu aku mengemas barang-barangku dikerajaan. Kembali ke tempat Alga-san dan Celi-chan. Lalu berangkat dari ibukota. Dan bercanda tawa selama di kereta.

Kemudian bandit menyerang kami, dan para petualang kewalahan. Awalnya aku ragu untuk bertarung setelah tadi siang aku membunuh manusia. Tapi setelah kusadari, ternyata tuan putri ikut bertarung dan mulai kewalahan. Aku terkejut...

Aku mulai bertarung setelah meminjam dua pisau dari Alga-san dan sebuah jubah. Aku akan mengubah prangsangka negatifku terhadap tuan putri seperti sebelumnya. Ia bukanlah putri yang manja.

Aku bertarung tanpa memperhatikan musuh, dan lancar mengaktifkan apihitamku. Menyayat mereka dengan pisau dan membakar mereka dengan api hitam. Sampai tak kusadari, aku telah menghabisi semua bandit.

Lalu aku menolong tuan putri dan temannya. Kemudian mengulurkan tangan untuk tuan Putri, tapi ia menolak. Ini semakin baik. Jika menerima uluran tangan dari sembarang orang yang tak dikenal. Itu hampir sama seperti wanita murahan, lacur.

Kemudian ia melirikku.

"Apa?... Yang telah kau lakukan? " [Himria]

Ia berusaha menyilidiki tujuanku. Tapi aku tak punya tujuan lain selain membantu. Dan saat ini baru kusadari. Putri Himria pantas mendapatkan gelar putri.

Jadi aku membuka kerudung jubahku.

"Hm... Aku hanya membantu " [Jio]

Dan itu membuat putri Himria terkejut...

"K-kau? "

Pov end

~~

.

"T-tuan pahlawan?! "

Putri Himria terkejut, begitu mengetahui bahwa pria berjubah itu adalah salah satu dari enam Pahlawan yang dipanggil ke dunianya tadi pagi. Dan malam ini ia telah keluar dari kerajaan dan menghabisi bandit-bandit seorang diri. Meskipun setengah dari pasukan bandit sudah tumbang, tapi Pahlawan ini berhasil mengalahkan setengahnya lagi. Belum sampai satu hari penuh ia berada di dunia ini. Namun ia telah menunjukan kehebatan sebagai Pahlawan atau pahlawan.

Himria bingung harus mengatakan apa.

"Ha? B-benarkah orang ini adalah Pahlawan?.... Putri?!" [Mira]

Mira si pengawal pribadinya Putri bahkan juga ikut terkejut, dan tergagap-gagap berbicara, saat mendengar gumaman putri beberapa detik yang lalu.

"I-iya... dia benar-benar Pahlawan yang baru saja di panggil tadi pagi. Aku sama sekali tidak melupakan wajah mereka." [Himria]

"Lalu, apa yang ia lakukan disini..., bukankah seharusnya Pahlawan tinggal di asrama kerajaan dan berlatih di kerajaan.?" [Mira]

"Aku juga tidak tau... " [Himria]

Sementara itu, Jio hanya diam saja sambil mengacuhkan perbincangan mereka. Sampai ia merasa tatapan yang kuat dari tuan putri di balik kerudungnya itu.

"Apa yang kau lakukan disini, Pahlawan?. Bukankah seharusnya kau berada di kerajaan? Bagaimana bisa kau meninggalkan kerajaan? Apa ayah yang_" [Himria]

"_Ah.... Sudah! pertanyaanmu kebanyakan, aku disini cuma mau membantu. Dan aku tidak betah berada di kerajaan, jadi aku mau jalan-jalan, mengerti! " [Jio]

Jio langsung memotong perkataan putri Himria, yang terlalu banyak bertanya. Itu membuatnya sulit untuk menjawab pertanyaan sebanyak itu.

(Putri ini, mulutnya pedas juga kayaknya) Itu hanya tebakan Jio.

Lalu Putri Himria kembali bicara.

"Aku belum selesai bertanya!" [himria]

"Aku sudah menjawab pertanyaanmu! " [Jio]

"Tapi aku belum menanyakan semuanya! " [Himria]

"Aku tidak mau menjawab semuanya itu" [Jio]

"Kau harus menjawab semua pertanyaanku!!" [Himria]

"Sudah kubilang, aku tidak mau!" [Jio]

"Kenapa? " [Himria]

"Itu bukan urusanmu! " [Jio]

"Itu urusanku! " [Himria]

"Bagaimana bisa jadi urusanmu? Hidupku adalah hidupku! Tidak ada hubungannya denganmu" [Jio]

"Kau adalah pahlawan! Maka hidupmu akan menjadi hidup dunia ini! Dan urusanmu akan menjadi urusan warga dunia ini, dan itu berarti juga urusanku!!! " [Himria]

"... Kau menyebalkan! " [Jio]

"Kau lebih menyebalkan! [Himria]

".... He-hei.... " [Mira]

Mereka bertengkar hingga semakin memanas. Dan Mira mencoba meleraikan tapi ia diacuhkan.

"Kau yang menyebalkan! " [Jio]

"Tidak! Tapi kau! " [Himria]

"Banyak omong! " [Jio]

"Dasar Pelit! " [Himria]

" Diam kau! putri manja! " [Jio]

"Aku tidak manja! Pahlawan sialan! Pelit! Menyebalkan! Tak berperasaan!_" [Himria]

"_Diam kau, RATA! " [Jio]

.....

"Ha?... Ra-ta?"

Himria terdiam dengan pernyataan itu, lalu ia melirik kearah dada Mira yang besar menonjol dan bergoyang saat ia bergerak dan kearah dadanya yang kecil tak menunjukan keindahan, ia melirik berulang-ulang sambil membandingkan keduanya. Kemudian ia memanas hingga wajahnya memerah dan emosinya memuncak. itu tertuju kepada Jio.

Gleb

Jio hanya bisa menelan ludah setelah apa yang baru saja ia katakan tanpa ia sadari. Ia mulai merinding dan perlahan berusaha mundur langkah demi langkah dari Himria yang semakin merah.

"Uhm... Putri? " [Mira]

Mira mencoba menyapa tapi itu sia-sia.

"Pahlawan sialan!!!! " [Himria]

Bhuak

Sebuah pukulan kuat mendarat di pipi Jio, menciptakan bekas pukulan merah disana. Sementara ia melayang di udara lalu jatuh ketanah, diikuti air mata yang mengalir dipipinya. Jio pun pingsan tak sadarkan diri, karena ulahnya sendiri.

"Bawa dia!! Ayo kita pergi!! " [Himria]

"B-baik, Putri! " [Mira]

"....Nora! " [Himria]

"Baik, Nora. " [Mira]

Setelah kejadian itu, sang Pahlawan yang pingsan oleh pukulan sang putri yang sedang menyamar, diseret oleh pengawalnya ke kereta. Mungkin terdengar kejam jika dikatakan 'diseret' tapi memang itulah kenyataannya. Putri Himria itu yang memerintahkannya.

~

"Hue... Apa yang terjadi pada pahlawan-ku~"

Tepat saat Mira menyeret Jio ke-kereta salah seorang gadis yang lebih kecil dari dia berteriak histeris. Sementara itu semua orang melihat hal itu juga para petualang yang sudah pulih. Mereka mengetahui kekuatan dua gadis berjubah tersebut ditambah seorang pria berjubah.

Dengan melihat dari jauh perbincangan mereka setelah bertarung dengan bandit, lalu diakhiri dengan pukulan dari salah satu gadis berjubah kepada si laki-laki sampai pingsan. Siapapun yang melihatnya dapat menyimpulkan bahwa mereka akrab, dan hanya bisa mengangguk-angguk saat melihat laki-laki itu diseret. Kecuali si gadis kecil itu, yang tidak memahami hal tersebut.

"Hei!!! Jangan menyeret pahlawanku ditanah seperti itu,!" [Celi]

"".....""

Mereka mengacuhkannya.

"Berhenti!!! " [Celi]

Celi berdiri di depan Mira dengan merentangkan kedua tanganya, bermaksud untuk menghentikannya. Awalnya Mira memang mengacuhkannya, tapi setelah dihentikan oleh Celi juga dengan wajah marah yang imut itu, Mira menyerah.

Mengetahui Mira yang berhenti berjalan, Putri Himria berbalik dan memelototinya. Ia masih kesal dengan kejadian beberapa saat yang lalu, dan sebagian rasa kesalnya juga berasal dari Mira, tepatnya dada Mira.

Himria pun menghampirinya dan ingin menyingkirkan gadis kecil penghalang jalan itu, saat itu juga. Namun seseorang memanggilnya, dan orang itu adalah pedagang yang memimpin rombongan.

"Ah... P-permisi nona. " [pedagang]

"Ya...? " [Himria]

"Uhm... Perkenankan saya sebagai pemimpin rombongan untuk mengucapkan rasa terimakasih karena telah menghabisi para bandit. Terimakasih. " [pedagang]

"Ya?.... Sama, " [Himria]

Suasana yang tercipta membuat Himria cukup gugup. Ia sedang menyamar, tak semestinya orang ini berbicara formal dengannya.

"Dan untuk sebagai tanda terimakasih, anda mungkin dapat ikut bersama saya di kereta saya_"

"Tidak! Terimakasih. " [Himria]

Ia langsung menolaknya tanpa ada jeda.

"... Percayalah, Saya tau siapa anda 'putri'." [pedagang]

"Ha? "

Mendengar bisikan kecil itu ia terkejut.

Cukup mengejutkan bahwa penyamarannya di ketahui oleh pedagang ini. Ia cukup yakin sudah menyembunyikan identitasnya dengan baik.

"Ini demi kebaikan anda. Di kereta saya hanya ada saya dan putri saya bersama dengan Jio-san. Setelah itu hanya ada barang-ba_"

"_Baiklah, saya terima. Mira! Ayo! " [Himria]

"Bahkan saya belum_... Fufu, tuan putri tidak sabaran seperti yang dirumorkan.. " [pedagang]

"......" [Himria]

Tanpa penjedaan lagi, bahkan memotong kalimat pedagang. Himria menerima permintaan pedagang, lebih tepatnya tanda terimakasih.

"Baik! " [Mira]

"Hei!! " [Celi]

Celi masih berusaha menghalanginya.

"Celi!! Ayo!!" [pedagang]

"Tapi yah... " [Celi]

"Biarkan saja dulu, mungkin Jio-san memang bersalah... " [pedagang] ia mengatakan dengan sedikit senyum kemudian ia bergumam kecil “indahnya masa muda”

" .... Baik.. " [Celi]

Mereka pun menuju kereta pemimpin rombongan, yang setengahnya hanya berisikan barang pribadi. Kereta yang tidak begitu buruk dan tidak pula begitu mewah. Itu kereta normal yang kuat dan nyaman.

Setelah semuanya bersiap untuk berangkat, memastikan yang terluka sudah diobati dan sudah naik ke kereta. Rombongan itu pun melanjutkan perjalanan kembali, ditengah malam yang gelap dengan penerangan yang minim.

Di kereta tempat Jio pingsan berada saat ini. Putri Himria dan pengawalnya Mira, melepas tudung mereka karena identitas mereka sudah diketahui. Mereka cukup beruntung pedagang itu baik dan ternyata kenal dengan Jio. Hal itu membuat Putri Himria penasaran, di mulai dengan pertanyaan tentang Jio.

"Bagaimana kalian bisa mengenal Jio? " [Himria]

"Itu... Ahn... Sebelumnya kenankan saya memperkenalkan diri, saya Alga Gruka lalu ini putri saya Celi Gruka. "

Celi menundukan kepalanya kepada putri Himria saat namany disebut oleh ayahnya. Kali ini ia bertindak sopan setelah di peringati oleh ayahnya dan mengetahui bahwa yang ada di hadapannya adalah sang putri kerajaan Himria.

"Aku minta maaf tentang sebelumnya, tapi aku takkan membiarkan pahlawan ku Jio menjadi milik putri! " [Celi]

Tindakannya memang terlihat sopan, tapi ucapannya belum ia masih 15 tahun.

"..... Aku tidak pernah menginginkannya.! " [Himria]

Himria memalingkan wajahnya kesal, pada anak yang tiga tahun lebih muda darinya.

"Jadi... Bolehkah saya bercerita? Putri?" [Alga]

"Ya... Silahkan. " [Himria]

"Saat itu... "

Kemudian Alga-san menceritakan tentang bagaimana Jio-san menyelamatkan putrinya dari para penjahat yang menginginkan ia untuk menjual putrinya kepada mereka, karena hutang. Berkat Jio penjahat itu sudah tidak ada lagi dan putrinya selamat, itu kesimpulan yang ia dapat.

Putri Himria mendengarkan itu dengan cermat. Tapi ia masih belum dapat jawaban, bagaimana Jio bisa berkeliaran di kota semudah itu, dan bukankah ia masih lemah, levelnya seharusnya masih satu, bagaimana bisa ia sekuat itu dihari pertama ia dipanggil kedunia ini.

Setelah Alga-san bercerita, ia baru menyadari bahwa putrinya sudah tertidur di samping Jio. Himria yang melihat hal itu menjadi luluh hatinya dan tersenyum simpul.

"Kalau boleh bertanya dimana ibu anak ini? " [Himria]

Himria menanyakannya begitu saja tanpa mengalihkan pandangan dari anak gadis itu.

"..... Dia..., sudah meninggal saat Celi baru berusia 4 tahun. " [Alga]

……

"Oh.. Uhm, maaf kan aku. " [Himria]

"Tidak apa-apa, putri. Tidak perlu minta maaf, saya senang anda sudah bertanya.. " [Alga]

"Hn.. ~"

Lalu Himria melihat kesampingnya, dimana Mira sudah tertidur sambil duduk. Melihat itu Himria tersenyum lagi. Ia jadi ikut ngantuk dan ingin tidur.

"Huft... Yang lainnya sudah tidur. Kalau begitu aku juga akan tidur" [Himria]

"Silahkan, Putri"[Alga]

....

Malam yang tenang setelah melewati ketegangan. Cahaya rembulan menyinari dimana rombongan itu berjalan. Pada akhirnya mereka semua tertidur. Tapi itu tidak akan menjadi tidur yang nyenyak, sebab malam sudah mulai mencapai ujungnya.

~~~

    people are reading<[Indonesian] Great world traveler>
      Close message
      Advertisement
      You may like
      You can access <East Tale> through any of the following apps you have installed
      5800Coins for Signup,580 Coins daily.
      Update the hottest novels in time! Subscribe to push to read! Accurate recommendation from massive library!
      2 Then Click【Add To Home Screen】
      1Click